kepergiannya membuat ku rapuh, aku kehilangannya. kehilangan cinta dan kasih sayangnya yg selama ini ku dapat darinya, berharap tuhan akan kembali mempertemukan diri ku dengannya. entah itu kapan aku hanya bisa pasrahkan pada Mu.
Digo Prayoga
***
pagi yg cerah di lihat dari sinar matahari yg mulai menyinari buminya, sinarnya masuk menyalip di jendela membangun ku dari tidur ku. ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 7 pagi,segera ku beranjak dari tempat tidur dan menuju kamar mandi. sekira setengah jam kini diri ku sudah rapi dengan mengenakan style kantor, ya setelah lulus kuliah aku di tugaskan untuk menjadi seorang ceo di salah satu perusahaan milik ayah ku.
ku langkahkan kaki ku untuk menuju meja makan dan ternyata di sana sudah ada bi siti pembantu rumah tangga yg sudah merawat ku dari kecil, ayah dan ibu ku sudah meninggal sejak aku berusia 7 tahun. tenggelam kapal penyebrangan dari pelabuhan kayangan lombok timur menuju sumatra barat, pada saat itu kedua orang tua ku sedang ada bisnis dikedua kota tersebut. tapi takdir sudah di garis bawahi oleh sang maha pencipta, kapal yg di naik nyaris tenggelam dan kedua orang tua ku pun ikut tenggelam.
tim sar berusaha mencari jasad kedua orang tua, setelah satu minggu lamanya kedua orang tua di temukan dan sudah tidak bernyawa lagi. hati ku hacur saat itu, aku hanya bocah yg berusia 7 tahun bagaimana kelak nasib ku saat tidak ada kedua orang tua ku. sebelum kepergian kedua orang tua ku, ayah sempat meninggalkan pesan pada ku dan orang kepercayaannya.
"jika digo sudah besar nanti semua perusahaan yg ayah punya akan menjadi milik digo, untuk saat ini perusahaan kita di pegang oleh om candra dan om rio".pesan ayah sebelum pergi.
om candra adalah adik ayah dan om rio dialah orang kepercayaan ayah, mereka berdualah yg telah mengajari ku dalam bidang bisnis.
"den kok melamun?".ujar bik siti yg menegur ku.
aku terlonjak kaget saat suara bibi membuayarkan lamunan ku tentang masa kelam ku di mana kepergian ayah dan ibu terputar di memori ku.
"tidak bik, digo cuma kangen sama ayah dan ibu".ujar ku pada bik siti.
"bibi ngerti kok, aden doakan saja ayah dan ibu aden".balas bik siti.
pikiran ku tak hanya pada kedua orang tua ku tapi pada gadis yg sudah memberi warna di hidup ku selama ini, tapi aku harus kembali merasakan kehilangannya. dia pergi begitu saja tanpa pamit pada ku, entahlah apa salah yg pernah ku perbuat sampai sampai semua yg ku sayangi pergi meninggalkan ku.
"bik digo berangkat dulu yah, oh iya nanti digo pulang agak malem. soalnya hari ini ada banyak meeting di kantor".pamit ku pad bik siti.
"iya den, hati hati di jalan".
kaki ku melangkah untuk meninggalkan rumah, ku nyalakan stater mobil dan mulai melajukannya. di perjalanan bayangan gadis yg ku cinta selalu berada di otak ku. aku merindukannya, dimana dia sekarang,apakah dia juga merindukan ku ?.
ciiiiittttttttttttt...decitan rem mobil ku menggelegar. aku hampir saja menabrak seseorang karna gadis yg ku cinta menari nari di otak ku, aku segera turun dari mobil dan memastikan seseorang yg hampir saja ku tabrak.
"hei kamu gpp ?".tanya ku pada gadis yg melengkupkan kepalanya.
dia mendongakkan kepalanya, begitu terkejutnya aku saat melihat gadis itu. gadis yg selama ini ku nanti kehadirannya, viola sisilia. dia kerap di sapa sisi, begitu juga dengan diri ku yg memanggilnya sisi. ku lihat dirinya tak kalah terkejut saat melihat ku dihadapannya, dia menatap ku begitupun aku. tatapan ini yg membuat ku merindukannya.
"sayang kamu gpp ?".ucap seorang pria yg menghampiri sis.
aku hanya diam terpaku mendengar penuran si pria tersebut, ada rasa sesak di dada ku saat orang lain menyebutkan kata yg biasa ku sebut hanya untuk sisi ku. aku kembali melihat sisi ia berdiri lalu memeluk pria tersebut, hati ku semakin sakit rasanya melihat gadis yg ku cinta memeluk orang lain.
