One

3.9K 189 95
                                    

Tuk.. Tuk.. Tuk..

Nafasku sesak, bunyi itu... bunyi itu lagi-lagi menggangguku. Bayangan langkah seseorang yang menghampiriku dengan perlahan namun pasti. Dalam keremangan aku berusaha menatap wajah pemilik tubuh tersebut. Namun percuma. Yang dapat kulihat hanya siluet samar seorang pria. Hingga sesosok lainnya menabrakkan tubuhnya padaku dari samping dan... gelap. Aku tak sadarkan diri.

-*****-

"Vit! Jovita! Bangun elah."

"Hng? Hah?"

"Lo tuh ya, nekat apa kelewat bego? Bisa-bisanya bolos pelajaran malah tidur disini."

Risya mulai mengomel saat mendapati aku yang tertidur di meja kantin. Meninggalkan semangkuk soto yang sudah dingin dan kini tidak mengundang selera makan. Entah berapa jam ia menemaniku tidur.

"Hehe, apasih.. Yang bolos gue, kok yang ribut elo?" kulayangkan cengiran iseng pada sahabatku.

"Masih selamet lo, Pak Anang dipanggil kepsek. Coba kalo engga. Sekarang muka Jovita Queena mau ditaruh dimana? Masuk BK gara gara tidur di kantin dan mencampakkan soto? Gak lucu lo."

Aku menatap sotoku. Sudah tidak berkuah, dan nasinya telah mengembang berkali-kali lipat lebih besar. Berhubung sudah masuk waktu istirahat, dan kantin jadi ramai, aku memutuskan untuk tetap memakannya. Males pesen lagi, sayang duit juga.

Risya melayangkan tatapan jijik melihatku menyantap sarapan --rangkap makan siang-- ku.

***

Senin ini berbeda dengan Senin Senin lainnya. Pagi itu, wali kelas kami membawa bingkisan hidup yang menggembirakan hampir seisi kelas. -Ya, hampir. Soalnya aku biasa aja.- Seorang anak baru, cowok, tinggi, dengan senyum yang langsung bikin histeris geng alay ala-ala sinetron.

"Vit, liat deh. Ganteng bangeet!" Risya menyikutku yang tengah asik bermain ponsel yang tentu saja berhasil lolos dari pengawasan guru. Ada murid baru ganteng dan ngurusin Jovita yang lagi main HP? Engga deh! Anggaplah guruku berpikir demikian.

Aku melirik sekilas dengan ekor mataku. Lalu kembali fokus pada ponsel tersayang. "Gantengan juga June," jawabku acuh.

"Ya lo bandinginnya sama aidol Koriya," Risya balas acuh.

Tidak ada yang aneh tentang anak baru itu, sampai aku menyadari bahwa saat aku meliriknya sepersekian detik, ia seperti menatapku. Entah apa arti tatapannya. Saat itu aku tidak peduli. Ya, Saat itu.

--------------------------------------------

Hai~ dis is mai first story on wattpad. Jauh banget dari kata bagus ;-;
Jadi komen + kritiknya dibutuhin bangeet 🙏

+ buat siapapun yang baca, i hope u enjoy it.
Jangan baca chapter 1 aja dong xD dilanjut terus ya hehe
Thankyouu very much buat yang rela nge vote & ngebaca cerita ini sampai selesai 💕

regards
lontong campur

AnathemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang