Pertama: Melody

138 13 56
                                    

Di pandanginya foto dalam bingkai yang ada diatas meja belajarnya. Sebuah foto kelulusan murid-murid SMP Nusantara. Sebenarnya tak ada yang spesial dalam foto itu. Kecuali satu, Bian. Murid ganteng dengan segudang prestasi. Semua gadis-gadis di sekolah memujanya. Termasuk Melody, Banyak yang mendekati Bian, tapi semua ditolaknya. Melody hanya mengaguminya dalam diam, dari jauh selalu memperhatikan.
Takut untuk mengutarakan perasa'anya. Yang cantik aja di tolak, apalagi Melody yang dari keluarga biasa.

Di dekap foto itu dalam pelukanya erat-erat. Lalu bibir tipisnya mulai mengembang. Matanya terpejam seolah sedang merasakan sebuah sensasi. Sensasi kerinduan dalam hatinya.
Lalu Melodi menjatuhkan tubuhnya diatas tempat tidurnya. Lalu berguling-guling.

"Melody.. Keluar nak, sarapan sudah siap.." Suara itu mengagetkan Melody, buru-buru ia rapikan seragam SMA nya. Lalu membuka pintu kamarnya.

"Sarapan. Biar gak lemes nanti disekolah."
"Iya bu..." Jawab Melody, tanganya menyibakan Rambut panjangya kebelakang.
Lalu matanya berkeliling di atas meja makan. Tempe goreng,sayur sop dan irisan daging sapi yang digoreng. Lalu sambel yang baru diletakan ibunya.

"Seperti biasa.."Desis liri bibirnya. Ayah dan ibunya hanya diam. Tak dapat berkata apa apa. Yahh.. Beginilah keluarga kecil dan sederhana bertahan hidup. Di jaman Serba wah. Mereka memilih hidup Sederhana, bukan. Lebih tepatnya di paksa memilih untuk hidup sederhana.
Airmata itu mengambang di pelupuk mata Ayah dan Ibunya.
Sebagai karyawan di sebuah perusaha'an baru, hanya inilah yang bisa ia berikan. Dengan gaji yang ia terima tiap bulan, inilah yang bisa ia berikan untuk keluarga kecilnya.
"Baiklah,!! Aku yang memimpin do'a.!" ucapnya penuh semangat. Mengagetkan Ayah dan Ibunya.

"Ya ALLAH.... Trimakasih untuk rizki yang ENGKAU berikan kepada kami hari ini. Dan lindungilah keluarga kami dari segala sisi. Dari kana dan kiri. Dari belakang dan depan.... Amiieen.!."
"Amieenn.!." Kedua orang tuanya menyahut Bersama'an.

Selesai ritual sarapan pagi. Ibunya sibuk memindah piring yang kotor. Dibantu Melody yang sesekali mengobrol soal sekolahanya. SMA Bahkti.

"Melody berangkat ya bu.." ucapnya sambil mencium punggung tangan Ibu dan Ayahnya.
"Iyaa.. Hati-hati yaa... Ingat Langsung pulang, jangan mampir kemana-mana."
"Siap boss!" jawab Melody dengan memberi hormat kepada orang tuanya. Ayah dan Ibunya hanya tersenyum kecil. Lalu memperhatikan anak satu-satunya itu yang berjalan kian menjauh.
Dalam batin ibunya, ia bersyukur. Diberi anugrah terindah dalam hidupnya. Melody adalah anak yang tegar, tak pernah mengeluh dengan keada'an keluarganya. Selalu tersenyum. Baginya tak ada hal yang terindah di dunia ini. Kecuali melihat anak satu-satunya tersenyum.

Suara sepatu yang berbenturan dengan laintai menggema di lorong yang sedikit lengang itu. Hanya beberapa orang wanita yang lewat sambil membawa plastik blanja'an.

Melody dan keluarganya sudah hampir dua tahun tinggal di Rusun sederhana ini. Rusun yang berlantai lima. Yang fasilitasnya bisa di bilang cukup
Layak.

Kakinya berhenti melangkah ketika sudah sampai didepan Lift. Sedikit lama akhirnya pintu itu terbuka. Lalu Melody masuk kedalam. Baru mau menekan tombol sebuah suara mengagetkanya.

"Tunggu! Tahan lift nya.!" Lalu diikuti suara derap langkah seseorang yang sedang berlari.
Dengan cepat sosok itu masuk tanpa terima kasih.

"Heehh..!? Biann!?" Hentakan suaranya kaget. Tak percaya yang sekarang ada didepanya adalah Cowok yang selama ini Melody impi-impikan.
"Ehhh...? Siapa yaa..?" Selidik Bian tak begitu antusias.
"Emm.. Aku Meloidy. Dulu kita satu sekolahan." Jawab Melody lemah.

"Oh ya..?" Bian tak menoleh sedikit pun.
Melody hanya diam berdiri di belakang Bian. Merapatkan punggung dengan dinding yang terbuat dari lempengan Besi itu.

Selimut HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang