Langkah kaki mungil itu begitu tergesa. Tampak terlihat kerinduan yang mendalam pada wajah manisnya. Ia amat sangat ingin bertemu dengan sang kekasih. Pasalnya, sudah hampir sebulan ini ia tak menatap wajah tampan itu dan hanya mendengar suara lelakinya melalui sambungan telepon.
"Aku merindukanmu Jimin-ah" kalimat itu terus saja terucap dari bibir sang gadis. Senyum jelas terukir, wajahnya nampak gembira. Sorot matanya pun memancarkan binar kebahagiaan.
Namun, semuanya tak berlangsung lama. Di depan pintu kamar sang kekasih, sejenak membuat dirinya membeku. Saat ini, dihadapan sana matanya tengah menyaksikan sang kekasih dengan wanita lain.
Jika hanya sekedar memeluk ataupun menciumnya, itu tak akan menjadi masalah untuknya. Namun yang nampak dimatanya, bahwa sang kekasih tengah mendesah nikmat dibawah tubuh seorang wanita dengan posisi women on top, sangat menyesakkan hati. Pun nampak jelas lelakinya begitu memuja sang wanita.
Senyum yang semula terpatri indah di bibir ranum itu, kini telah sirna. Dalam matanya terdapat kilatan amarah yang tertahan.
"Brengsek!!" gumamnya mencengkeram buku-buku jari jemarinya.
Air mata kini membasahi pipi, meluncur begitu derasnya, namun ia masih mampu untuk tak terisak. Dengan sedikit meremas dada bagian atas, berharap agar tindakan itu mampu meredakan rasa sakitnya. Oh, betapa ini sangat menyesakkan hati.
Kaki rampingnya melemas, tubuh mungilnya pun mulai merosot dan terjatuh dilantai. Lengannya masih berada di bibir, membungkam segala suara yang mungkin akan keluar dari mulutnya, ia hanya tak ingin kedua orang didalam sana mendengar isakkan dirinya. Hal itu hanya akan membuat dirinya terlihat lemah.
Tidak. Seorang Min Yoongi tak akan menampakan sisi lemahnya kepada siapapun-itulah prinsipnya.
'Cukup sudah pengkhianatan ini' gumamnya dalam hati.
Min Yoongi, gadis itu tengah menguatkan dirinya. Kedua kakinya pun berusaha berdiri. Kembali, ia menghela napas panjang dan perlahan meninggalkan tempat itu. Gadis itu sempat berbalik, tersenyum miring memandang kekasihnya.
'Kenapa?'
Yah, hanya satu kata itu yang dapat mewakili keterkejutannya. Dalam pikirannya tak pernah sedikitpun terlintas bahwa mereka akan melakukan hal ini. Tapi semuanya begitu nyata didepan mata. Kekasih dan sahabatnya, kedua orang yang amat dicintainya telah menghancurkan harapannya, menghancurkan kepercayaannya....
Keesokan harinya, Jimin sudah menerima kabar jika kekasih mungilnya -tepatnya sang calon istrinya- telah kembali. Dan pagi itu juga jimin langsung menemuinya. Begitu merindukan sosok itu.Dilihatnya sang kekasih tengah berkutat di meja makan, lelaki itu tersenyum. Dengan segera, ia menghampiri. Dilingkarkan lengan miliknya diperut sang gadis, memeluknya dari belakang.
"Morning sweety." sapa jimin sambil mengecup pipi sang kekasih.
Jimin membalik tubuh yoongi, merengkuh pinggangnya serta membawa tubuh mungil itu untuk menghimpit dirinya. Ia membelai pipinya dan mengecup sekilas bibir ranum yoongi. "Miss you, babe."
"Hmm, miss you too." ucap yoongi sekenanya dan membalas pelukan jimin.
Yoongi berusaha bersikap biasa saja seolah kenyataan yang ia lihat semalam tak pernah terjadi. Namun dalam hatinya mengutuk perbuatan mereka berdua.
Yoongi tersenyum. Ia melirik sekilas kamar ibunya yang masih tertutup rapat. "Kau datang terlalu pagi sayang, bahkan eomma pun belum bangun." ujarnya sambil menunjuk kamar sang ibunda dengan dagunya.
"Itu karena aku terlalu merindukan kekasihku ini." kembali jimin mengeratkan pelukannya, lalu mengecup bibir sang kekasih. Oh betapa jimin sangat rindu bibir manisnya.
Masih dengan senyum manisnya, yoongi membelai pipi jimin. "Sudah sarapan?" tanya yoongi pada jimin. Yoongi tahu jika jimin pasti belum makan. Kapan pun dan dimana pun jimin berada, lelaki itu pasti akan langsung berlari mengejar yoongi setelah mengetahui dirinya sudah kembali berada di Seoul.
Jimin menggelengkan kepalanya. Ia pun mengusap surai hitam milik yoongi. "Tidak sayang. Aku tak membutuhkan makanan apapun. Melihatmu saja sudah membuat perutku kenyang." ujarnya dengan senyum bahagia yang terus mengembang. Kini manik hitam milik jimin tetap memandang wajah sang gadis, menikmati betapa manis dan seksinya gadisnya ini.
"Yakin tak ingin?" sekali lagi yoongi bertanya.
Jimin mengangguk. "Tetapi, jika kau yang menjadi sarapanku pagi ini, dengan senang hati.. aku.akan.memakanmu." bisik jimin ditelinga yoongi, bermaksud menggoda. Dikecupnya telinga sang gadis, seraya membisikan sebuah mantra yang membuat birahinya seketika bangkit. "Aku menginginkanmu sayang." Pintanya. Ia memeluk erat pinggang yoongi, mengusap punggungnya perlahan.
"Oh!" sedikit tersentak dengan perlakuan jimin. Yoongi menunjukkan smirknya dan mengendurkan pelukan itu. Lengannya perlahan menuju perut jimin, mengusapnya. "Kau harus mengisinya dulu dear. Akan butuh tenaga ekstra untuk melakukan itu." bisik yoongi tak kalah sensual, kemudian mengecup telinganya sekilas.
'Kecup dan sentuhlah aku sesukamu sayangku, tetapi setelah itu akan ku pastikan kali ini akan menjadi yang terakhir untukmu. Selanjutnya, takkan pernah aku biarkan lagi dirimu menyentuh seluruh tubuhku. Kau telah berkhianat dibelakangku. Aku tak menginginkan tubuh kotormu menodai diriku.' yoongi membatin.
Keduanya saling menatap. Yoongi menyerah, rasanya ia ingin egois kali ini saja. Persetan dengan kejadian yang ia lihat semalam. Hanya sekedar ingin memenuhi hasratnya, terlalu rindu akan sentuhan jimin. Untuk terakhir kali, tak apa. Anggap saja salam perpisahan. Selanjutnya seringaian tercetak jelas dibibir sang gadis.
.
.
.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Why...? [Slow Update]
FanfictionYoongi tersenyum miring. Tatapannya langsung menusuk manik hitam milik Jimin, membuat wajah lelaki itu dipenuhi rasa bersalah yang begitu dalam. "Adiòs...Park Jimin!!!"