Jangan sesekali kau menjahili orang lain... Mungkin suatu saat ketakutanmu akan lebih besar daripada yang orang itu rasakan....
"Hey Jane! Cepat sedikit mandinya!" Kataku sambil menggedor pintu kamar mandi.
"Tunggu lah sebentar lagi! Aku sedang menyabuni badanku!" Jawabnya dari dalam.
Aku menghela nafas. Ini sudah makanan sehari-hariku, menunggu giliran mandiku yang begitu lama karena adikku. Jane, mandinya sangat lama. Aku bingung apa saja yang dilakukannya saat mandi.
Karena kesal, aku memencet saklar lampu kamar mandi dan kamar mandi gelap seketika.
"Kyaaa!!!" Jane menjerit takut.
"Hahahaha!" Aku tertawa mendengar teriakan yang terdengar lucu di telingaku.
"Nyalakan lampunya aku mohon!" Katanya sambil menggedor pintu kamar mandi dari dalam.
Karena mulai kasihan, akhirnya kunyalakan kembali lampu itu.
Tak lama kemudian, Jane keluar dengan wajah pucat.
"Kau sialan Greg." Umpatnya kesal.
Aku menghiraukannya dan pergi mandi. Aku tenang-tenang saja karena tahu kalau Jane belum cukup tinggi untuk bisa meraih saklar lampu. Badannya pun kurus kering jadi dia tak kuat untuk menyeret kursi untuk dinaikinya.
***
Mematikan lampu saat Jane mandi menjadi kebiasaanku sekarang. Lucu sekali ketika mendengar suara teriakan dan wajah pucatnya ketika baru keluar. Memang terdengar jahat, tapi aku bersumpah itu benar-benar lucu!
Suatu hari aku mematikan lampu untuk kesekian kalinya. Aku menunggu jeritan lucunya.
"Kyaaa!!!"
Aku tertawa terbahak-bahak.
"KYAAAA!!! HENTIKAN! TOLONG AKU!!! AKU MOHON!!!" Jeritannya terdengar mengerikan sekarang. Namun bagiku itu tetap lucu.
"ARGHHHH!!!"
Teriakan kali ini berbeda dari biasanya. Terdengar lebih mengerikan.
Hening. Dia tak berteriak lagi. Mungkin dia sudah terbiasa dengan kegelapan ini.
Aku pergi makan sebentar karena lelah berdiri terus di depan kamar mandi.
5 menit... 10 menit... 15 menit...
Anak itu benar-benar diam. Padahal lampunya belum kunyalakan. Tak terdengar juga suara air dari shower. Jujur, aku mulai cemas.
"Jane? Hey Jane? Jawablah!" Aku menggedor-gedor pintu.
Sunyi.
"Jane, apakah kau baik-baik saja?"
Tak ada jawaban.
Masa dia pingsan hanya karena ketakutan?
"Jane jawablah atau aku akan memaksa masuk."
1 detik... 5 detik... 10 detik...
Tetap tak ada jawaban.
Aku mengambil ancang-ancang, lalu kudorong pintu itu sampai terbuka.
Gelap.
Kunyalakan lampu kamar mandi itu dan...
"ASTAGA JANE!"
Adikku terbaring di lantai yang tergenang darah. Kondisinya sungguh mengerikan. Darah merah menghiasi sekujur tubuhnya. Lehernya terbelah. Matanya terbelakak dan mulutnya menganga lebar.
"Jane! Astaga Tuhan... Apa yang terjadi?"
Aku mulai takut. Ini tak mungkin akibat pelaku seseorang. Tak ada celah selain pintu yang tadi dikunci rapat oleh Jane sendiri. Tak mungkin kan orang dapat menembus dinding?
Kecuali itu...Aku bergetar hebat. Aku tak sanggup bergerak. Aku memandangi adikku yang telah tiada.
Click!
Lampu mati seketika. Semuanya menjadi gelap. Aku berbalik badan hendak keluar pintu. Tapi...
Gubrak!!!
Pintu terbanting menutup sangat keras. Aku mendobrak pintu dengan paksa, tapi nihil. Pintu itu seperti diganjal benda besar dari luar. Tapi siapa yang melakukannya? Aku nanya berdua dengan adikku di rumah ini. Lalu apakah itu perbuatan...
"ARGHHH!!!"
Sakit sekali.
"Leherku! ARGHHHHH!!!"
Sebuah benda tajam mengkilat menebas leherku sampai setengah copot.
Kesadaranku makin tipis. Aku terjatuh di lantai kamar mandi yang tergenang darah adikku bercampur dengan darahku.
Pemandangan terakhir yang kulihat... Seorang berpakaian serba hitam, dengan leher yang tertebas setengahnya, dan membawa sabit yang bertetesan darah.
Oh, jadi itu pembunuh adikku dan diriku sendiri... Seseorang... Bukan, hantu itu ternyata telah berada di kegelapan kamar mandi ini entah sejak kapan
Dan kamar mandi itu menjadi peti mati bagi 2 orang.
***
Part 2 nya menunggu ya gaes...
Jangan lupa untuk vote dan masukannya!