2

12 2 0
                                    

"Aku mendengar semuanya sepupuku" kata Kak Peter tiba-tiba. Tubuhku menegang. "Oh, k-kau mendengarnya. Ah, iya. Berarti aku tidak usah menjelaskannya padamu, heheh." "Siapa bilang aku mengizinkan Bao sialanmu itu kemari?" "Bukan Bao ! Namanya Hao!" "Sama saja. Bao, Hao, Hiu aku tidak peduli" "Kenapa kau tidak mengizinkannya kemari? Dia orang yang baik, kok" "Memang kau pernah bertemu sebelumnya?" "Belum, sih. Tapi kami pernah berbicara lewat video call." "Lalu apa kau begitu mudah mempercayainya?"

Aku terdiam. Benar juga katanya. Aku bahkan baru sekali melakukan video call dengannya. Itupun dia yang menelponku. Selebihnya, hanya berkirim pesan dan foto. Bagaimana kalau dia ternyata jahat? Bisa saja dia memiliki geng atau komplotan pelanggar peraturan. Seperti geng yang suka tawuran mungkin? Atau dia pencopet? Bisa saja kan. Toh, dia tidak mungkin melakukan video call  saat beraksi kecuali jika dia memang bodoh. Hei! Tapi dia pintar!
"Bagaimana? Kau juga belum percaya dengannya kan?" "Ehm ya. 50%" "Kalau begitu suruh saja dia tinggal di rumahnya sendiri" "Ehm, baiklah. Berarti aku akan menemuinya lusa" "Aku ikut" "Tidak mau! Enak saja. Makanya kau itu cepat cari pacar. Jangan hanya bergulat dengan PlayStation sialanmu itu!" "Memang dia pacarmu?"

Seketika wajahku cemberut. Jika aku mengatakan tidak maka sama saja aku termakan omonganku sendiri. 
"Ehm, b-bukan sih . Tapi kan setidaknya ....." "Setidaknya apa? Hem?" "Ah! Entahlah. Kau membuatku pusing"

 Akupun beranjak pergi meninggalkannya yang masih terkekeh.

"Hai Dera. Berdebat lagi hm?" "Ya begitulah. Dia memang menyebalkan"
"Itu juga untuk kebaikanmu. Dia hanya tidak mau kau berkencan dengan orang yang salah"
"Aku tidak berkencan kok. Kami hanya akan pergi ke mall dan ke taman. Sudah itu saja"
"Bertemu dengan lelaki, pergi berduaan, itu namanya berkencan"
"Darimana kau tahu kalau aku akan bertemu dengan laki laki?"
"Kau berkata cukup keras tadi. Tentu saja aku mendengarnya"
"Huh,kau ini. Lagipula kenapa kau tidak jadi pacar kakakku saja sih? Kalian kan cocok"
"Haha. Siapa yang akan berpacaran dengan maniak game sepertinya. Yang ada malah selalu cemburu dengan gamenya"
"Benar juga sih. Oh ya Mel, kau tau dimana Denis dkk?"
"Diatas, melihat film mungkin"
"Baiklah terima kasih, Mel. Si Putri Solo, haha" Dan dibalas senyuman oleh Amel. Dia orangnya lemah lembut, persis seperti Putri Solo. Lagipula dia juga lahir di Solo kan. Jadi tidak salah jika aku menyebutnya Putri Solo.

- Di theater lantai atas -

*CKLEK*

Semua pasang mata tertuju padaku [Eanjir kek Putri Indonesia] [Diem lu thor] lengkap dengan kacamata 3D. Aku pun meringis dengan watados-nya [read : wajah tanpa dosa].
"Filmnya bagus nggak?"
"Yakali gabagus ditonton. Gimana sih lu Der?"
"Yaelah nanya doang kali Den. Nyolot amat" dan dibalas cibiran dari Dennis. Akupun masih nggedumel alias komat kamit gajelas dengan bibir dimonyong-monyongkan. Membuat beberapa orang menahan tawanya.
"Hei Der! Lo tau ga mukamu kek apa sekarang?"
"Ya nggak lah! Orang gaada kaca!"
"Weew sabar neng. Lo tau Maleficent kan?"
"Tau,"
"Nah kaya itu tuh! Hahahahahah" aku pun hanya diam sambil nyinyir ke mereka yang sedang tertawa. "Hehehehehehe" balasku dengan nada mengejek ke mereka yang sedang tertawa.

TING TONG
"Biar gue aja yang buka" "Cieh lo gue. Biasanya aku kamu" "Serah deh ya mau ngomong apa. Sirik amat lu" "Blah blah blah" sekali lagi. Menyebalkan sekali teman-temanku ini. Nyiyirr~ mulu kerjaannya. Nyiyirrr~ mulu. Pengen disumpel mulutnya.

*cklek*

"Hai Derrr!" oh, Evi rupanya. Teman SMP ku. "Oh hai! Masuk masuk" "Mau minum apa?" "Apa aja deh" "Ok, tunggu bentar ya" lalu dibalas anggukan olehnya. Sekarang aku di dapur. Mau dikasih apa ya si Evi? Cola? Sirup? Juice? Es teh? Yang terakhir biasa banget kayanya. Cola aja lah.

"Nih. Sorry punyanya cuman itu hehe"
"Iya gapapa. Gue juga suka cola kok"
"Mau apa lo kesini"
*Uhukk uhukk* Evi tersedak saat meminum cola. Aku bersumpah pasti sakit sekali. Airnya masuk ke hidung!
"Hei pelan pelan dong"
"Buset lo ya! Dari dulu ga berubah. Tetep aja tukang nyolot! Gue baru dateng juga di tanyain kabar kek. Malah kaya ngusir gue,"
"Yaela Vi, lo kek ga tau gue aja. Gue kalo ngomong emang begini"
"Iye iye gua tau. Gue kesini mau nemui Peter"
"Hah? Peter? Jangan bilang lo-?"
"Apaan sih engga lah gue uda move on kali,"
"Oh kirain," sekedar informasi, Evi ini mantannya bang Peter. Mantan kesayangan ya. Catet!
"Gue mau kasih ini. Dokumen gitu. Gatau apa isinya,"
"Oh, laporan. Darimana lo dapet dokumen ini?"
"Dari pacar gue,"
"Pacar? Lo udah punya pacar?"
"Yaiyalah,"
"Buset. Kenalin ke kita lah, kapan kapan ajak kesini gitu,"
"Ogah. Buat apa," "Yeee. Ya biar kenal lah," "Ok ok. Asal ga lo isengin ye," "Haish tenang aja. Paling kalo cakep guae embat," "Deraaa!!!" "What?" "Sempak lo Der! Dasar" "Gue ga dengerr" aku pun langsung melengos pergi. Meninggalkan Evi yang setengah emosi. Haha~

Btw, besok Hao datang!

Tbc.

⚠WARNING⚠

🔒PART SELANJUTNYA DIPRIVATE🔒

Jadi harus follow aku dulu. Kalo partnya masih belum muncul, coba hapus dulu dr library kalian, trus cari lagi ceritanya.

Holaaa. Apdetan absurd dateng. Ini dikit banget sumpah😣 Masalahnya hp rusak ga mau di charge hueee~😢 Maap yah. Tapi jangan bosen dulu please😓 Janji besok apdetnya agak panjangan. Tapi konsekuensi nya aku agak lama apdetnya. Jangan lupa vote juga. Mampir ke cerita lain juga!!!!! Babayy🙌

Ketjup muah😘

For Your Goodness SakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang