Part 3

282 31 1
                                    

Halla menantikan senja dengan ditemani alunan musik favoritnya. Sambil menopang dagu di jendela. Kegiatan bergeraknya pun kini terbatas karena kakinya yang diperban. Dan, ia, mau tak mau harus menggunakan kursi roda sampai lukanya sembuh. Ini semua memperburuk keadaan.

Eomma Halla sedang duduk di sofa sambil memakai handphonenya yang terus berdering sejak tadi. Pasti karena pekerjaannya.

Halla tak sabar ingin bertemu dengan cowok itu lagi. Entah kenapa, ia menjadi nyaman jika mendengar suaranya, padahal dia baru saja bertemu dengannya kemarin. Mungkin karena cowok itu adalah 'teman' atau setidaknya orang pertama di luar keluarga yang berinteraksi dengan Halla. Teman pertamanya sejak ia berada di sini.

Gadis itu terlonjak saat mendengar suara ketukan pintu. Ia kemudian melepas earphone-nya dan menoleh.

Eomma Halla membukakan pintu. Memperlihatkan seorang pemuda bertubuh tinggi yang sedang tersenyum. Itu Jungkook. Eomma Halla sedikit terkejut melihatnya. Jungkook membungkuk memberi salam pada wanita itu.

"Halo. Anda pasti ibunya Halla, kan? Aku Jungkook." Jungkook terlihat percaya diri berhadapan dengan Eomma Halla.

"Masuklah." Ibu Halla dengan senang hati membiarkannya masuk. Jungkook terlihat membawa sejinjing buah-buahan dan meletakkannya di atas meja samping tempat tidur. Pemuda itu melihat Halla yang berada di tepi jendela menghadap ke dalam lalu mengalihkan pandangannya kembali pada ibu Halla.

"Hmm.. aku ingin membawa Halla jalan-jalan keluar. Bolehkah aku?" Jungkook mengatakan langsung ke inti.

"Te.. tentu saja. Emm.. tapi apa hubunganmu dengan Halla?"

"Kami berteman." Halla mengintrupsi.

"Ah. Seperti itu rupanya. Kalau begitu tolong jaga Halla, ya." Mrs. Yoon mengambil mantel tebal Halla dan berjalan menuju anaknya untuk memakaikan.

"Tentu saja. Eomeoni." ucap Jungkook.

Jungkook mengambil alih kursi roda Halla dan membawanya keluar. Mereka melewati jalan yang dikelilingi salju tebal dan pohon-pohon. Menuju bukit dengan pohon-pohon tinggi yang diselimuti salju.

"Nah, sampai" mereka berhenti tepat di tempat yang sama seperti hari yang lalu. Keheningan berkecamuk di sekeliling mereka. Tak ada yang berani memulai pembicaraan.

"Hmm.. oke. Daripada berdiam diri seperti ini, lebih baik aku memulai pembicaraan terlebih dulu." Jungkook mulai membuka suara.

"Karena kita seumuran, aku akan menggunakan banmal*"

"Aku tak tahu kalau kita berteman. Hehe."

"Itu.. agar eommaku mengijinkan aku keluar" Halla berbicara terpotong-potong karena gugup.

"Tapi gak apa-apa kok. Aku mau menjadi temanmu." ucap Jungkook.

"Aku juga sama sepertimu. Tak memiliki satu teman pun di sini. Bahkan teman-temanku dari Seoul sudah tak pernah lagi menjengukku. Mereka sudah menyerah terhadapku." jelas Jungkook. Ia menatap aliran air sungai yang hampir membeku dan memasukkan tangannya ke dalam saku jaket.

"Menyerah terhadapmu? Apa maksudnya itu?" Halla terlihat tak mengerti.

"Bu.. bukan apa-apa. Mungkin mereka tak menjengukku lagi karena biaya transportasi dari Seoul ke sini mahal. Hehe" Jungkook membalasnya dengan lelucon yang sama sekali tak lucu bagi Halla. Ia tahu ada yang disembunyikan Jungkook, namun ia menghiraukannya.

"Oh ya. Apa kulitku sangat pucah hingga terlihat seperti hantu?" Jungkook mencoba bergurau lagi. Ia menanyakan pertanyaan aneh.

"Apa?" Halla tak mengerti akan pikiran lelaki ini.

"Sepanjang hari kau berada di jendela. Mendengar musik. Waktu itu, aku berusaha menjahilimu dengan muncul secara tiba-tiba dari luar, namun kau terlihat acuh. Aku bahkan melambai-lambai tapi kau tetap tak melihat." Jungkook menceritakan kembali apa yang diingatnya. Lelaki itu memang suka berulah akibat kebosanan.

"Aku.. tak bisa melihat."

TBC

*banmal: bahasa informal (biasa dipakai oleh teman dekat atau keluarga)

2 Seasons [Jungkook × Halla]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang