Bab 2

483 51 0
                                    

.

.

.

Hinata masih terdiam, memikirkan ucapan ayahnya, walaupun semua aturan bisa ia atasi, tapi tidak kali ini.

.

Flashback.

"Hm, langsung saja keinti, begini sebentar lagi kan kau akan berumur dua puluh dua, tentu saja saat itu kau akan menggantikanku, kau sudah tahu kan aturan keluarga kita?"

"Ya aku tahu otou-san, tapi aku belum siap"

Raut wajah ayahnya terlihat serius, tapi Hinata harus mengatakannya sebelum ayahnya memaksanya "kenapa belum siap?"

"Umurmu sebentar lagi dua puluh dua, apa kau mencintai seseorang?" lanjut ayahnya

"I-iya"

"Siapa? Kuharap kau segera menikah, sanggupi aturan klan kita Hinata, jangan membuat hal-hal yang dapat mencorengkan nama baik Hyuuga"

Aturan keluarga Hyuuga, ketika seorang gadis/pemuda yang akan menjadi pemimpin, ketika berumur dua puluh dua tahun harus menikah, jika tidak itu akan menjadi aib bagi keluarga.

Hinata lemas, ia tak tahu harus bagaimana, ia tak mau dijodohkan, ia tak sanggup, biarlah ayahnya menyuruhnya untuk hal-hal yang lebih membahayakan, daripada harus menyuruhnya menikah dengan seseorang yang bahkan tidak ia kenal.

Sasuke, ia hanya mau menikah dengan Sasuke.

Flashback end.

.

Lamunan Hinata terbuyar saat kulitnya menyentuh dengan salju, dingin menusuk tak membuat Hinata beranjak dari duduknya.

Ia ingat, sebentar lagi akan memasuki bulan desember, itulah mengapa salju turun, Hinata menyukai salju sejak kecil, ia ingat betul, saat dirinya dan Sasuke bermain salju bersama, membuat boneka salju, bahkan saling melemparkan bola salju, kenangan yang takkan dilupakan, dan ia rindu saat-saat itu, tapi ada hal yang membuat Sasuke jauh darinya.

Ia memang sering bermain bersama Sasuke, tapi bahkan satu orangpun tak tahu menahu tentang kedekatannya dengan bocah Uchiha itu, yang mereka tahu hanyalah, Hinata dan Sasuke tak saling kenal.

Karena hari sudah semakin dingin, salju sudah membungkus jalanan, bahkan baju Hinata penuh dengan salju, walaupun begitu ia tak merasa kedinginan, hatinya sudah beku bersama salju.

Hinata melangkahkan kakinya, tak berminat untuk sekedar ganti baju dan minum teh, walaupun sedikit menggigil tapi langkahnya pasti, tujuannya adalah rumah sakit, siapa tahu ia mendapat kabar baik, semoga saja.

Sesampainya dibangunan rumah sakit, dengan segera Hinata mendorong pintu dan masuk "Hinata-sama!"

"Ya?"

"Kondisi Uchiha-sama sudah semakin buruk" semua perawat disini memang tahu bahwa Hinata sering mengunjungi Sasuke, tapi Hinata telah meminta mereka agar tutup mulut dari semua orang termasuk klan Hyuuga.

Dengan segera Hinata langsung berlari kekamar rawat Sasuke, ia khawatir, sekaligus takut, ia takut Sasuke pergi kembali kepada Tuhan.

Ia hanya belum siap, ia bahkan belum menjawab pertannyaan Sasuke.

Dilihatnya Sasuke dari kaca yang membatasi ruang operasi, ia melihat beberapa perawat berbicara bahwa Sasuke semakin parah.

"Tenanglah Hinata-sama, dia pasti bisa"

"Ya, kau benar Shizune-san"

Dia kuat, dia ninja yang kuat, sangat kuat.

.

Sasuke telah dipindahkan keruang rawat biasa, kondisinya normal, walaupun ia belum membuka matanya, padahal dulu, mata yang dingin itu, selalu memancarkan kehangatan, untuk Hinata.

Ia memegang tangan Sasuke, membisikan kalimat penyemangat, ia memeluk Sasuke, kemudian pergi tanpa kata.

Kita berjuang bersama ya, anata..

Begitulah yang hinata bisikan kepada Sasuke.

.

.

.

.

Continue

.

.

.

A/N : maaf atas segala kekurangan, dan juga terimakasih banyak untuk para readers, jangan pelit votenya ya^^ #hehe

Vinn-san

needed protectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang