Prolog

1.4K 89 3
                                    

Hentikan.

Kumohon, hentikan.

Aku tak ingin mendengar kata-kata itu lagi.

Aku sudah tidak tahan lagi.

Aku mohon,

Jangan memasang wajah menyeramkan itu lagi.

~~~~~

Anak itu terus berlari tanpa tujuan. Dinginnya angin malam tak membuatnya menggigil kedinginan. Tubuhnya begitu panas, terbakar oleh api kesengsaraan.

Hingga akhirnya ia berhenti di sebuah taman. Sepi, sendirian, tak ada siapapun disana. Ia lalu duduk di sebuah bangku dengan langkah tak beraturan. Matanya perih, sudah tak sanggup menampung air mata kesedihan yang sudah menumpuk sedari tadi.

Ia menangis.

Menangis dengan napasnya yang begitu sesak.

Air mata mengalir deras melewati pipinya yang sudah kedinginan.

"Kenapa kau menangis?"

Lalu seseorang datang.

Orang itu duduk di sampingnya. Menenangkannya, berusaha menghentikan tangisannya. Ia tidak pernah tahu, siapa orang asing itu. Tapi tampaknya, mereka seumuran.

"Apa kau sedang ada masalah?"

Ia tetap diam sambil menghapus air matanya. Ia tidak tahu harus menjawab apa, karena saat ini yang ia pikirkan hanyalah kesedihan yang dialaminya saat ini.

"Tidak apa-apa. Aku akan membantumu memperbaiki masalahmu."

Orang itu mengulurkan tangannya spontan. Walaupun ia tidak mengerti apa maksudnya, namun ia tetap membalas uluran tangan itu.
Tangan orang itu begitu hangat, mampu melelehkan rasa sakit yang membeku di hatinya saat ini.

Dan dengan berawalnya jabat tangan itu,

Maka disanalah semuanya bermula.

Scapegoat (Wonhui) - [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang