(3)

142 3 0
                                    

Rintik-rintik hujan mulai menghiasi malam hari ini, suara radio mobil menginterupsi suasana canggung dikeluarga ini. Raka bersama ayah , bunda , dan Rika menghabiskan malam minggu untuk berjalan-jalan mengelilingi Kota Bandung. Mereka memang jarang mempunyai waktu untuk bersama, terlebih ayah dan bunda Raka, mereka jarang beranda di rumah. Berangkat pagi pulang malam itu hal biasa.
Disaat semua berkumpul seperti ini, rasa canggung mulai menjalar. Padahal mereka ber-empat adalah keluarga, tak sepantasnya mengalami fase canggung seperti ini. Kehangatan mulai luntur, tak ada canda tawa lagi seperti dahulu.
"Bang Raka , mau makan dimana nak?". Tanya Reni , ibunda Raka yang mungkin saja ingin melunturkan kecanggungan selama berada di mobil.
"Emmm. Dimana aja bun", Jawab Raka . Entah itu memang jawaban atau hanya bentuk formalitas saja, agar terlihat penurut.

"Kalo Rika mau makan dimana sayang?", kali ini Rudi Aryandra, ayah Raka, yang tak mau kalah untuk bisa melunturkan kecanggungan seperti yang Reni lakukan.

"Rika nurut ayah bunda aja deh", Jawaban Rika yang bermakna sama dengan jawaban Raka, hanya berbeda kata.

"Yaudah , kita makan di DelicyResto aja ya", Saran ayah Raka.

"Jangan yah, disana ramai kalau malam minggu begini. Bunda lagi pengen makan di tempat yang agak tenang. Di AmazeCafe aja ya yah", jawab bunda yang bukan lagi merupakan saran tapi perintah.

"Tapi kan bunda, biasanya jalan menuju sana suka ramai, macet, dan lampu lalu lintasnya kayaknya masih mati", Sanggah ayah sepertinya keberatan dengan saran bunda.

"Tap..."
"Yaudah deh bun, gak papa yang penting ayah harus ekstra hati-hati".

Raka dan Rika hanya memperhatikan kedua orangtuanya berargumen.

Sejengkal persaan aneh menyelimuti hati Raka, entahlah. Ada sesuatu yang aneh.

Kecanggungan kembali menyelimuti mobil keluarga Aryandra. Keheningan yang tercipta bukan lah sesuatu yang asing bagi Raka, itu makanan keseharian Raka, entahlah Raka sampai jenuh memakannya.

Sampailah di perempatan menuju AmazeCafe, disana cukup ramai , macet seperti yang ayah Raka sampaikan tadi. Lampu lalu lintas terlihat belum menyala. Sepertinya belum diperbaiki. Mobil di depan mulai melajukan mobilnya pelan, seperti terhipnotis ayah Raka juga melakukan hal yang sama. Kesemrawutan terjadi, entah pihak mana yang tak mau mengalah. Kendaraan dari jalur kanan sisi kiri terus melaju , tanpa merasa berdosa, mungkin mereka merasa ini jalan milik buyut moyangnya. Tak mau kalah, dari jalur kiri sisi kiri pun begitu.

Ayah Raka yang akan mengambil jalur kiri sisi kiri pun hanya bisa bersabar, seperti menunggu antrean yang tak ada habisnya.

"Kalo ngalah kaya gini terus gimana bisa jalan". Gumam ayah Raka yang berisi pernyataan bukan lagi pertanyaan.

Akhirnya ayah mulai mengemudikan mobilnya sedikit demi sedikit, walau harus menekan tombol klakson berkali-kali.
Tak dinyana ada sebuah mini bus melaju kencang ke arah mobil keluarga Aryandra.

Dubrakkkkk---
Suara dentuman keras.
Dentuman yang membuat ngilu bagi siapa saja yang mendengarnya.

~

Kringgggggg.......

Suara alarm menginterupsi tidur nyenyak Raka. Ralat.. Raka bahkan sama sekali tak merasakan kenyamanan apalagi kenyenyakan dalam tidur Raka semalam. Ya, Raka memimpikan kejadian menyedihkan 2 tahun lalu saat Raka masih duduk di bangku kelas 2 smp. Bunda dan ayah Raka meninggal dalam kecelakaan tersebut. Hanya dirinya dan adiknya Rika lah yang bisa selamat dari maut. Itu lah yang menyebabkan Raka sangat menyayangi Rika , adik sematawayangnya. Walau sebenarnya Raka masih mempunyai kerabat di Surabaya, tapi tak memungkinkan Raka dan Rika ikut tinggal di Surabaya, Raka tak mau merepotkan , Raka tak mau dianggap parasit. Walau sebenarnya julukan itu tak pernah ia dapatkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Im Into YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang