3. penjepit dasi

14 0 0
                                    

Lucia pov

Aku menemukan sebuah penjepit dasi di kantong jasku, aku tak tau itu milik siapa, tapi kelihatannya tidak buruk, kuberikan saja pada ayah. Pasti keliatan bagus!

Hari ini hari pertamaku bekerja di perusahaan baru, untungnya aku tidak terlambat datang hari ini. Aku tidak tahu boss seperti apa yang akan kuhadapi nanti, apakah ia akan seperti bossku yang kemarin? Atau lebih parah, ugh... sudahlah nanti saja kupikirkan, aku disambut baik di perusahaan ini, karyawan disini sangat ramah dan juga baik, kurasa aku akan betah bekerja disini.

Saat aku sedang membawa setumpuk berkas tiba-tiba saja ada yang menubrukku hingga semua berkasnya terjatuh, ia menatapku sinis, berdecih lalu pergi begitu saja. Jangankan membantu membereskannya, bahkan meminta maaf saja tidak. dia adalah salah seorang senior di perusahaan besar ini, kalian tahu kan baik di sekolah, kuliah, maupun bekerja pasti akan ada senior menyebalkan seperti dia, orang yangmenganggap remeh juniornya, yang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain dan juga sombong.

"Maaf ya, aku tidak melihatmu!" Teriakku menyindirnya.

Lalu aku lanjut membereskannya, setelah terkumpul semua, aku pun berdiri dan betapa terkejutnya aku melihatnya ada di depanku secara mendadak sehingga berkas yang baru ku kumpulkan terjatuh lagi. Tentu saja ini membuatku kesal! Tapi aku harus sabar bukan? Tentu saja aku sabar! Tapi mulutku gatal sekali.

"Kenapa kau muncul seperti hantu? Lihat! Jatuh lagi kan?" Ucapku kesal.

"Maaf saja ya, aku tidak tersinggung ketika kau menubrukku dan pergi begitu saja, tapi tak bisakah kau meminta maaf? Dan sekarang kau membuatku menjatuhkannya lagi? Dengar, kau memanglah senior disini, tapi kau adalah panutan bagi junior seperti kami, bisakah jangan mengerjai orang seperti ini?" kesalku.

"Lucia! Apa yang kau lakukan?" Teriak salah seorang teman baruku, clara.

"Apa?" Tanyaku padanya, lalu ia langsung lari terburu-buru menghampiri kami dan membungkuk 90°.

"Maaf pak! Dia karyawan pindahan dan dia belum tahu apa-apa." Ucapnya, itu membuatku bingung, apakah ada yang salah disini?

"Baiklah, jelaskan padanya nanti, kau boleh pergi sekarang." Ucap orang itu. Beberapa setelah clara pergi, ia bertingkah aneh, ia terus menatapku dan mulai mendekatkan wajahnya padaku, seperti sedang memperhatikan wajahku, dan itu membuatku gugup!

"Ah! Ternyata memang kau!" Ucapnya membuatku kaget.

"Apa kau tidak mengingatku?" Tanyanya lagi.

Saat ini kami sedang berada di koridor kantor, semua karyawan sedang memperhatikan kami, sebenarnya ada apa? Apakah aku dalam masalah? Ia terus saja menatap dan mendekat padaku. Ada apa dengan orang ini? Sepertinya ia gila, mungkinkah? itu membuatku gugup dan takut, lalu aku pun berjalan mundur dan menabrak tembok. Ia pun meletakkan satu tangannya di tembok dan menatapku intens, lalu tiba-tiba tangannya yang satu lagi terlentang seperti meminta sesuatu. Aku pun bingung, seolah tau ekspresi wajahku, ia pun mendesah.

"Penjepit dasiku." Ucapnya.

"Huh?" Tanyaku bingung.

"Dimana penjepit dasiku?" Tanyanya padaku.

"Bagaimana aku tahu? Itu kan milikmu bukan milikku." Ucapku asal.

"Apa kau benar-benar tidak mengingatnya?" Tanyanya padaku.

"Malam itu... saat kau mabuk.." ucapnya tidak jelas.

"Malam itu? Saat aku mabuk?" Ucapku memikirkan sesuatu.

"Apa kau melakukan sesuatu padaku?!" Ucapku setengah berteriak, ia pun menutup mulutku secara spontan.

"Ayo kita berbicara di kantorku." Ajaknya sambil menutup mulutku dengan tangan satunya dan menarikku dengan tangan lainnya. Mungkin takut hal-hal yang tidak baik di dengar karyawannya.

Our Promise (My True Feelings)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang