BAB 5

5.7K 274 23
                                    

INTRODUCING

LILY COLLINS AS MIHRIMA

LILY COLLINS AS MIHRIMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua hari setelahnya, keadaan Fikri sudah membaik dan pria tampan itu bekerja seperti biasa. Sementara Anis, dia tengah berkeliling di salah satu Mall di Batam, Mega Mall, yang memang lumayan dekat jaraknya dari rumah Fikri.

Memang ini adalah kali pertama bagi Anis ia menginjakkan kaki di Batam. Tapi berkat mbah google, ia terhindar dari tersesat. Fikri memang melarangnya untuk bawa mobil sendiri. Tapi, Anis lebih suka bawa mobilnya sendiri dibanding disupiri. Dia memang pernah kecelakaan tapi itu tidak membuatnya trauma.

Ia tengah melihat-lihat sepatu sneacker yang terpajang di toko. Sneacker merupakan alas kaki favoritnya. Meski dulu heels dan segala tetek bengeknya selalu ia gilai. Tapi... dengan kondisi sekarang? Heels adalah musibah baginya, salah-salah kaki bisa pincang dua-duanya.

"AAAA... GAK MAUUU MBAK... Lea mau itu!!! Ah Mbakkk..." Anis langsung mengalihkan pandangannya dari sneacker bercorak polkadot itu pada seorang anak balita... ah mungkin batita.

Anak perempuan dengan kuncir 2 itu merengut manja sambil memeluk kaki seorang wanita yang Anis terka berumur 18-an dan memakai baju khas seorang Baby Sitter.

"Tapi itu mahal, Lea... Daddy kamu cuma ngasih uangnya pas-pas'an. Kalau di belikan itu, nanti Dek Kemi nya di beliin apa?" Tanya sang Baby Sitter yang berjongkok tapi tangannya erat memegang kereta dorong bayi.

"Adek tan masih kecil. Gak usah dibeliin. Lea mau beli sepatu itu Mbak... sepatunya tantik... Lea suka..." Rengeknya manja sambil memeluk leher Sang Mbak.

Sang Babysitter menuntun Lea dan kereta bayinya untuk duduk di bangku coklat yang berada dekat toko tempat Anis mengamati sepatu.

"Gak boleh gitu dong, Sayang. Tadi janjinya apa sama Daddy, hayoo? Kalau Rhea beli, adek juga harus beli." Bujuknya lagi.

Anis tersenyum, Babysitter itu menurutnya sangat pandai meski ia masih terlampau muda. Dan ia bisa menjaga dua anak sekaligus. Merasa kasihan, Anis mengambil sepatu sneacker kecil dengan corak yang sama dengan miliknya dan membayar kedua sepasang sepatu itu ke kasir.

"Huhuhu... Lea mau sepatunya Mbak... huhu..." Isak gadis kecil itu sambil memeluk Sang Mbak kesayangannya. Si Mbak pun mengusap pelan rambut Rhea sambil matanya menatap Kemi Sang bayi laki-laki yang tengah menggesekkan giginya pada mainannya. Gusinya terasa gatal karena gigi yang akan tumbuh.

"Hai..." Sapa Anis. Sang Mbak mendongak dan sedikit tersentak melihat sesosok wanita cantik berdiri dihadapannya.

"Ya?" Balas Sang Mbak. Rhea merenggangkan pelukannya pada Mbak kesayangannya dan menatap Anis.

"Hai, Princess... tadi nangis, ya? Kenapa?" Tanya Anis sambil berjongkok.

"Lea mau sepatu itu, Tante Cantik..." Ujar Lea sambil menunjuk sepatu polkadot kecil yang terpajang di bagian kaca toko, "... tapi Daddy jahat! Mbak cuma di kasih uang sedikit. Huhuhu.... Daddy jahat... huhuhu..." tangisannya kembali pecah dan kembali memeluk Si Mbak kesayangannya.

BUKAN PRIA ASING /(not) A Stranger ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang