Banyak yang berubah dari perumahan ini, termasuk juga perasaanku terhadapnya. Banyak yang berubah,
dan itu.... hal yang bagus.
Rumah-rumah disini terlihat lebih modern, juga jalanan yang dulunya hanya terdiri atas batu-batu coral, sekarang sudah di beri batako berwarna merah. Setiap rumah dihias dengan semak-semak, yang mungkin berguna untuk menyelaraskan pemandangan setiap rumah.
Setelah tadi sedikit berkeliling, aku akhirnya sampai ditempat tujuan. Rumah ayah dan bunda. Aku tahu, jika seorang anak tinggal rumah orangtuanya, tidak lama ia juga akan menyebut rumah tersebut sebagai rumahnya sendiri. Tapi, entahlah. Aku tidak bisa.
Makna sebuah rumah yang sebenarnya masih belum bisa kudapatkan. Rumah tempat dimana kita pulang, kita merasa aman dan juga merasakan kehangatan didalamnya, tidak kurasakan.
Akhirnya aku sampai di rumah ini. Rumah ber-cat biru langit dengan jendela berwarna putih di banyak bagiannya. Pekarangannya masih sama seperti dulu. Bunga kamboja warna-warni menghiasi sebuah taman kecil di sudut halaman, sungguh minimalis, namun sangat nyaman dipandang mata. Ku injakan kaki di selasarnya. Lantai kayu berwarna putih, selaras dengan warna pintu dihadapanku.
Aku ketuk pintu itu sekali. Setelah beberapa detik menunggu, suara langkah seseorang terdengar mendekati pintu. Suara berdecit khas pintu tua menyeruak, terbuka, memperlihatkan seorang wanita tua dengan kerutan di beberapa bagian wajahnya.
"Ibu," panggilku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Home
General FictionAwalnya tidak ada yang salah dengan keluarga kami. Mungkin karena aku masih terlalu kecil untuk menyadari ada yang salah, 12 tahun lalu, semua hal seperti jauh lebih baik. Kami memiliki rumah baru. Itu sangat menyegarkan, akhirnya aku bisa bernafas...