maaf untuk keterlambatannya. yah saya tau kalo saya melanggar janji saya untuk sering update tapi apa mau dikata, kondisi tidak mendukung untuk memegang laptop. berhubung selama ramadhan saya libur panjang, saya bisa fokus buat lanjutin sekuel ini, jadi terbayar lah. oke langsung dibaca aja ya kelanjutan dari Mas Huba.
***
Aku sudah memberikan kode-kode kepada Huba tapi tetap saja manusia satu itu tidak peka. Dia tetap membalas tatapan mama dengan datar sedangkan mama, aku saja sudah dapat melihat lahar meleleh keluar dari kedua kelopak matanya.
Oke, abaikan yang satu itu.
"Jadi, atas ijin siapa kamu berani menjadikan anak saya sebagai pacar?"
Aku segera melirik tajam Huba yang masih terdiam di tempat. Kumohon belalah aku kali ini. "Saya kira Iza sudah meminta ijin anda, karena Iza yang meminta saya jadi pacarnya." HUBA TOLOL!!
Mama menyeringai ke arahku, "Wah, sepertinya saya baru mendengar hal ini. apa itu benar kalau kamu yang memintanya jadi pacar kamu, sayang?"
Menelan ludah dengan susah payah, aku mengangguk pasrah. " Iya, ma." Aku yakin setelah ini aku menjadi menu makan malam untuk sepasang singa, oke sebut saja papa dan mamaku.
"Baiklah, kenapa kita tidak masuk saja dan berbincang di dalam. Sebentar lagi papa Iza juga akan sampai rumah." Itu memang sebuah penawaran dari mama. Namun bagiku, itu seperti bisikan setan. Aku refleks sedikit menyenggol Huba berharap dia menatapku tapi dia tidak. Argh, sedikit penyesalan di dalam hatiku kenapa dulu aku mau menembak cowok satu ini.
Mama masih berdiri disana dengan senyum yang membentuk seringai. O-oh, sepertinya jika Huba tidak segera menolak, mama akan langsung mengikatnya untuk diinterogasi. Sebelum itu semua terjadi, aku segera meraih tangannya dan menggenggamnya erat. Yes, akhirnya dia menatap ke arahku.
Aku melotot ke arahnya dengan bibirku yang bergerak melafalkan kata 'NO' tanpa suara. Syukurlah dia mengangguk mengerti perkataanku. Saat kami berdua kembali menatap mama, aku mendapati beliau melotot tajam ke genggaman tangan kami. IZA TOLOL, kenapa pake pegangan tangan segala sih!!
"Sepertinya kita memang harus berbicara di dalam sekalian makan malam."
Reflek aku segera menolak ajakan mama. "Nggak usah ma. Kasihan Huba, tadi udah capek-capek gendong aku dari sekolahan. Ups." Aku menutup mulutku dengan segera. Iza, kenapa kamu makin tolol sih. Kalo begini kamu malah menggali lubang kuburnamu sendiri.
Tuh kan, lihat! Sekarang mama makin ingin melahap Huba.
"Karena dia udah capek-capek gendong kamu dari sekolah sampai sini, sudah seharusnya mama berterima kasih sama dia. Mama bisa bikinin minuman dan ngajakin makan malam barenag sebagai ucapan terima kasih." Mama menatap Huba dengan wajah yang menahan amarah. "Benar kan, nak Huba?"
"Saya nggak keberatan." Nih orang bener-bener nggak peka atau gimana sih. Jelas-jelas alarm bahaya kelihatan banget, kenapa nggak segera lari sih.
"Baiklah. Iza segera ganti baju di kamar kamu terus temenin Huba selagi mama masak."
Aku segera menatap mama dengan pandangan horor. "Kenapa mama yang masak. Biasanya papa kan yang masak."
Mama kembali menatapku dengan wajah yang sedikit tersinggung. "Papa mungkin agak telat pulang kerja, jadi mama yang masak. Lagi pula," mama menatap ke arah Huba yang masih memasang wajah datarnya. "Ini sebagai bentuk rasa terimakasih mama buat nak Huba yang udah nganter kamu pulang. Ayo nak Huba."
Mama berlalu masuk dengan menggandeng Huba tanpa menghiraukanku yang sudah cemberut berat. Bukannya kenapa-kenapa tapi aku tidak pernah menggandeng apalagi merangkul lengan Huba seperti mama. Tunggu dulu. MAMA!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear My Boyfriend
JugendliteraturIni hanyalah cerita tentang keseharian Iza dengan pacar cueknya yang bernotaben sebagai tameng agar Iza terhindar dari para fans yang makin menyebalkan. Hingga akhirnya Iza menyadari jika pacarnya bukan lagi tameng baginya namun sudah menjadi poros...