ADA APA DENGAN DIA?

1.1K 424 62
                                    

"Sasi... Sasi..." teriak seorang cewek dari kejauhan.

Aku kenal siapa si pemilik suara. Aku pun segera menengok ke arahnya. "Tumben enggak terlambat, Kak Rin?"

"Iya dong." Dia tersenyum. "Eh, kata Fian, kamu udah ketemuan sama Harry."

"Emang."

"Terus, gimana? Manis kan orangnya?"

"Iya, manis. Udah kumisan, jenggotan, rambutnya acak-acakkan pula. Gandalf aja kalah."

"Ihh... apaan sih kamu. Coba deh lihat baik-baik. Wajah Harry itu mirip-mirip sama Dev Patel."

"Dev siapa?"

"Dev Patel. Si Jamal Slumdog Millionaire itu loh."

Aku memutar bola mata. "Ya itu menurut Kak Rin, bukan menurutku. Lagian kalau menurut Kak Rin dia itu manis, kenapa enggak di embat aja?"

"Kak Rin cuma sekedar nge-fans, enggak ada niat memiliki."

"Hmm... Kak Rin belum lihat rambutnya sih. Coba kalo udah lihat, pasti bakalan ilang deh, itu kata nge-fans."

"Mau gimana pun rambutnya, kalo mukanya ganteng, ya tetap aja ganteng. Rambut juga kan bisa di atur ulang."

Aku tak menjawab. Percuma buang-buang tenaga beradu mulut dengan Airin, aku tak akan pernah menang.

"Tapi... dia baik, kan, Si?"

Iya baik. Saking baiknya, dia sampe selingkuhin, mukulin, dan hamilin anak orang.

Aku hanya tersenyum.

"Ya, udah. Pendekatanlah dulu sama dia. Siapa tau kalian jodoh."

Jodoh? Sama Harry? Jangan sampai deh.

"Kak Rin duluan, ya, Si?"

"Oh, Kak Rin dinas di CVCU?"

Dia mengangguk sambil tersenyum, kemudian menghilang dibalik pintu ruang CVCU.

Aku meneruskan perjalanan menuju ke ruang perawatan jantung. Mengambil ponsel dari dalam tas, benda itu lalu ku pelototi. Belum ada pesan atau telpon dari siapa pun, termasuk Harry. Sudah dua hari berlalu sejak terakhir kali kami bertemu, dan sampai saat ini, aku belum bertemu dengannya lagi. Padahal kami sering ada di tempat yang sama.

Kami memang masih saling mengirim pesan lewat SMS. Menanyakan kabar atau sekedar bercanda. Kadang aku juga menelponnya. Tapi kami hanya membahas soal komik dan novel. Pembicaraan serius seperti waktu itu, belum terjadi lagi.

Siang ini, aku sengaja ikut mengantar pasien ke ruang operasi. Ruang operasi berdekatan dengan ruang I A, tempat papanya Harry dirawat. Berharap aku bisa berpapasan dengan Harry di sana.

Tapi, sejak kami tiba sampai kami kembali lagi ke ruang perawatan jantung, aku tak bertemu dengannya sama sekali. Tak terhitung berapa kali aku menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi tetap tak mendapati keberadaannya. Mungkin dia memang tak sedang berada di rumah sakit. Ku tarik ponsel dari dalam saku, dan mulai mengetik pesan untuk Harry.

Sasi :
Di mana?

Tak ada balasan. Padahal, biasanya dia menjawab pesanku secepat kilat.

Ku memasukkan lagi ponsel ke dalam saku, dan kembali bekerja bersama teman-teman. Entah kenapa, aku sangat berharap bisa bertemu dengannya.

Ponsel bergetar saat aku sedang menulis Askep. Segera ku keluarkan benda persegi panjang itu dan membuka password-nya.

Harry :
Aku di rumah sakit. Tadi aku lihat kamu ngantar pasien ke ruang operasi.

Senyumku merekah. Jadi tadi dia lihat aku.

My Weird BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang