Krisis Identitas 2

29 1 0
                                    

15 Oktober 2015

Pagi-pagi, seperti biasa. Aku membangunkan teman poskoku untuk shalat subuh. Ada yang bangun, ada yang memilih untuk melanjutkan mimpi mereka. Yang bangun pun, setelah sholat kembali ke tidur. Ahh... benar-benar kasur itu memiliki gravitasi yang sangat kuat. Untung hari itu ayu bangun cepat, so doi ku suruh bikin nasi goreng. Bukannya tidak bisa tapi masa ia saya cuci piring, saya masak nasi, saya juga masak nasi goreng. Nasi goreng telah disediakan, tidak membuat para cowok-cowoknya bangkit dari tidurnya. Ahhh... mereka benar-benar dan asli malas. "Kita habisi saja sarapan hari itu." Niat jahatku sedang jalan ketika aku sarapan bareng para ladiesnya. Tapi kami kekenyangan, padahal masih ada yang tersisa.

Ternyata hari kami punya agenda untuk pembenahan lapangan di desa kami lapangan yang dijadikan turnamen acara olaraga kecamatan. Yang berarti kami kedatangan beberapa teman dari posko lain.

"ada Izam" ujar Chaerul yang sering kami panggil HAE. Dari kejauhan suaranya sudah kedengaran. Teriakannya kemarin membuatku hapal dengan suaranya.

"ye-eh... Izam" teriakku hampir meloncat dari tempat dudukku. Sebenarnya itu wujud dari overku, supaya lebih meyakinkan kalau inas orang yang ku suka, terlalu lama diejek suka sama satria membuatku capek juga. Tapi Bodoh, kenapa aku jadi over. Apakah rasa Maluku sudah terputus. Bisa ku pastikan aku akan menjadi trending topic untuk beberapa hari kedepan. Kurasa Aku ingin mati saja.

Memikirkan itu tak terasa suhu badanku terasa abnormal, aku merasa demam, panasnya terasa di dahi dan juga pipiku yang tembem.

"nis, pipimu memerah" ujar nisha. Ada rasa ragu dengan ucapan Anis. Ah... Pada dasarnya wajahku memang gelap agak kemerah-merahan mana mungkin merona merah pipiku bisa terlihat.

"iya..merah" tambah Ega dan hae yang membuatku semakin salah tingkah.

"masa iya.... G ah.." tepisku.

Inas datang dengan korkab, sekcam dan juga kordes . Mereka lansung menyerbu meja makan. Sepertinya mereka kelaparan, terlihat ketika mereka makan lansung di saringan nasi. Terlanjur lapar kalau harus pakai piring lagi. Kerupuk yang di toples pun disikat abis. Habismi...makanan Cuma sedikit, padahal cowok-cowok posko kami belum ada yang makan. Yah sudahlah. Salah sendiri kenapa bangun telat.

"adami pacarta......?" tanya inas disela-sela makannya. Aku cuek saja.

"adami pacarta......?" ulangnya dua kali. Aku baru sadar ternyata pertanyaan itu ditujukan padaku. Ada rasa kaget juga dengan pertanyaannya yang to the point. Aku tak bisa menjawab. Aku tidak tahu harus bilang apa. Kurasa file otakku lambat loading, saking terkejutnya dengan pertanyaan itu.

"dia itu g pacaran, tapi lansung nikah." Jawab korkab mewakiliku. Hahaha. Jawaban yang sama ketika korkab bertanya hal sama padaku .

"kalau begitu, adami calon suamita...??" tanyanya lagi.

aku terdiam sejenak

"tidak ada." Jawabku singkat, hanya jawaban itu yang disediakan oleh otakku. Aku juga heran dengan diriku, biasanya kalau ditanya tentang pacaran, atau nikah. Jawabanku pasti panjang bahkan sampai ceramah. Lah kok sekarang aneh. Otakku mengalami penurunan proses berfikir. Supaya tidak kelihatan linglungnya, Aku sok sibuk membuka kulkas yang jaraknya tak jauh dari tempat mereka makan.

"yehhh... yang wajahnya merah" goda Hae yang kebetulan juga berdiri sambil membuka kulkas. Ia lagi-lagi memperhatikan wajahku.

"tidak...." Sangkalku. Kemudian kabur dari hadapan mereka.

Setelah makan, mereka nongkrong diteras rumah. ku minta yuyu mengeluarkan cemilan untuk mereka. Kebetulan kerupuk bawang yang dikirim mamanya bule masih ada.

"kau mo nis." Ujar Hae menyuruhku mengeluarkan cemilan itu, yang ku tahu itu wujud dari ejekan saja.

" Sudah ma saya tadi" tolakku. Karena memang aku sudah keluar tadi ketika mengeluarkan teh. Kalau saya lagi yang bawa keluar makanan. takutnya dikira over acting, cari perhatian. Jangan Sampai karena perasaan yang kuhiperbolakan ini menjadikanku wanita agresif.

    ''Aku merasa centil, mungkin karena Aku sedangpms, ah tapi bukankah pms itu meningkatkan emosi marah bukan emosi asmara.''Pikirku.     

I Have Fallen For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang