3. The Tragedy

42.3K 1.4K 11
                                    

Dengan napas yang tidak beraturan Keyla berteriak keras. Dia ingin menyalahkan seseorang tapi ia tidak tahu harus melampiaskannya pada siapa. Sekarang yang ada Keyla menyalahkan dirinya sendiri, dia sangat bodoh saat menerima begitu saja saat pelecehan itu terjadi.

Dengan sembarangan pria asing itu berani mencium dirinya. Pria itu berhasil mencuri ciuman pertamanya. Pertamanya! Ya Tuhan ini adalah pertanda buruk. Dengan gampang ia melepas pria asing tidak bertanggung jawab itu, harusnya selain tamparan, Keyla seharusnya menyeret pria itu ke penjara.

"Kenapa aku bisa sebodoh ini?" Desis kesal Keyla pada dirinya sendiri.

"Hei ... kau kenapa?" tanya Azka memegang pundak Keyla yang bergumam tidak jelas di luar.

"Kakak aku mau pulang!" Keyla frustasi lalu menangis di hadapan Azka.

Tentu saja Azka terkejut melihat adiknya itu menangis secara dadakan terlihat panik, pria itu langsung memeluk Keyla sambil menanyakan apa yang terjadi. Tapi yang ada adiknya itu justru mengencangkan suara tangisannya.

"Shit, kenapa kau menangis?" tanya Azka mengelus rambut adiknya dengan lembut.

***

Sesampainya di rumah, Keyla pasti langsung diinterogasi seribu pertanyaan oleh Azka. Mobil sudah terparkir di lobi, lalu mereka masuk ke dalam apartemen. Azka yang terdiam cukup lama membiarkan Keyla menenangkan dirinya sendiri terlebih dahulu, barulah ia akan berbicara dengan halus untuk mendengarkan adiknya bercerita.


"Ceritakan Key mengapa kau nangis?" tanya Azka sambil mengelus lembut rambut Keyla yang emosinya kini lebih stabil.

Keyla terdiam, dengan isakan yang masih ada namun kecil kini wanita itu takut-takut menatap Azka sambil menceritakan semua yang terjadi. Setelah bercerita, Keyla melihat raut keras pada wajah kakaknya.

"Aku bersumpah jika menemukan pria itu akan menghabisinya!" Azka mengepalkan tangannya, tidak terima jika adik tersayangnya itu mengalami pelecehan dari orang asing.

"Harusnya aku menyeret pria itu ke penjara. Ini semua salah Kakak, seandainya aku tidak menunggumu pasti kejadian itu tidak terjadi padaku," lirih Keyla menunduk kesal sambil memainkan tangannya yang tidak gatal.

Azka mengusap tangan Keyla. "Maafkan Kakak yang tidak bisa menjagamu. Ini pertama dan terakhir aku menyuruhmu duduk sendirian di bar." Perkataan Azka langsung membuat Keyla memeluk kakaknya, menandakan jika semua yang terjadi sudah berlalu.

"Jika aku bertemu dengannya aku akan menghajarnya sampai dia mati!" ucap Azka lagi dengan amarahnya.

"Tidak perlu karena kuharap tidak akan bertemu dengannya lagi," kata Keyla dengan tenang.

Seketika suasana ruangan menjadi hening mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing. Keyla memikirkan semoga dia tidak akan bertemu dengan lelaki brengsek itu, sedangkan Azka memikirkan siapa yang berani mencium Keyla dan jika bertemu dia akan membuat perhitungan. Besok lelaki itu akan memeriksa cctv yang ada di dalam.

"Key apa keputusanmu telah bulat untuk menetap di sini? Bukankah kehidupan di Paris lebih menarik?"

Pertanyaan yang dilontarkan Azka membuat Keyla terdiam. Wanita itu sedikit ragu memberitahu alasan sebenarnya, dia berharap kakaknya bisa mengerti pilihan hidupnya saat ini.

"Se-sebenarnya begini. Mama dan Papa, mereka akhir-akhir ini tingkat bertengkar mereka makin parah. Apa ini juga alasan Kakak pergi jauh dari mereka agar tidak mendengar pertengkaran menyebalkan mereka semua?" tanya Keyla dengan lirih dan pelan lebih ke arah bisikan.

I BELIEVE MY DESTINYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang