4

90 0 0
                                    

'Rindu itu, saat aku memikirkan suatu hal dan kamu pun melakukan hal yang sama' -Unknown

#

Pradipta? Apa benar laki-laki yang berdiri didepan Om Farhan adalah Pradipta? Teman masa kecil ku sewaktu dibandung? Apa benar dia yang menemaniku saat Mama mencari Ayah? Memintaku untuk tinggal lebih lama.

Apa benar dia Pradipta? Pangeran kecebong? Mengapa rasanya menyakitkan mengetahui bahwa dia tau aku disini. Tunggu? Mau apa dia?

"Caca kamu masuk aja. Kamu masih keliatan pucet." Ujar Om Farhan, dia mengurut pelipisnya pelan. Aku menuruni tangga satu persatu hingga sampai kebawah.

Tatapanku tak dapat terlepas dari dua malaikat yang ada depanku. Dipta? Ah, siapa yang tersungkur? Aku segera melihat siapa orang yang tersungkur. Dipta hanya melihat dalam diam, matanya hitam tersorot kemarahan.

"Di...Dimas?" Lirihku pelan, mukannya lebam juga sudut bibirnya ada luka yang mengalir darah segar. Keadaannya babak belur, dan parah.

"Kamu masuk aja Caca." Om Farhan memegang bahuku, menuntun agar segera berdiri. Namun aku terpatri ditempat, tak bergeming.

"Aku gapapa, mereka cuma bawa aku pulang. Alhamdulillah aku selamat Om, tolong ini temen aku. Jangan bikin dia kayak gini." Ujarku memohon.

"Kamu bicara apa sayang? Dipta yang membawa dia kesini." Om Farhan mengerti keadaanku, dia langsung tersenyum hangat setelahnya.

"Di... dipta?" Kini aku menatapnya.

"Maaf telah membuatmu dalam keadaan yang tidak nyaman tapi sekali lagi aku minta maaf untuk kesalahan Adikku." Jelasnya sambil tersenyum. Ah, aku rindu senyum itu Dipta.

Tunggu apa yang dia bilang? Adik? Di.. Dimas? Adikknya? Tidak, bilang sekarang juga bawa ini bohong.

"Ta... tapi bagai... bagaimana bisa? Selama.. selama ini aku selalu bersamamu dan tidak.. tidak sama sekali tau.. kamu memiliki adik." Paparku dengan sejuta kekagetan didalam benakku.

"Bisa saja, bahkan dia adalah Kembaranku. Jangan kaget tapi memang seperti itu."

Blammm!

Kembaran? Mendengar itu rasanya semua indraku tertutup oleh kenyataan yang munafik. Semuanya gelap.

❤❤❤❤❤❤

Sejak kejadian 1 bulan lalu, aku menjadi seorang yang berbeda. Sangat berbeda. Aku fikir tuhan tidak senang aku yang menjadi anak baik maka aku akan melakukan hal yang sebaliknya.

Aku tidak ingin seperti ini, sungguh namun keadaan yang menuntutku menjadi seperti sekarang. Aku benci kehidupan ini, aku benci diriku sendiri, aku benci semuanyaaa.

"Lo mau ikut ga Ca?"

"Join yukk, hangout."

Ada satu perkumpulan anak trouble dikelas, setiap aku masuk kelas mrs. Janet aku pasti dipertemukan makhluk seperti mereka sekarang. Gaya nya keren, gampang bergaul tapi otak udang. Hih percuma.

"Oke. G.. gue nyusul." Jawabku gugup.
Aku tidak biasa memakai kosa kata Gue-Lo, tapi semenjak Cindy berkata 'gaya lo kampung' aku berusaha memakai kosa kata itu.

"Gausah kaku gitu, kuyyy ah girls.  Capcusss." Ujar Cindy yang langsung ngacir, disusul teman-temannya Riri, dan Imel.

Aku memasukan buku yang ada dimeja kedalam ranselku menatanya hingga rapih. Selesainya aku menyelempangkan sebelah tali ransel ku, setelah berbalik aku menatap perempuan cantik itu tak berkedip. Aku rindu dia.

"Lo ga berubah. Sama sekali ga berubah." Ujar Shantu yang langsung menghadiahi nya dengan pelukan.

"G..gue kangen l..lo Shan." Aku terbata, wajar saja. Sudah hampir sebulan aku tidak bertemu Batang hidungnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 14, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang