First Meet

242 19 2
                                    

Fotocopy..

Kata itu tak aneh dan tak asing lagi bagi Vianita, cewek cantik nan mungil yang lebih akrab di panggil Via. Sebab hampir setiap hari dia ke kedai fotocopyan yang berada persis di samping rumahnya. Berhubung kini dia kelas 12 dan akan segera menghadapi Ujian Nasional, oleh sebab itulah dia sering memfotocopy berbagai lembar demi lembar latihan menjelang detik-detik Ujian Nasional.

"Om Rofiqqq.. Fotocopyin ini dong!!" Ucap Via dengan riang sambil memamerkan seberkas soal latihan di genggaman tangannya.

"Iya viaa.. Mana? Bikin berapa?" Tanya Om Rofiq si pemilik kedai fotocopy. Berpindahlah seberkas soal itu dari tangan Via menuju mesin fotocopyan.

"Mmm.. 3 aja deh!" Balas Via sambil mengecek pesan yang masuk pada layar handphone miliknya.

*5 menit berlalu*

"Nih.. Sudah siap!!" Om Rofiq sibuk menghitung jumlah uang yang harus dibayarkan. Om Rofiq sudah tau kebiasaan Via yang selalu nanya berapa harganya jadi dengan sigap dia menghitung tanpa perlu di beri aba-aba.

"Bera--??" Kalimat Via terputus oleh Om Rofiq.

"Jadi 17.500" Jawab Om Rofiq cepat, melebihi kereta express. Kata-kata Viapun belum selesai terlontarkan namun telah terpotong olehnya.

"Mmm.. Nih uangnya" Tangan Via menyodorkan uang 20.000 an di atas meja kaca. Lekas pemilik kedai itu mengambil kembaliannya agar Via segera pergi dari kedainya dengan alasan bosan. Hampir setiap hari Om Rofiq melihat gadis manis itu hingga dia bosan walaupun Via terbilang cewek yang tidak membosankan.

Via berjalan pulang dengan langkah cepat. Via memanglah anak yang terbilang cerdas. Segala aktivitas dilakukannya dengan sekejap mata. Mulai dari cara dia berjalan, menulis, hingga berbicara bisa dalam satu tarikan nafas 1000 kata keluar dari bibirnya.

***

"Nih titipan kalian!!" Via membanting lembaran fotocopyan itu di meja Crystal.

"Berapa harganya?" Crystal menjawab dengan santai sambil sibuk melepas beberapa gelang di tangannya. Hal tersebut merupakan ciri khas anak yang satu ini. Sebab setiap kali akan ada pelajaran suster pasti Crystal panik dengan berbagai atribut yang di kenakannya. Suster ialah guru produktif di sekolah kesehatan ini, dan mereka dapat terbilang paling disiplin dalam hal penampilan.

"20.000 ribu satunya!!" Jawab Via cuek sambil meletakkan tas coklat berhiasi ukiran benang pink di pinggir tasnya.

"Dih gila!! Korupsi ya lo!!" Tuduh Rahma dengan mata sipitnya yang menyerngit hingga tak terlihat kedua bola matanya.

"Hahah kagalah!! Yaudah si ga usah"

"Dih serius lo? Tumben baik!!" Crystal memusatkan pandangannya pada Via. Matanya berbinar karena pagi ini dia mendapatkan gratisan dari sohibnya.

"Thank you cybeee" Rahma berterima kasih sambil senyam senyum ga jelas. ' Cybe ' ialah panggilan akrab yang sering dilontarkan mereka hanya kepada teman segenknya. Tak sedikit dari khalayak umum yang mendengar kata Cybe tak mengerti artinya. Mereka yang menciptakanpun tak tahu arti dari kata tersebut.

"Eh ngomong-ngomong kok lu tumben ngasih gratisan?" Crystal bertanya dengan mata menyelidik.

"Biasa gua dapat discount lagi dari Om Rofiq.. Bayangin aja!! Soal setebal ini masa cuma 17.500. Kalau gua hitung-hitung si harusnya 30.000" Via menunjukkan betapa tebalnya soal itu jika digabungkan dari 3 berkas menjadi 1.

"Wah.. hampir 50% tuh!! Salah ngitung kali!!" Rahma menjawab dengan wajah terkejut. Matanyapun tak berubah tetap saja sipit meskipun wajahnya menggambarkan ekspresi terkejut.

"Biasalah.. Kan gua langganan sekaligus tetangga jadi discount besar-besaran!! Lagi pula ya gua tuh setia banget sama kedai fotocopy itu. Secara mau gua ngeklipping, ngeprint, fotocopy, cetak foto, beli perlengkapan sekolah, sampai pulpen 1 batangpun gua beli disitu"

"Kayaknya dia cuma laku karena lu deh vi" Crystal menatap Via dengan muka datar.

"Iya bener banget tuh!! Trus kalau lagi butuh sesuatu kebetulan di kedai lagi kosong atau stocknya habis gimana?" Rahma menaikkan sebelah alisnya.

"Ya gua setialah nungguin sampai dia ada stock. Males beli ditempat lain. Kalau gua beli di tempat lain tuh harganya selangit. Beli di tempat lain cuma dapat 1! Sementara kalau di kedai dapat 2!!" Via semakin mempromosikan kedai kesayangannya itu.

"Astagah nih anak hemat atau pelit ya? Beda tipis si hehe" Crystal menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sahabat karibnya itu. Via memang anak yang gemar bercerita. Setiap kejadian di hidupnya di jadikan sebuah cerita olehnya.

"Kalau kepaksa banget gimana?!" Desak Rahma dengan tatapan yang semakin sinis.

"Huhh.. Ya terpaksa gua beli di toko sebrang. Habisnya ya di toko itu tuh jual semua kebutuhan yang gua perlukan. Tapi mahal si. Trus ya---" Ucapan Via terpotong karena Caca teriak dari bibir pintu.

"Eh suster suster!!" Entah dengan alasan apa Caca teriak seperti itu. Dengan nada yang melengking pula, ya sepertinya sebagai pertanda kepada beberapa anak di kelas agar melepaskan segala aktivitasnya dan duduk manis bak anak tk yang masih lugu-lugunya. Terpaksa Via memberhentikan pembicaraannya dan segera mengatupkan mulut karena takut di bentak oleh suster.

***

"Vi.. Gua nitip fotocopyan lagi ya!!" Teriak Crystal sambil meraih lembaran soal dari dalam tas mungilnya.

"Duh... Fotocopy apa lagi sih?!!" Keluh Via dengan nada rendah sambil menghela nafas.

"Ihs iniiiii.... Tugas suster yang tadi!!" Crystal memperlihatkan sederetan kata demi kata yang tersusun rapi dikertas putih nan suci.

"Oh iya!! Matiii!! Berarti besok ada pr dong? Ah males banget belajar gua. Yaudah sini" Via menepuk keningnya karena lupa akan tugas suster. Lekas diraih kertas soal itu dan di masukkan sembarang kedalam tas.

"Yaudah ayo balik!!" Crystal menuju ke bibir pintu dan lekas turun menuju lantai 1. Kelas mereka berada di lantai paling atas yaitu lantai 4.

Selama diperjalanan pulang, Via sibuk memainkan handphone miliknya hingga dia tak tersadar bahwa rumahnya hampir terlewat.

"Stop bang stop!! Sampai sini aja!!" Via menepuk pundak abang ojeknya berkali-kali karena panik.

"Ii.. iya neng" Jawab lelaki itu.

"Ini ya bang uangnya. Makasih" Via memberikan uang lalu segera memutar arah ke arah rumahnya. Sebelum menuju rumah, Via berjalan menuju kedai kesayangannya.

"Om Rofiqqq... Fotocopy dong!!" Teriak Via dengan suara lantang karena tak terlihat seorangpun disana. Tiba-tiba keluarlah sesosok cowok dengan postur badan ideal. Tubuh tinggi, kulit putih, muka ganteng duh pokoknya idaman banget. Muka Via terlihat bingung tak karuan. "Loh kok?!" Sambungnya.

"Mau foto copy apa?" Tanya cowok itu dengan ramah dan sambutan senyum manis di wajah gantengnya.

"Emmm.. bentar!!" Via mencoba meraih kertas itu namun tak kunjung di temukan. Cowok itu terus memperhatikan pelanggan pertamanya. Via semakin gugup dan panik karena di lihati cowok seganteng itu. Meskipun dia hanya tukang fotocopy tapi dia ganteng banget begitulah menurut Via. "Nih!!" Tangan Via meletakkan secarik kertas di atas meja. Tangannya sangat dingin karena gugup. Baru kali ini Via merasa gugup karena memfotocopy secarik kertas.

Seusai memfotocopy kertas tugas itu, Via menuju rumahnya. Betapa terkejutnya dia ketika kedua orang tuanya sibuk membereskan barang dan mengemasinya kedalam kardus yang besar. Via lupa bahwa dirinya akan segera pindah rumah. Entah apa yang sedang difikirkan Via hari itu hingga tugas suster sampai pindah rumah saja dia tak ingat.

"Loh mah.. Kita pindahnya sekarang?" Tanya Via dengan polosnya karena masih bingung dengan fikirannya. Terlebih masih terbayang wajah cowok ganteng di kedai fotocopy itu.

"Iya lah!! Cepat ambil barang barang kamu. Malam ini kita pindahkan semua barang agar besok pagi bisa bersihin rumah ini" Perintah Ibunda Via membuat Via tersentak dan segera menuju kamarnya.

***

ViiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang