Urusan Kita

295 28 3
                                    

*ckrek*

Sekali lagi, aku ucapkan minta maaf pada pemilik wajah bayi itu karena sudah mencuri fotonya selama 2 tahun ini. Aku -masih- tetap merasa diriku belum cukup meyakinkan untuk menampakkan diri dihadapan laki - laki manis itu. Terlebih ketika seringkali aku melihat dia bertemu dengan gadis cantik. Aku pasti akan sangat terlihat kecil jika saja saat aku menemuinya tiba - tiba gadis itu datang. Ya, walaupun kemungkinan untuk menemuinya saja masih sekecil titik.

Aku terlonjak kaget dan hampir cursing saat tiba - tiba laki - laki manis itu ada di hadapanku. Persis. Menyodorkan sebuah cup yang kutahu berisi green tea.

Aku ragu. Apa aku harus menerimanya? Untuk apa? Atau jangan - jangan... dia tahu? Dia memergokiku?! Bahaya!!

Aku menaikkan sebelah alisku, berlagak bingung dengan kegiatannya. Tapi dia malah tersenyum manis yang membuat darahku berdesir seketika. Tanpa aba - aba dariku, dia langsung meletakkan -secara paksa- cup itu di tangan kiriku dan menarik tangan kananku menuju salah satu bangku taman.

"Ada apa, sih?" Tanyaku pura - pura kesal saat kami sudah duduk. Dia masih diam dengan senyum yang dengan setia menghias kulit putih mulus wajahnya.

"Ada apa?" Dia mengulangi pertanyaanku dengan nada memastikan.

"Iya. Ada apa? Apa kita punya urusan?" Aku bertanya lagi. Ok, sekarang aku benaran kesal. Bagaimana tidak? Sedari tadi dia hanya tersenyum dan itu membuatku kikuk seketika.

"Kita punya urusan." Belum selesai dia menjawab, bibirku sudah gatal ingin menyela.

"Urusan apa, hm? Apa kita pernah bertemu sebelumnya? Tidak, kan?" Aku berkata sambil mengibas - ibaskan tanganku dan memalingkan wajahku kesembarang arah. Ok sekarang aku semakin pusing melihat senyum memabukkannya. Ternyata, walaupun aku sudah menjadi secret admirernya selama 2 tahun, perasaanku tetap akan terombak - ambik ketika melihat kedua pipi itu membentuk bola saat laki - laki ini tersenyum.

'Berhenti tersenyum atau aku akan mencubit bibir tebalmu itu, bocah manis' batinku dengan gemas.

"Apa maumu, sih? Ok kalau kau bilang kita punya urusan, tapi apa? Daritadi kau diam saja dan tersenyum. Tidak bosan? Tidak tahu, ya, kalau aku rasanya ingin mati--eh?" Aku kelepasan. Saking gemasnya aku kelepasan dan hampir menghancurkan baja yang kubuat untuk menutupi rahasiaku.

"Mau mati, ya? Senyumku terlalu manis, ya? Dan, kau mau tahu apa maksudku 'urusan' itu, ya?"

"Kau bertele - tele, Youngjae." Mantap. Kini aku benar - benar lepas kendali. Aku terlalu kesal -hampir dongkol- karena pertanyaan beruntunnya yang terkesan menggodaku.

'Sial'

"Kau tahu namaku darimana, tampa~n?" Suara manisnya kini menggelitik tepat di telinga kiriku karena dia berbisik di telingaku. Aku menegang. Tubuhku menegang. Entah kenapa aku merasa dia sedang mencoba menggodaku ala gadis genit.

"Pikir saja sendiri." Aku berkata sambil berdiri dan mencoba menstabilkan keseimbanganku yang hampir hilang karena bisikkannya tadi. Sungguh membuatku mabuk.

"DAEHYUN! SUDAH BERAPA BANYAK FOTOKU DI PENYIMPANANMU?? BISAKAH KAU MEMBAGIKANNYA PADAKU?? PASTI AKU TERLIHAT TAMPAN DI SETIAP TANGKAPAN. IYA, KAN?"

'Shit'

Aku berbalik dan kini giliranku yang menarik tangannya. Dengan sekuat tenaga aku melewati beberapa orang yang jelas saja memperhatikan kami berkat suara melengking Youngjae tadi.

Aku membawanya jauh ke sebuah gang kecil. Aku mendesaknya di dinding. Tanpa didesak, pun, sebenarnya keadaannya juga sudah mendesak alias sempit.

Aku menumpukan kedua telapak tanganku di samping kepala Youngjae seakan aku mengunci pergerakannya. Dalam kurunganku, -lagi - lagi- laki - laki manis ini hanya tersenyum simpul.

"Sebenarnya apa yang kau maksud 'urusan'?" Tanyaku dengan suara yang kubuat serendah mungkin.

"Kau sangat ingin tahu, ya?" Dan yang paling menyebalkan adalah saat dia mencoba menggodaku dengan balik bertanya seperti ini.

"Ok ok. Maaf. Akan kujelaskan." Dia menjeda sejenak kalimatnya dengan satu tarikan dan satu hempasan napas teratur dan berakhir pada senyuman lagi.

"Pertama, urusanmu. Menjadi secret admirerku selama dua tahun. Aku tahu itu, Daehyun. Eoh! Dan bahkan aku juga jadi ikutan stalk kamu sampai aku tahu tanggal lahirmu dan makanan kesukaanmu. Maafkan aku jika selama ini aku pura - pura tidak tahu dan bersikap seakan mengabaikanmu. Tapi, percayalah, aku juga selalu memperhatikanmu ketika kamu fokus pada tangkapanmu." Dia tersenyum lagi dan kini dia tambah dengan acara menggigit bibir bawahnya.

"Dan yang kedua..."

CUP

"Karena ini musim semi, aku ingin kamu mengajakku pergi ke Jepang dan melihat pohon yang bersemi."

Aku membeku. Leherku tercekat. Dan lidahku kelu. Ditambah otak dan tubuhku mendadak seperti berhenti melakukan aktivitas.

Aku tahu itu berlebihan. Tapi... apa kalian tahu rasanya diCIUM TEPAT DI BIBIR oleh orang yang kalian sukai secara diam - diam selama 2 tahun?

"Bagaimana?" Dia bersuara lagi dan menyadarkanku dari fantasi - fantasi tentang kecupannya tadi.

"Hah? Kau mau ke Jepang?" Aku pura - pura tidak peka.

Youngjae mendengus jengah. Matanya menatap datar mataku yang sengaja kubuat se- innocent mungkin.

"Kau ini tidak peka, ya? Aku tahu, kok. Kalau kamu ingin kencan ke Jepang dan melihat pohon yang bersemi. Tidak usah pura - pura lupa."

"Maksudmu?" Yang ini aku benar - benar tidak mengerti. Maafkan aku.

"Aish. Maksudku... kau mau, kan, mengajakku ke Jepang melihat pohon dan menggandengku atas nama kekasihmu?? Bagaimana, sih Jung Daehyun?"

Aku cengo.

"Kalau bisa sekalian nikah, deh. Biar senang."

Aku tambah cengo.

Fin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret AdmirerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang