Akan Terbiasa

312 17 1
                                    

Kini hari hari ku terus berjalan walaupun dengan dua dunia. Aku pergi ke makam kakek dan nenek ku menjelang bulan Suci Ramadhan dan aku selalu melihat sosok astral yang berada di makam ini. Bahkan aku melihat sosok kakek dan nenek ku yang berdiri dekat pohon besar sedang menatap keluarga ku yang sedang berdoa, dan aku menatap senyum ke arah nya sambil melambaikan tangan ku.

''Kakak kenapa?'' romi membuat ku kaget

''Apa kau tak berdoa?'' kata kakak ku, dia memang sedikit agak cuek.

''Aku hanya melambaikan tangan ku pada kakek dan nenek yang sedang menatap kita'' kataku kembali menatap mereka.

Kami pun pulang diperjalanan yang cukup jauh, mendung membuat adikku tertidur aku melihat di balik kaca tiba tiba ada sesosok yaa sesosok itu berjalan mengikuti mobil ku muka nya tak asing ' kau seperti adikku ' ya dia sosok yang disekolah, apa apaan ini apakah dia selalu mengikuti ku yatuhan semoga tidak.


Sekolah..
''Brian?'' kataku dan dia memainkan ponselnya

''Hm?'' aku terdiam, aku ingin bercerita tentang gadis di depan sekolah

''Ada apa gin?'' tanya brian

''Begini.. Apakau tau sesosok gadis yang ada didekat post satpam itu?''

''Tidak tau, kan aku tidak bisa mengetahui itu''

''Ah iya kau benar'' kataku malas

''Ada apa? Apa dia mengganggumu?''

''Ya, dia pernah bilang aku mirip adiknya dan dia mengikutiku, aku hanya ingin dia tidak menggangguku''

''Kalau begitu, kau katakan pada dia agar tidak mengganggumu'' kataku mengangguk lalu aku dan brian langsung menuju taman belakang kulihat dia berada lumayan jauh dariku lalu aku mendekati nya namun brian hanya duduk dan membiarkan aku bicara dengannya.

''Siapa namamu?'' kataku

''Sanya, kau pasti ginaya'' kata sosok itu

''Kau tau,'' kataku mengangkat satu alisku

''Ya, karena aku kan selalu mengikutimu kemanapun''

''Aku tau, tapi bisakah kau tak mengikuti ku lagi. Aku sangat risih kau bagaikan penguntit'' kataku to the point. Wajah nya berubah menjadi murung, tak ada senyuman lagi.
''Dengarkan aku, jika kau menyukai ku kita bia berteman tapi hanya ketika aku disekolah jika aku diluar sekolah tolong jangan itu kan membuat ku risih dan takut san, aku tak apa jika kau ingin berteman dengan ku tapi hanya di sekolah'' lanjut ku.

''Aku hanya rindu pada adikku'' katanya tertunduk. Sebagai hantu dia sangatlah lemah.

''Ya aku mengerti, tapi bisakah kau mengerti bahwa aku manusia yang mengetahui aktifitas apasaja yang makhluk makhluk itu lakukan, kecuali jika aku manusia normal pada umumnya yang tak tahu akan ada nya makhluk yang berada didekat ku, itu tak apa''

''Baiklah, aku akan menjaga mu di sekolah saja'' katanya seperti sudah mengerti.

''Terimakasih sanya'' kataku tersenyum dan kini dia pun tersenyum juga padaku.




''Apa sudah bicara?'' tanya brian kepadaku

''Ya, dia akhirnya mau mengerti juga''

''Aku mendengar apa yang kau katakan padanya tadi''

''Lalu?''

''Aku tak bisa mendengarkan sosok itu bicara haha'' katanya sambil tertawa

''Jelas saja, kau kan manusia normal pada umumnya''

''Baiklah, tapi seharusnya dia juga tak apa kalau tak menjagamu'' kata brian merangkul pundakku sambil berjalan kr arah kelas

''Mengapa?''

''Karena kan ada aku haha'' lagi lagi dia tertawa, dia memang suka sekali bercanda

''Kau memang sangat suka bercanda yah haha''

''Aku bahkan serius'' katanya menatap ku, lalu aku tersenyum lalu senyumanku berubah karena ada sosok memakai seragam yang sama seperti ku tapi dengan kepala yang berdarah dan baju yang sudah kotor menatapku dengan tatapan kosong.

''Ada apa lagi?'' kata Brian melihat ke arah belakang nya tapi pasti di matanya tidak ada apa apa

''Itu.. '' kataku menunjuk ke arah sosok pemuda itu

''Kau membuat ku bingung''

''Ada seorang berseragam seperti kita dengan berlumuran darah menatap kita terus'' kataku sambil berbisik. Lalu dengan cepat brian menarik tangan ku untuk pergi menjauh namun kurasa sosok pemuda itu mengikuti ku sambil terus berjalan aku menoleh kebelakang aku melihat dia berjalan terus mengikuti ku, dengan geram akupun berhenti dan itu membuat brian ikut berhenti. Aku menoleh kebelakang.

''Stop! Kenapa kau mengikuti ku'' kataku menatap tajam kearahnya

''Aku tidak suka pada kalian'' katanya membuat aku menatap brian yang nampak kebingungan

''Mengapa? Kami bahkan tidak mengganggumu'' kataku mulai memanas

''Tapi kau tadi bermesraan di daerah ku , aku sangat tidak suka''

''Hh?bukankah banyak yang sepeti itu''

''Iya tapi hanya kau yang mengetahui keberadaan ku''

''Baiklah, aku minta maaf. Jangan ganggu aku''

Aku pergi mengajak brian kekelas dan menceritakannya pada brian.

''Hah? Gila kali tuh udah mati masih saja cemburu melihat kita'' kata Brian tidak terima. Aku memukul lengannya ''aw'' kata nya kesakitan

''Bisakah kau jaga ucapan mu bagaimana jika ia mendengar dan menghantui mu'' kata ku meledek

''Yakk. Aku tidak takut aku punya tuhan yang maha besar'' aku terdiam, memang benar apa yang dikatakan brian.


Dan pada akhirnya aku sudah terbiasa di sekolah ini walaupun ada banyak hantu yang sangat tidak suka keberadaanku disini tapi aku melawannya aku tidak takut dengan semua itu karena ada Tuhan yang selalu menjaga ku dan ada orangtua serta sahabat dekat ku Brian yang selalu membantuku dalam menghadapi masalah ku dengan hantu hantu konyol bin nyebelin itu, dan aku harus menerima bahwa takdirku untuk menjadi anak Indigo yang mengetahui dunia makhluk makhluk yang sudah mati.

END

INDIGOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang