Mata Arinka menatap nanar ke layar Macbook. Tangan kirinya menyeka kening yang basah oleh peluh. Ia telah melewati hampir tiga jam penuh perjuangan berselancar di dunia maya, merentas dua akun instagram dan tiga akun FB. Dan akhirnya, ia berhasil mendapatkan percerahan. Ternyata prasangka otaknya benar, hanya hatinya yang tidak percaya.
Dengan sedikit gemetar, Arinka meraih selembar post it note yang tertempel di meja. Di telitinya deretan kalimat yang tertulis disana, lalu di bandingkannya dengan sebuah foto di layar macbook. Ternyata benar, hasilnya 85% identik. Ini tulisan orang yang sama. Seketika ia bergidik. Benaknya bertanya-tanya, kok bisa sih orang itu melakukan hal gak masuk akal begini?
Ia mengingat kembali kapan kejadian ini dimulai. Pada awalnya, hanya ada kiriman paket yang di alamatkan ke kantornya. Paket itu selalu datang setiap dua hari sekali. Tidak jelas siapa pengirimnya, namun ketika di buka, isinya lebih tidak jelas lagi. Ada sebuah boneka barbie dengan balutan gaun pengantin. Di wajah boneka itu, tertempel foto Arinka, sengaja hanya di crop di bagian wajah saja, seakan Arinka lah yang sedang memakai gaun pengantin tersebut. Selain boneka barbie, di selipkan pula tempelan lembar post it note di dalamnya. Ada kalimat 'WIIL YOU MARRY ME?' dan tulisan berisi gombalan receh disana. Mengingatkan Arinka pada sesosok kadal jantan yang sering menggodanya dengan gombalan sama recehnya. Namun ia ragu, Kadal jantan itu bukan tipe cowok yang beli barbie terus ngirim paket gak jelas ke Arinka begini. Orang itu tipe yang sengaja nunggu Arinka di lobby pas jam makan siang, biar bisa menggombal langsung. Dan lagi, kantor mereka kan masih satu gedung, ngapain juga pakai ngirim paket segala?
Berarti bukan mas Radhi pikir Arinka.
Jadi siapa? Akhir-akhir ini Arinka juga sering di menerima panggilan dari nomor tidak di kenal. Ketika di angkat, yang terdengar hanya suara desahan tidak jelas. Waktu di matikan, tidak beberapa lama akan ada panggilan lainnya. Sudah berulang kali Arinka memasukan nomor baru ke dalam daftar blokir ponselnya, namun akan selalu ada nomor baru lainnya. Akhirnya, setiap nada dering ponselnya berbunyi, Arinka jadi trauma sendiri. Dia sering mengatur ponselnya menjadi mode silent. Akibatnya, akan ada beberapa missed call dan terkadang juga ada telepon penting yang terlewatkan.
Hingga malam ini, Arinka memutuskan untuk menyibak tabir kebenaran. Siapa sebenarnya pelaku teror ini? Sejujurnya, otaknya telah mengantongi satu nama tersangka lain selain Radhian. Ada satu nama yang di curigai otaknya, namun di sangkal oleh hatinya. Hingga Arinka nekat merentas akun, hanya untuk mencari sebuah foto yang bisa di jadikan bukti. Arinka sangat menyesal mengapa dulu ia memblokir setiap akun sosial media orang itu setelah mereka putus? Jika mereka masih berteman di akun sosial media kan, gak perlu susah-susah merentas akun begini.
Iya, orang lain yang di curigai Arinka adalah mantan kekasihnya dulu. Hadi. Hubungan mereka yang kandas begitu saja akibat terhalang restu, bisa saja menjadi alasan mengapa sang mantan meneror Arinka, bukan? Mana isi post it note-nya kan berisi ajakkan menikah. Sudah terbukti juga, contoh tulisan di sosial media mantannya dengan tulisan di lembar post it note itu hampir sama. Arinka tidak habis pikir, kok dia bisa segila ini? Bukankah moment putus hubungan mereka sudah lamaa sekali? Sekitar enam bulan yang lalu. Kenapa belingsatannya baru sekarang?
Arinka memijit keningnya. Lalu, kalau ia sudah tahu faktanya begini, terus mau apa? Lapor polisi? Kurang bukti. Cerita ke Kinan? Ah, enggak mau. Saat ini adalah moment paling bahagia bagi Kinan. Karena, sang pangeran sudah melamarnya dua bulan yang lalu. Iya, akhirnya Satrya sudah menetapkan pelabuhannya pada Kinan. Mereka akan menikah dalam waktu dekat. Mereka lagi sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk pesta pernikahannya. Masa, Arinka tega mengusik kebahagiaan sahabatnya itu, dengan kabar teror gak jelas ini?
Arinka lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menjadi hacker ternyata melelahkan. Menjadi hacker yang di teror mantan, lebih melelahkan lagi. Matanya masih sibuk mengamati layar ponsel. Kemudian sebuah ide terbesit dalam pikirannya. Ia lalu membuka sebuah aplikasi GPS Tracker, yang dulu sengaja ia instal sepasang dengan mantan kekasih. Waktu masih pacaran sih, maksudnya biar tahu dimana lokasi sang pacar. Bahkan Arinka juga sengaja memanipulasi aplikasi tersebut biar tidak di sadari si empunya ponsel. Dan voila! Ternyata aplikasi itu sekarang masih terpasang di ponsel sang mantan.
Maka Arinka pun mencoba mendeteksi dimana lokasi mantannya itu. Matanya mendelik ketika menyadari satu hal. Lokasi mantannya berada di lokasi yang sama dengannya. Arinka kemudian melesat mengunci pintu kamarnya juga jendela. Dalam hati ia meyakinkan diri bahwa orang itu gak bakalan berani mengganggunya. Ada keluarganya lengkap di rumah. Di jendela juga ada teralis besi yang kokoh. Aduh, Pada kemana lagi satpam komplek? Kok bisa sih, orang asing memasuki komplek mereka tengah malam begini?
Sebuah nada dering meraung dari ponselnya. Arinka hampir saja membanting ponselnya jika ia tidak menyadari siapa sang penelpon.
Kadal jantan.
"hallo." sahut Arinka sambil mencoba menstabilkan suaranya. Ada napas lega yang ia lakukan mengetahui yang menelpon bukan mantannya.
"ini dengan ibu Mayasari?'
Kening Arinka berkerut. Bukannya ibu Mayasari itu nama ibunya? Wah, nih kadal pasti lagi melancarkan aksi menggombalnya. "udah deh mas Radhi, ada perlu apa nelpon malem gini? Sudah hampir jam setengah tiga." Sahut Arinka judes.
"eh, bukan ibu Mayasari, ya? Wah, padahal gue mau ngomong sama ibu Mayasari. Mau minta tolong bangunin anaknya, biar solat malem bareng gue, gitu." jawab Radhi tetap keukeuh mempertahankan gombalan recehnya.
"gak ada yang lebih penting apa, yang di bicarain? gue tutup, ya?" kata Arinka. Sumpah moment begini gak pas banget di ajak becanda.
"uluuhh, tengah malam masih judes aja lo. Kok gak tidur sih?"
Piiip. Arinka langsung mematikan sambungan telepon. Ia lalu kembali membuka aplikasi GPS Tracker-nya, bermaksud memastikan dimana lokasi sang mantan sebenarnya. Namun, sebuah panggilan kembali masuk..
"aduh, mas Radhi apa lagi sih?" dumel Arinka sebal.
"...."
"hallo?" Arinka melirik layar ponselnya. Sial, bukan nomor Radhi. Nomor tidak di kenal. Arinka lalu kembali menempelkan ponselnya ke telinga dan mendengar suara desahan aneh lagi. Ada suara lolongan anjing dari sana. Lolongan yang sama yang di dengarnya dari luar rumah. Secara impulsif ia melangkah ke jendela kamarnya. Bersyukur lampu kamar dalam keadaan mati total. Hanya cahaya dari lampu luar saja yang menerangi. Arinka membuka tirai penutup jendela. Seingatnya hanya ada satu tetangga yang memiliki anjing di kompleknya. Tetangga itu berada tepat di depan rumahnya sendiri.
Mata Arinka meneliti keadaan di luar. Ada seseorang sedang berdiri menghadap ke arah kamarnya. Ia memakai jaket hitam dan topi yang menutupi setengah wajahnya. Namun demi Tuhan, Arinka mengenal sosok itu. Hadi.
Arinka langsung menutup tirai perlahan. Jantungnya berdetak gila-gilaan. Kaosnya kini basah. Dilihatnya panggilan telepon masih tersambung. Ia lalu mendekatkan lagi layar ponsel ketelinga. Sebuah gemerisik terdengar sebelum sebuah suara berat bersuara "sayang, jangan ngintip malu-malu gitu dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Pilihan #GiveAwaySKdPL #Radhinka
Short Story"dek, kalau abang... gak lagi sakit gini... boleh gak, gue... merebahkan kepala ... dalam pangkuan lo.. kaya sekarang.?" sahut Radhi sambil tersenyum. Arinka tidak mau menjawab. Kepalanya menggeleng-geleng kuat. Ia merasa jika ia menjawab kalimat Ra...