Awal semua

34.7K 141 1
                                    

Masa bodoh jika dia membenciku atau aku membencinya. Karna sesuatu di genggamanku ini aku wajib datang. Dia masih berstatus temanku walaupun orang itu datang, aku tak peduli. Tujuanku untuk menghadiri acara ulangtahun temanku, bukan ulangtahun dia.

Masih duduk di depan cermin rias, aku menghela nafas menguatkan tekad. Aku raih tas di pangkuan dan memasukkan undangan yang sejak tadi di genggam. Sedikit memoleskan bedak kembali ke wajah untuk menghapus keringat yang hadir di dahi. Dirasa sudah cukup aku berdandan, memuaskanlah hasil polesan tanganku ini.

"Ma, aku pergi! Doakan keselamatan aku." seperti biasa sebelum aku pergi aku menghampiri figura besar di ruang tamu. Wanita cantik yang tengah tersenyum bahagia. Foto candid yang aku potret saat pergi berlibur di Thailand dan menjadi kenangan terakhir bersama Mama. "Katakan pada Tuhan agar aku selalu di beri keselamatan dan kesabaran. Katakan juga pada-Nya, tolong hilangkan segala kejadian negatif untuk diriku. Aku selalu berdoa untukmu juga Mama. Aku menyayangimu!"

Sejak lahir, Mama adalah orang yang satu-satunya orangtua yang aku miliki. Mama bilang, Papa sudah meninggal sebelum aku lahir tapi Mama tidak pernah mengizinkan aku untuk menemui makamnya. "Mama takut terbawa masalalu. Maafkan mama ya. Sudah cukup mama bahagia dengan kehadiran kamu" itu yang dikatakannya setiap aku bertanya semua tentang papa. Fotonya pun tak pernah aku tau.

Cukup lama di hadapan figura besar ini, aku memutuskan berangkat. Taksi yang ku pesan sudah menunggu daritadi.

"Haiii.. Angel!" teriak seseorang saat baru saja aku memasuki kerumunan pesta. Pesta yang di adakan tidak semewah pesta lainnya yang di adakan di hotel-hotel bintang lima. Pesta ini cukup sederhana yang hanya di adakan di belakang rumah. Di tengah-tengah kolam renang disusun lampu kerlap-kerlip dengan tulisan "Happy Sweet 17 Kay" mungkin karna dekorasi yang memuaskan jadi pesta ini terlihat seperti pesta dengan harga miliaran.

Aku memutar bola mata karna panggilan orang ini. Dia hanya terkekeh menertawakan kekesalanku.

"Maafkan aku Lily. Kau sangat lucu jika marah seperti itu!" ucapnya dan tertawa lagi. "Padahal Angel nama yang indah."

Namaku, Kenisha Angelily Charemon. Mama bilang artinya malaikat yang cantik dan periang dan harum seperti bunga lily.

"Kan sudah aku katakan kenapa aku tak mau di panggil Agel. Itu.. "

"Maaf, maaf. Aku tak akan mengulanginya!" ucapnya merasa bersalah. "Oh iya aku belom mengatakan sesuatu" Aku mengangkat kepala untuk menatapnya. Lama di pandang olehnya, aku memalingkan wajah.

Dia tertawa lagi, entahlah, dia aneh. Dia kebanyakan tertawa di dekatku, katanya aku lucu padahal aku merasa tak pernah melucu. Kejadian dalam hidupku sudah terlalu lucu hingga tak sanggup lagi tertawa. Dulu, dulu sekali aku pernah tertawa saat Mama masih ada.

Exel, pria di sampingku ini menyentuh pipi kananku dan menghadapkan wajahku padanya. Aku masih tak mau menatapnya. Aneh rasanya jika harus beradu mata dengan seseorang walaupun dengan seseorang yang sudah ku kenal sejak kecil.

"Aku hampir lupa mengatakan jika kamu cantik sekali malam ini." Tak mempan! Aku tak terkesan sama sekali dengan ucapan pria playboy yang suka berganti ganti lubang ini. "Aku serius mengatakannya!" ibu jarinya bergerak mengelus pipiku. Lalu tiba-tiba ada sesuatu yang kenyal menyentuh bibirku.

Aku terkejut. Memang sudah berkali-kali Exel menyiumku tapi hanya sebatas di pipi ataupun dahi.

Dan ini bukan hanya sebuah kecupan, dia menggerakan bibirnya mencecap bibirku. Aku tak tau harus bagaimana karna ini adalah pertamakalinya dalam hidupku. Aku pasrah atas apa perlakuannya. Bibirnya yang lembut tidak bisa membohongi diriku jika aku sangat menikmatinya.

AngelilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang