two

1 0 0
                                    

Author POV

Tak terasa hari Minggu sudah lewat. Hari Minggu itu Kate habisakan untuk belajar memasak dengan Katriney, mama tercintanya.

Sekarang hari Senin, hari yang paling dibenci oleh Kate. Walaupun Kate nerd dan tergolong pintar tetap saja siapa sih yang menyukai hari Senin? Mulai dari upacara panas-panasan dan langsung disambut dengan pelajaran pertama yaitu fisika. Kate kurang menyukai pelajaran itu. Bisa dibilang benci, mungkin.

Tadi pagi sehabis sarapan, Kate membuat roti sandwich coklat keju kesukaannya. Tentu untuk diberi pada Ronaldo.

Setelah upacara selesai semua murid memasuki kelasnya masing-masing. Kate duduk di kursi paling depan dan langsung berhadapan dengan papan tulis. Alasan pertama, supaya Kate fokus menyimak apa yang dijelaskan gurunya. Alasan kedua, teman sekelasnya tidak ada yang mau duduk di depan, jadilah dia dan beberapa siswa-siswi nerd lainnya duduk dihadapan papan tulis seperti ini.

Kate satu meja dengan Veranica Allysa, biasa dipanggil Vera. Kate sudah sahabatan dengan Vera sejak SD sampai SMA ini, jadi Kate sangat mengetahui seluk beluk sahabat tersayangnya ini, begitu juga sebaliknya.

"Woi guru-guru lagi pada rapat, jadi kita freeclass sampai jam istirahat." kata Ketua Kelas X IPA 1.

"Boleh kantin nggak?" tanya Tiara.

"Boleh." jawab Reno, Ketua Kelas.

"Main basket di lapangan biasa boleh nggak, Ren?" tanya Doni.

"Boleh. Paling nanti orang tua lo di panggil." jawab Reno santai.

"Anjir lo." ucap Doni.

"Boleh jalan-jalan di koridor kelas nggak?" tanya Wanda, cewek yang terkenal centil.

"Boleh. Mau mejeng ya lo?" ucap Reno.

"Iya lah ngapain lagi." jawab Wanda sambil mengibaskan rambutnya.

Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan teman sekelas Kate.

"Ver, ke kelasnya Kak Vale yuk?!" ucap Kate antusias.

"Kak Vale siapa?" tanya Vera.

"Ish! Kak Vale tuh Kak Ronaldo!" jawab Kate kesal.

"Oh mau ngapain?" tanya Vera.

"Ya mau ngapain lagi sih emangnya." jawab Kate sambil memutar bola matanya.

"Yaudah yuk sebentar aja ya." ucap Vera.

Kate dan Vera berjalan menuju kelas XI IPS 2, kelas Ronaldo. Sebenarnya Kate dan Vera tidak biasa berjalan-jalan di koridor, terutama Kate. Yang ada Kate malah dibully.

"Loh kok Kak Vale nya nggak ada sih, Ver?" tanya Kate sambil celingak celinguk memperhatikan anak-anak di kelas itu.

"Tuh lagi main basket." jawab Vera sambil menunjuk lapangan basket.

"Yaudah yuk ke lapangan." ajak Kate.

"Eh kan kata Reno nggak boleh ke lapangan, Kate." ucap Vera.

"Terus aku ngasih bekalnya kapan dong?" tanya Kate.

"Nanti aja pas istirahat, gue temenin kok." kata Vera sambil tersenyum.

"Kamu emang sahabat aku paling baik, Ver!" ucap Kate.

"Iya dong hehe. Yaudah yuk balik ke kelas aja gue mau lanjut baca novel." ajak Vera.

"Yuk." jawab Kate.

----------------------------------

Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Kate dan Vera segera ke kantin tidak lupa membawa bekal yang dibawa Kate untuk Ronaldo.

"Tuh ada Kak Ronaldo. Kasih gih!" ucap Vera.

"Aku kok gugup gini ya, Ver." balas Kate.

"Udah santai aja ada gue kok. Yuk!" ucap Vera.

Kate dan Vera pun menghampiri meja Ronaldo and the geng.

"Eum hai Kak!" ucap Kate gugup.

Semua orang di meja itu memandangi Kate bingung.

"Eh anak cupu ngapain lo kesini? Sono pergi!" usir Rafael.

"Nggak usah dengerin dia. Lo ngapain kesini?" tanya Michael, teman sekelas Ronaldo.

"A-Aku ma-mau ngasih bekal ini, Kak." ucap Kate gugup.

"Oh mau ngasih ke siapa?" tanya Michael lagi.

"Ke Kak Vale." jawab Kate sambil menundukkan kepalanya lalu memberi bekalnya ke Ronaldo.

"Kak Vale?" tanya Daniel, teman sekelas Rafael.

"Eum maksud aku Kak Ronaldo." jawab Kate.

"Whoa! Seorang Aldo dikasih bekal sama anak cupu kayak gini." ucap Rafael sambil tertawa.

"Lo mau ngasih bekal begituan ke gue? Nggak sudi gue dapat bekal dari anak nerd kayak lo! Dan tadi lo panggil gue apa? Vale? Nama panggilan gue Aldo bukan Vale. Nggak usah ganti-ganti!" bentak Ronaldo lalu melempar kotak bekal itu sehingga isinya tumpah.

"Ma-ma-maaf Kak." ucap Kate menahan tangisnya.

Vera yang melihat sahabatnya dipermalukan seperti ini tidak tinggal diam.

"Eh kak, lo pikir lo itu siapa hah?! Kalau emang lo nggak sudi nerima bekalnya seenggaknya jangan dilempar kayak gini. Nggak punya hati lo!" bentak Vera.

"Ayo Kate kita pergi." ucap Vera lembut.

Kate hanya menurut dibawa ke taman belakang oleh Vera. Sampai di taman, Kate sudah tidak tahan lagi. Kate menangis dipelukan Vera.

"Ve-Ver aku ng-nggak nyangka kalau respon da-dari Kak Vale kayak gitu." ucap Kate sesenggukan.

"Udah ah nggak usah nangisin cowok kayak dia. Nggak penting." kata Vera sambil mengelus punggung Kate.

"Kak Vale penting buat aku tau!" ucap Kate memanyunkan bibirnya.

"Whatever." ucap Vera sambil memutar bola matanya.

~~~
chapter setelah ini akan lebih sedikit dibanding chapter-chapter sebelumnya ya.
jgn lupa vomment!
thanks:)
bf: 21 June 2016
edited: 8 July 2016
-ice cream

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Disappointed LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang