Book

6.4K 575 64
                                    

Jeon Wonwoo membuka pintu, dan membalik tanda 'Sorry We're Close' menjadi 'We're Open 😊' kemudian menyalakan lampu di titik tertentu.

Memandang sekelilingnya dengan senyum lebar, Wonwoo masuk ke counter dan mulai bekerja.
Pengunjung perpustakaan belum ada, tetapi dia sudah sibuk memeriksa katalog di komputer, sambil memeriksa data buku yang sudah jatuh masa peminjamannya.

Wonwoo sangat menyukai pekerjaannya. Sesuatu yang jarang dipilih oleh pria seusianya. Wonwoo baru 25 tahun, tetapi dia rela menghabiskan waktunya di perpustakaan tua ini. Memilah buku, merapikan susunannya, mencari koleksi buku baru, bahkan menerima pertanyaan dari para pengunjung.

Sekilas orang akan menduga bahwa Wonwoo adalah pria pendiam dan kutu buku yang aneh, walaupun dia mempunyai wajah yang tampan dan berpenampilan rapi, seperti anak muda kebanyakan. Wonwoo jarang tersenyum saat sedang membaca buku atau bekerja dengan komputernya. Tetapi saat ia melayani pengunjung, senyum manis tidak pernah hilang dari wajahnya.
Wonwoo sangat menikmati pekerjaannya karena ia sangat mencintai buku. Hidupnya berputar dalam rutinitas yang sama.

Jam 10 pagi pengunjung mulai berdatangan, 1 jam setelah perpustakaan buka. Biasanya yang pertama datang adalah kumpulan lansia, yang merasa bosan di rumah dan mampir ke perpustakaan untuk sekedar bernostalgia atau hanya duduk disana.
Wonwoo menyapa pengunjungnya satu per satu.
Mereka menyapa pemuda itu dan duduk di sofa yang telah disediakan sambil membaca koran hari ini.

Wonwoo mengatur seisi perpustakaan ini, baik dari susunan rak, katalog, hingga penempatannya. Tidak melulu sendiri. Setidaknya seminggu sekali akan ada mahasiswa jurusan sastra dari satu satunya universitas disini membantunya. Sebulan sekali bantuan tambahan datang dari siswa SMA kota ini.
Kota tempat tinggal Wonwoo adalah kota kecil, tetapi untuk pendidikan, kota ini mempunyai sarana lengkap. TK sampai Universitas ada disini. Walaupun hanya 1 untuk masing masing tingkatan.
Hal itu yang membuat perpustakaan ini tetap hidup.
Kota ini adalah kota kecil yang sudah tua, penduduknya adalah keluarga yang sudah turun temurun tinggal disana, jadi bisa dipastikan semua mempunyai hubungan saudara.

Jam 12 para lansia akan meninggalkan perpustakaan untuk makan siang di rumah masing-masing.
Wonwoo sendiri akan makan di ruangannya. Dia tinggal di dalam perpustakaan ini. Masak sendiri. Semua serba sendiri.

Jam 1 dan 2 adalah waktu berkunjung siswa SMA-SMP. Setiap hari setidaknya 5 orang siswa akan muncul, bertanya pada Wonwoo mengenai buku apa yang bisa dijadikan referensi karangan mereka.

Jam 3 adalah waktu berkunjung siswa TK dan SD, bersama orang tua mereka. Kebanyakan ibu-ibu. Terkadang para ibu muda itu akan membawakan Wonwoo kudapan, atau bahkan makan malam.

Jam 5 adalah waktu berkunjung para Mahasiswa.
Sampai akhirnya perpustakaan ditutup jam 7.

Wonwoo hanya akan meninggalkan perpustakaan setiap hari minggu, hari liburnya, untuk pergi ke pusat kota, berbelanja kebutuhan untuk seminggu.

Wonwoo adalah pendatang di kota ini. Tetapi kota ini menerima dia seakan sudah sejak lahir dia ada disana.

~~~~~~~~~~~*******~~~~~~~~~~~~~~~
Seperti hari-hari sebelumnya, Jeon Wonwoo melakukan rutinitasnya sebagai pustakawan.

Hampir setiap hari ada saja pengunjung baru, yang hanya akan Wonwoo lihat hari itu saja. Tetapi kali ini pengunjung yang baru melangkah masuk memberikan kesan berbeda pada Wonwoo.

Wonwoo meduga dia adalah seorang Mahasiswa. Tinggi, berkulit sedikit gelap, dengan rambut coklatnya yang tersisir rapi dan bermuka masam.
Pengunjung itu langsung menuju rak buku dan terlihat dari meja Wonwoo bahwa dia sedang berpikir keras memilih buku yang akan dibacanya.

Biasanya Wonwoo akan duduk manis di counter sambil mengerjakan sesuatu dan baru akan menghampiri pengunjungnya apabila dia dipanggil, tetapi kali ini Wonwoo meninggalkan counternya dan menghampiri pengunjung baru itu.

"Ada yang bisa dibantu?" Wonwoo menyapa pengunjung barunya.
"Aku butuh literatur untuk tugasku. Besok harus sudah ku serahkan, tetapi lihat semua buku ini. Terlalu tebal. Terlalu banyak huruf yang harus dibaca" yang ditanya menjawab sambil memandangi barisan buku di depannya. Tidak sedikitpun menoleh ke arah Wonwoo.
Wonwoo hanya tersenyum sedikit.

"Bahan apa yang kamu perlukan?"
"Apa saja asalkan berhubungan dengan seni abad pertengahan. Tetapi tidak tebal. Sampulnya saja sudah membuat sakit kepala"
Akhirnya pengunjung itu memalingkan wajahnya dan bertemu dengan wajah Wonwoo.

"Baiklah, untuk seni ada di rak belakang" Wonwoo tersenyum. Yang diberikan senyum hanya memandang pustakawan dengan mata terbuka lebar.
"Ikuti aku" ujar Wonwoo dan pengunjung itu langsung mengikuti Wonwoo ke bagian belakang tanpa mengucap apapun, dan tanpa melepaskan pandangannya dari sosok sang pustakawan.

Mereka tiba di bagian belakang
"Tidak banyak yang datang ke seksi ini. Kamu bisa mencari apa yang cocok disini. Semoga berhasil" Wonwoo baru akan meninggalkan pengujungnya, tiba-tiba tangannya ditarik dengan lembut.

"Aku Kim Mingyu, 22 tahun. Tahun terakhir di kampus"
Mingyu memperkenalkan dirinya.
"Aku baru tahu kalau di perpustakaan ada bunga cantik yang sedang mekar"
Wonwoo menaikkan satu alisnya.
'Apakah anak ini sedang merayuku?' Wonwoo membatin

"Aku akan kembali ke counter. Apabila ada yang kamu butuhkan, silakan datangi counter ku"
Wonwoo meninggalkan Mingyu dan kembali ke mejanya, sambil tersenyum tipis.

Best Book I Ever ReadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang