Visitor

4K 525 40
                                    

Kim Mingyu adalah mahasiswa yang populer di kampusnya. Kapten tim basket dan punya jaringan pertemanan yang sangat luas. Wajahnya juga tampan. Dan dia sadar akan hal itu.

Ini adalah kali pertama Kim Mingyu menapakkan kakinya ke dalam perpustakaan. Sejak TK hingga SMA bahkan hingga kuliah, dia tidak pernah mengunjungi perpustakaan ini. Perpustakaan masuk ke dalam list 'Not Cool' menurutnya. Alasan lain? Kim Mingyu tidak suka membaca. Buku itu merepotkan bagi Mingyu. Terlalu banyak huruf yang harus dibaca dan itu membuat Mingyu sakit kepala.
Buku yang Mingyu baca selama ini hanyalah buku pelajaran, dan majalah hiburan.

Profesor pembimbingnya lah yang membuat seorang Kim Mingyu masuk perpustakaan.

"Buatlah esai tentang apa yang menjadi fokusmu saat ini. Setelah itu baru kita bicarakan tugas akhirmu"
Profesor Namjoon memberikan tugas tambahan bagi Mingyu disaat dia berharap Tugas akhirnya disetujui tanpa penundaan.

Awalnya Mingyu enggan masuk ke dalam, tetapi karena keadaan mendesak, dia juga mau cepat cepat lulus dan punya studio sendiri, akhirnya dia masuk ke perpustakaan tua ini.

Dia tidak tahu harus ke mana, tetapi dia tidak mau bertanya kepada pustakawan. Dalam bayangannya, pustakawan penjaga perpustakaan setua ini pasti juga orang tua, yang membosankan. Siapa lagi yang rela menjaga tempat membosankan seperti perpustakaan tua selain orang yang sama seperti perpustakaan itu. Membosankan.

Dengan langkah ragu, akhirnya dia menuju ke satu barisan rak, mencoba membaca salah satu buku, apapun itu.
Yang dijumpainya di rak itu adalah buku literatur sastra yang sangat tebal. Entah apa judulnya pun tidak terbaca oleh Mingyu.
Alis Mingyu bertaut sangat erat. Sebagian dari pikirannya sudah mengajak kedua kakinya untuk melangkah ke luar. Tetapi sebagian lagi menahannya. Demi kelulusan. Tekadnya.

Sambil berusaha untuk membaca judul-judul buku didepannya, terdengar suara langkah kaki mendekat.
Ada yang bisa dibantu?" Suara yang berat dan dalam menyapa telinga Mingyu. Menahan diri untuk tetap terlihat keren di depan siapapun itu, Mingyu menjawab tanpa menoleh.
"Aku butuh literatur untuk tugasku. Besok harus sudah ku serahkan, tetapi lihat semua buku ini. Terlalu tebal. Terlalu banyak huruf yang harus dibaca"

Pustakawan itu kembali bertanya. Suaranya menimbulkan perasaan aneh dalam diri Mingyu
"Bahan apa yang kamu perlukan?"

"Apa saja asalkan berhubungan dengan seni abad pertengahan. Tetapi tidak tebal. Sampulnya saja sudah membuat sakit kepala"
Akhirnya Mingyu menoleh, penasaran dengan pemilik suara dalam tersebut.

"Baiklah, untuk seni ada di rak belakang"
Pustakawan bersuara dalam itu tersenyum.
Mingyu hanya bisa menatapnya dengan mulut terbuka, seperti orang bodoh.
Tidak sekalipun dalam hidupnya Mingyu berpikir seorang pustakawan bisa setampan ini. Mingyu sadar dirinya tampan, tetapi baginya laki-laki yang berdiri di sampingnya sekarang seperti...malaikat? Rambut hitam, kulit putih, mata tajam dan bibir tipis.

"Ikuti aku" Mingyu bergerak mengikuti pustakawan tampan -begitu Mingyu memanggilnya dalam hati- seperti terhipnotis. Matanya tidak pernah meninggalkan pemandangan indah dihadapannya. Terlebih lagi orang itu tidak setinggi Mingyu.

"Tidak banyak yang datang ke seksi ini. Kamu bisa mencari apa yang cocok disini. Semoga berhasil" ucap pustakawan itu saat mereka mencapai bagian belakang dari barisan rak buku raksasa itu.
Pustakawan tampan itu berputar arah dan meninggalkan Mingyu, tetapi Mingyu masih belum puas memandanginya.
Refleks Mingyu menarik lembut tanganya, yang ternyata sangat halus dan lembut.

"Aku Kim Mingyu, 22 tahun. Tahun terakhir di kampus"
Mingyu memperkenalkan dirinya.
"Aku baru tahu kalau di perpustakaan ada bunga cantik yang sedang mekar"

Mingyu adalah orang yang populer. Dia punya banyak perbendaharaan rayuan dan ia merasa perlu menggunakannya detik ini juga mencegah orang itu pergi.

"Aku akan kembali ke counter. Apabila ada yang kamu butuhkan, silakan datangi counter ku"
Pustakawan tampan itu meninggalkan Mingyu dan kembali ke mejanya, sambil tersenyum tipis.

Mingyu dilanda panik. Tidak pernah dia ditolak seperti itu. Tetapi dia juga sedang menjaga harga dirinya jadi Mingyu tidak langsung berlari mengejar pustakawan tampan itu. 'Konyol sekali kalau orang lain sampai tahu' pikir Mingyu.

Dia berusaha untuk mencari alasan untuk bicara dengan penjaga perpustakaan itu. Mau tidak mau Mingyu menatap lemari tinggi didepannya dan mencoba mencari buku yang ia butuhkan.

Setengah jam kemudian, setelah usaha keras Mingyu membaca daftar isi dari beberapa buku, akhirnya ia memilih dua buku. Satu buku yang terbilang tipis dan satu buku teori yang sangat tebal.
Mingyu membawa buku pilihannya ke counter, tetapi dari jauh dia melihat pustakawan tampan itu sedang berbincang dengan seorang pengunjung.
Mingyu berjalan perlahan sambil mengamati. Senyumnya merekah indah tetapi Mingyu tidak menyukainya, karena pustakawan tampannya tersenyum pada orang lain.

Semakin dekat Mingyu bisa mendengar percakapan mereka.
"Semoga Oppa suka ya" seorang gadis yang Mingyu akui cantik, tersenyum manis kepada pustakawan tampan dan yang diajak berbincang pun tersenyum.
Mingyu langsung maju ke counter dan meletakkan buku pilihannya.
"Aku pinjam ini"

"Baiklah, tunggu sebentar ya"
"Yuri-ah, terimakasih ya. Cepat pulang, nanti bibi mencari kamu lagi" Pustakawan tampan itu menepuk kepala gadis itu dengan lembut.
"Baiklah Wonwoo oppa. Sampai besok"
"Ya, belajar yang rajin ya"
Dua pria tampan menatap gadis manis itu hingga menghilang dari pandangan.

"Baiklah. Dua buah buku. Seni. Bolehkah aku minta tolong?"
"Anything" jawab Mingyu secepat kilat.
"Tolong isi formulir peminjaman ini. Aku akan membuatkan kartu member untukmu"
Mingyu mengangguk dan mengisi form yang disodorkan sementara pustakawan tampan mengetik sesuatu di komputernya.

"Sudah" Mingyu menyerahkan formnya, memandangi pria di depannya.
"Baiklah, Kim Mingyu-ssi. Ini adalah kartu member mu, dan ini buku yang akan dipinjam. Waktunya adalah satu minggu. Kamu bisa memperpanjang waktu pinjam, hanya perlu membawa kartu dan bukunya kepadaku"
Mingyu mengangguk.
"Kupikir tadi aku mendengar bahwa buku tebal akan membuatmu sakit kepala" Ia tertawa kecil. Wajah Mingyu memerah.
"Terpaksa" jawab Mingyu.
"Sayang sekali. Padahal membaca buku itu menyenangkan"
Ujarnya sambil menyerahkan kartu dan buku ke tangan Mingyu.

"Terimakasih....." Mingyu menggantung kata-katanya, berharap pustakawan tampan itu mau menyebutkan namanya, tetapi ditunggu pun dia tidak kunjung bicara kembali.
"Ada lagi yang bisa ku bantu, Mingyu-ssi?" Ia tersenyum.

"Aku sudah memperkenalkan diriku tadi, setidaknya bisa beritahu aku namamu" ujar Mingyu sambil sedikit cemberut.
Pustakawan tampan itu berdiri dan tertawa, suaranya dalam tetapi sangat renyah.
Ia mengambil tangan Mingyu, menjabatnya.
"Jeon Wonwoo. 25 tahun"
Dan ia duduk kembali.
Membiarkan Mingyu terpaku sebelum akhirnya memutuskan untuk meninggalkan perpustakaan

Kim Mingyu mencoret perpustakaan dari list Not Cool miliknya mulai sekarang.

Best Book I Ever ReadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang