Remember You (1)

7.5K 270 12
                                    

Jakarta

Aku menuliskan kata itu pada sebuah diary yang kini kubuka. Membuat jantungku bergetar ketika menorehkan nama kota itu pada diary milikku. Sesekali aku menahan napas, ada sesuatu yang bergejolak ketika pada akhirnya aku memberanikan diri untuk kembali ke kota ini setelah empat tahun meninggalkannya.

Perjalanan Yogyakarta―Jakarta memang cukup jauh, membuat tubuhku sedikit terasa lelah karena kereta yang kutumpangi belum juga sampai di kota tempat tujuanku.

Aku memandang kembali ke arah luar. Menikmati pemandangan di luar sana yang terkesan bergerak berkebalikan denganku ketika kereta ini melaju dengan kecepatan tinggi. Matahari yang sudah condong ke arah barat semakin membuat hatiku damai―ketika pada akhirnya aku menyadari bahwa kini aku kembali menikmati senja di kota kelahiranku.

"Aku datang...." Hanya itu kalimat yang akhirnya kuucapkan untuk yang pertama kali. Hingga pada akhirnya, terdengar suara peluit panjang disertai dengan decitan lengking rem kereta api memekakkan telinga. Kereta yang kutumpangi akhirnya berhenti pada stasiun yang kutuju.

"Nadia!" Dan sebuah teriakan menggema ketika kakiku melangkah turun dari kereta api. Membuatku langsung menoleh ke arah sumber suara yang memanggil namaku itu.

Seketika itu juga aku langsung tersenyum lebar, melihat dua sahabat terbaikku ternyata memenuhi janjinya untuk menjemputku. "Bea? Lisa?" Seperti sudah tidak mampu membendung rasa rinduku lagi, aku langsung berlari ke arah mereka. Memeluk mereka begitu erat sebelum akhirnya aku menangis haru karena tidak percaya bahwa pada akhirnya aku kembali bertemu dengan mereka.

"I miss you so bad," ucap mereka hampir bersamaan.

Dan ketika aku melepas pelukan mereka, mereka malah tertawa dengan begitu riang. "Tapi, aku senang akhirnya kau kembali." Dan kini Lisa melompat-lompat kegirangan. Tersenyum lebar sambil menghapus air mata yang tadi sempat tumpah karena haru.

"Aku juga senang karena bisa melihat kalian lagi," ucapku. Bea dan Lisa kini memelukku lagi. Sepertinya, perasaan rindu ini belum juga berkurang ketika kami bertemu.

"Apa kau tahu kalau kau sungguh jahat? Aku kira kau akan benar-benar pergi dari kota ini," ucap Bea. Dan kini matanya berubah memelotot tajam.

"Iya. Aku pikir kau benar-benar tega. Apa kau tahu? Apakah jarak Jakarta dan Yogyakarta bagaikan kutub utara dan kutub selatan sehingga kau sama sekali tidak pernah kesini ataupun mengunjungi kami? Aku tahu kau sedang sibuk kuliah tapi kenapa kau tidak pernah meluangkan waktu untuk pulang?" Dan kini Lisa menimpali. Bergabung dengan Bea dan ikut memberondongiku dengan berbagai pertanyaan.

"Huh. Kupikir kau sudah melupakan kami," tambah Bea.

Dan kini aku menggeleng untuk menjawab pertanyaan mereka. "Tidak. Tidak. Bukan seperti itu." Aku mencoba untuk menenangkan mereka. "Hanya saja―"

"Hanya saja apa? Apa kau masih belum bisa melupakan Indra sampai kau seperti ini?" Belum selesai aku menjawab, Lisa sudah menyelaku. Membuatku sedikit menahan napas ketika mendengar nama Indra disebut dengan begitu lancar oleh Lisa.

Aku hanya tersenyum. Kemudian melihat Bea langsung menyenggol lengan Lisa sebagai kode untuk menyadarkannya. Tentu saja aku bisa melihat mereka saling pandang. Lisa langsung membungkam mulutnya sendiri seakan dia lupa diri―bahwa dia tidak sengaja mengucapkan nama itu didepanku, sedangkan Bea tampak mendelik mencoba untuk memarahi Lisa.

Tapi aku hanya terkekeh, "Sudahlah, aku sudah tidak apa-apa." Aku kemudian menggeret lengan mereka. Mengajak mereka untuk segera pergi dari stasiun. "Ayo kita pulang. Kalian berjanji untuk mentraktirku di kedai ice cream tempat favorit kita sewaktu SMA kalau aku kembali."

Tapi, sebelum kakiku melangkah pergi, aku menyempatkan diri untuk menoleh kebelakang. Menikmati sisa-sisa kereta api yang kini sudah bergegas berjalan menuju ke stasiun berikutnya. Aku bisa mencium aromanya, bahkan aku bisa mengingat betul bahwa tempat ini penuh banyak kenangan antara aku dan juga Indra.

Ya. Tidak ada yang tahu, bahkan Lisa dan juga Bea. Bahwa tujuanku kembali datang kesini, disamping ingin mengunjungi mereka, aku juga ingin bertemu dengan Indra....

Cinta masa sekolahku,

"Semoga kau tidak pernah lupa denganku," desisku lirih.

***

Haloha, selamat menikmati cerpenku ini ya ...

Ini cerita baru tapi tidak akan panjang seperti novel-novelku yang lain. Hehehe. Ini sebuah cerpen yang bekerja sama dengan penerbitharu untuk memperkenalkan novel barunya yang berjudul Remember the Flavor. Bagi yang belum baca kalian bisa mampir dan jalan-jalan kesana loh.

Aku tidak sendirian di sini, karena ada teman-teman penulis yang keren-keren bingit yang juga ikut dalam proyek novel ini.

Ada kak Sa_saki dan kak pandanello yang udah terlebih dulu publish. Lalu akan ada ainunufus dan cendarkna yang akan menyusul nantinya.. Jadi, ditungguin ya....

Remember You #RemembertheflavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang