Remember You (3) - End

3.5K 243 22
                                        

Apa kabar kau sekarang?

Aku masih terdiam disini. Mengamati kereta yang sudah pergi. Merasakan sisa-sisa kenangan bersama dengan Indra di stasiun ini. Ya. Disinilah, awal perjumpaanku dengan dia. Awal kami berkenalan sampai menjadi sangat akrab hampir tak bisa dilepaskan.

"Nadia?" Bea memanggil. Sepertinya, mereka sudah berjalan cukup jauh ketika meninggalkanku yang masih melamun disini."Ayolah. Kau bilang kau ingin ke kedai ice cream kita dulu."

Aku mengangguk. Tersenyum ke arah mereka sebelum akhirnya aku berlari mengejar Bea dan juga Lusi.

Indra. Aku ingin cepat-cepat bertemu denganmu....

Kedai ice cream langganan kami memang selalu ramai. Entah itu pagi, siang, sore, maupun malam, tempat ini tidak akan pernah sepi pengunjung. Entah, karena tempat yang dibuat nyaman atau memang karena rasa ice cream-nya yang begitu enak.

Aku memilih tempat dipojokan. Sebuah tempat dengan meja yang melingkar di dekat jendela sehingga kami bisa melihat santai ke sisi jalan.

"Rasa cokelat," ucapku ketika daftar menu sudah berada diatas meja. Ya. Selalu seperti ini. Meskipun ada banyak pilihan rasa tapi entah kenapa dari dulu sampai sekarang aku selalu memilih cokelat tanpa mau tahu pilihan rasa lainnya. Berbeda sekali dengan Bea dan juga Lusi yang selalu memilih rasa yang berbeda-beda setiap kali mereka datang kesini.

"Jadi, bagaimana kuliah kalian? Apakah semuanya sudah beres?" tanyaku ketika mereka sudah selesai memilih dan menyerahkan menu itu kembali kepada pelayan.

Mereka menggeleng hampir bersamaan. "Jangan tanyakan itu kepada kami. Kau tahu sendiri kami tidak sepintar dan secerdas dirimu. Apa kau ingin mengejek bahwa kau sudah menyelesaikan sarjanamu?" ucap Bea. Lisa kemudian mengangguk membenarkan apa perkataan sahabatnya ini.

Dan jawaban mereka langsung membuatku terkekeh. "Tidak. Bukan maksudku seperti itu." Aku tertawa, tapi kemudian tidak berani melanjutkan kata-kataku lagi karena takut mereka akan benar-benar tersinggung kalau aku menanyai mereka lebih jauh lagi.

"Jadi, apa kabarmu Nad? Apa kau baik-baik saja setelah pindah ke Yogyakarta?" tanya Bea.

"Ya. Aku baik-baik saja. Seperti yang kau lihat sekarang." Aku tersenyum untuk meyakinkan mereka.

"Yaaah. Aku kira kau akan disana selamanya. Kau tahu? Setelah kau patah hati dengan Indra dan kau tiba-tiba menghilang, aku hampir putus asa kau akan kembali kesini," ucap Lisa.

Dan lagi-lagi Bea menyenggol lengan Lisa. Memelototinya agar Lisa tidak melanjutkan kata-katanya lagi.

"Ups. Maaf." Akhirnya Lisa membungkam mulutnya sendiri. Dia segera menyadari ada makna tersirat pada kata-kata Bea dan sedang memelototinya seperti itu.

Tapi, aku hanya tersenyum. Memang seperti inilah sifat Lisa. Mungkin otaknya dibuat tanpa ada penyaring, sehingga dia terbiasa berbicara sesuai apa yang ada dipikirannya. "Iya, tidak apa-apa," jawabku. "Lagipula, aku memang patah hati. Bahkan, aku belum sempat mengutarakan perasaanku padanya." Aku menunduk.

Beberapa detik kemudian Lisa mengelus lembut tanganku. Sepertinya, ada perasaan bersalah ketika Lisa tak sengaja mengungkit Indra lagi. "Seharusnya aku tidak mengungkit Indra lagi didepanmu."

Aku menggeleng, "Tidak apa-apa. Aku juga harus jujur kepada kalian kalau tujuanku datang kesini selain untuk mengunjungi kalian, aku juga ingin mengunjungi Indra," ucapku sekali lagi.

Bea dan Lisa kini saling pandang. Mengernyitkan dahi mereka masing-masing sebelum pada akhirnya mereka menatap ke arahku. "Apa kau yakin?"

"Perasaanku belum tersampaikan. Aku hanya ingin jujur bagaimana perasaanku dulu terhadapnya." Dan mereka kembali saling pandang. Tersenyum ikut mendukung keputusanku.

Remember You #RemembertheflavorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang