Menurutmu bagaimana diriku ? Apakah aku cantik ? Manis ? Lucu dan menggemaskan ? Terimakasih atas semua pujian mu untukku. Atau kusebut untuk topeng yang tengah ku kenakan. Tahukah kamu betapa muaknya aku melihat orang lain yang terus menjilat diriku. Aku sangat muak. Apa jadinya jika ku buka topeng yang semakin lama terasa semakin berat ini ? Apa kau akan menjauh, pergi bersama para penjilat itu ?
"Rii ? Apa yang sedang kau pikirkan ?", kau menatapku cemas.
"Tidak, tidak ada.", bohong ku.
"Kau yakin ? Kau tampak tidak sehat.".Aku tersenyum getir melihat betapa perhatian dirimu padaku. Akankah perhatian seperti ini kudapatkan darimu seandainya kau tahu seperti apa aku yang sebenarnya.
"Aku sehat. Tak usah terlalu khawatir padaku.".
"Baiklah kalau kau bilang begitu.", kau mengacak pelan rambutku. Aku merengut sebal, kau tertawa kecil melihat reaksiku.
"Aku beruntung memiliki kau sebagai kekasihku.", perkataanmu sejurus menyentil di suatu sudut di hatiku.Akankah kamu mengatakan hal itu jika kau tahu aku hanyalah monster dari Neraka, monster yang bahkan Neraka pun menolak 'nya' ? Kurasa kau tidak. Lalu aku harus bersikap bagaimana ? Tetap berdiam diri sementara menunggu topeng yang sewaktu-waktu hancur, atau memberitahukan segalanya padamu dan kehilangan sosokmu lebih awal ? Aku tidak tahu.
"Ayo kita pulang.", aku menatap tangan yang kau ulurkan, menanti tanganku untuk menyambutnya.
"Ayo.", ya. Aku meraihnya. Meraih kebahagian semu yang pasti hancur tergantikan kepedihan yang akan terus membekas.Dan kini, bukannya mengatakan semuanya, aku memilih untuk memasuki kubangan derita dengan turut membawa serta dirimu. Maafkan aku, membuatmu menderita-nantinya-karena egoku untuk menikmati waktuku bersamamu-sekarang. Aku egois karena tak ingin meletakkan topeng ku demi menghadapi mu.
Aku memang monster dari Neraka yang bahkan Neraka pun menolak keberadaan ku. Tapi salahkah bila aku bertindak egois untuk kebahagiaan ku. Aku hanya ingin memperjuangkan rasa cintaku padamu. Namun bagaimanapun, semua hanya akan menjadi salah. Aku akan kembali di buang, bahkan oleh orang yang begitu ku cintai. Kau pasti akan membuang ku. Segera.
"Sudah sampai. Aku pulang, ya ? Sampai jumpa besok.", kau tersenyum lalu mengecup keningku, melambaikan tangan mu seraya melangkah pergi meninggalkan ku di depan pintu rumahku.
"Ya. Sampai jumpa besok.", balas ku memandang langkahmu yang semakin menjauh lalu menghilang dari pandang ku. Aku segera masuk kedalam istana sederhana ku, rumahku. Bersandar di balik pintu terduduk sendu.Akankah esok kutemui lagi senyum tulus darimu untukku ? Tak terasa setetes liquid bening mengalir jatuh menyusuri pipiku membentuk segaris lurus dan meninggalkan jejak basah di permukaan yang dilewati 'nya'. Menangis. Ya, aku menangis. Aku terlalu takut kau pergi. Aku hanya ingin bersama mu. Bolehkan aku bersikap egois untuk memiliki mu sendiri ?
Bahkan aku yang merupakan monster dari Neraka yang bahkan Neraka pun menolak keberadaan ku masih punya cinta yang begitu besar pada mu. Tidakkah kau merasakan hal yang sama padaku ? Apakah Tuhan mengizinkan aku untuk memiliki mu ?
Aku menangis. Ya, aku menangis. Bolehkah aku berharap kau akan selalu jadi milikku ? Aku tak peduli bila semua orang menjauh bahkan membenciku. Aku tak peduli. Namun bila itu kau, aku tak tahu apa yang akan terjadi padaku. Hanya karena mu, setetes air mataku terbuang. Namun aku terlanjur terlalu mencintaimu hingga aku tak sanggup bila harus kehilangan mu. Bahkan hanya untuk membayangkannya pun aku tak sanggup.
Aku menangis. Air mataku mengalir. Aku begitu mencintaimu. Aku tak ingin kau tinggalkan sendiri.
A/n: short story tanpa plot. Pengen nyebut sebagai drabble, tapi gak pantas di sebut drabble. Part-part selanjutnya juga kemungkinan akan berbentuk sama seperti ini. Maaf kalau mengecewakan.
Hehe, bukannya lanjutin fic sebelah yg udah lumutan *lirik fic Black Heart* malah buat story gaje macam ini//plaked
The Last, Don't forget to VOMMENT guys !!!
THANK YOU SO MUCH !!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Collect Collections (Very Slow Update)
KurzgeschichtenShort story absurd yang kebanyakan tanpa plot cerita