1

4 0 0
                                    

Vote dulu ya si cantik dan si ganteng!!

•••••

Ngiing ngiing ngiing. Suara menyebalkan itu membuat Seli terbangun. Meski mendapat kesadarannya, ia enggan membuka mata. Beberapa tusukan dibetisnya membuat Seli menggaruk, menggosok tempat yang mulai kemerahan itu.

Ngiing ngiing. "Aaaaaaggh. Nyamuk sialan," Seli menggerutu sambil terus menggaruk betisnya yang mulai gatal.

"Iiih. Sebelum tidur udah nyemprot pakai baygon tapi masih ada ada ni nyamuk nyebelin." Kebiasaan berbicara sendirinya muncul saat ia merasa sangat kesal.

Bagaimana tidak, setiap malam ia selalu diganggu oleh binatang kecil yang sangat dibencinya. Nyamuk. Bagi Seli, semua ciptaan tuhan pasti memiliki fungsi tersendiri. Kupu-kupu, burung, bunga, manusia, cacing, dan mahluk lainnya.

Tapi nyamuk? Penghisap darah, pembawa penyakit, pengganggu. Tidak ada kegunaan yang benar-benar menggambarkan dirinya selain hal-hal negatif. Seli bahkan pernah browsing di internet untuk mencari fungsi nyamuk.

Disalah satu artikel mengatakan bahwa nyamuk juga bisa menghisap nectar bunga. Tapi sudah ada kupu-kupu yang cantik dan tidak mengganggu itu bukan? Ekosistem juga tidak akan terganggu jika nyamuk tak ada. Jadi menurut Seli, Nyamuk sama sekali tak berguna dalam kehidupan. Oh, mungkin satu namun sangat tak bisa diterima. Jika nyamuk tak ada, maka semua orang yang bekerja di pabrik baygon, hit, one push vape dan merek lain akan menjadi pengangguran.

Intinya, Seli sangat membenci nyamuk. Bukan hanya dia, tapi semua orang mungkin membencinya.

"Hey Panda, ada apa? Pagi-pagi cemberut aja," Natasha menepuk Pundah Seli lalu duduk disampingnya.

"Biasa. Insomnia makin parah aja," Seli menjawab dengan tidak bersemangat. Tangannya merogoh tas lalu mengeluarkan buku paket bahasa indonesia, pelajaran pertama hari ini.

"Pantes aja item bawah mata lu nambah 1 senti," Mimi menimpali sambil menunjuk lingkaran panda mata Seli.

Bola mata Seli membesar dan melotot pada Mimi. "Serius lo?" Dengan cepat ia mengambil ponsel dikantung seragamnya lalu membuka kamera depan. Kanan, kiri, ia mendekatkan wajahnya dan memperhatikan dengan saksama hiperpigmentasi yang kulitnya alami. Wajahnya terlihat cemas.

"Gak separah itu kok. Lagian lo tiap hari gak bisa tidur gara-gara apa sih? Mimpiin dia ya?" Natasha melihat Seli dengan tatapan menghakiminya.

"Dia kali yang bakal mimpiin gue," Seli mendengus seakan tau siapa yang dimaksud Natasha.

"Trus kenapa gak bisa tidur? Ngelakuin sesuatu yang mencurigakan ya lu?" Mimi dengan otak ya yang berkapasitas kecil mulai berpikir keras.

"Apaan sih? Semalam gue digangguin terus ama nyamuk. Sebel banget deh," kening Seli berkerut, kedua alisnya hampir bertautan. Sangat jelas terlihat bahwa ia merasa terganggung.

"Makanya lo mandi donk. Kamar tuh lo bersihin. Jangan jorok jadi cewek," Natasha mengomelinya dengan nada yang menjengkelkan ditelinga Seli.

"Yaelah Nanas. Gue mandi kali. Cium ni. Harum kan?" Seli meletakkan punggung tanggannya tepat dihidup Natasha hingga membuat kepalanya terdorong kebelakang.

"Bau asem tau gak," Nanas menepit tangannya lalu mengelus puncak hidungnya.

Mereka selalu seperti ini. Bersahabat namun kadang bertengkar dan berbaikan. Pertemanan mereka tidak dibangun dengan dasar jaim-jaiman. Mereka selalu frontal jika merasa ada sesuatu tidak sesuai. Mereka tak pernah saling tersakiti oleh perkataan yang lain, karena mereka tahu bahwa yang sebenarnya bukan seperti yang terucap.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jun 13, 2016 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

I HATE YOU : 94%Donde viven las historias. Descúbrelo ahora