Sebuah fanfiction manga Vampire Knight
Disclaimer: Vampire Knight adalah milik Hino Matsuri
Timeline: Manga jilid 18
~~~~~***~~~~~***~~~~~
Setelah begitu banyak hal terjadi, ternyata perasaan itu masih ada. Perasaan yang kusangka bisa kuabaikan dan kudorong menjauh agar mati pelan-pelan di sudut hatiku yang gersang. Perasaan yang selama ini terus mengganggu dan berusaha menenggelamkanku dalam kegilaan. Betapapun aku berusaha mengabaikan, segala upayaku tampaknya tidak pernah berhasil.
Kini dia hendak mengejar kembali orang yang selama ini selalu dipujanya. Seseorang yang teramat penting baginya. Meskipun rasa getir yang timbul tidak akan terhindarkan, aku sadar sepenuhnya pada tindakanku. Meskipun kenangan masa lalu itu terasa seperti tanaman berduri yang membelit begitu erat. Pilihan ini tidak akan kusesali. Keputusan untuk mendampinginya dalam pencarian apapun yang kami jalankan saat ini.
Walau tampaknya kali ini aku melakukan tindakan yang bisa dianggap tidak setia pada Asosiasi – atau ini bisa dianggap melarikan diri, suatu tindakan yang sangat pengecut. Namun aku tidak peduli lagi.
"Kalau aku jadi kamu, berapa kalipun aku akan hadapi langsung....dan kurebut...." Kata-kata yang diucapkan oleh seorang vampir, beberapa waktu lalu, kembali kuingat. Sebuah kalimat yang begitu frontal sekaligus provokatif. Kalimat pengandaian yang mengisyaratkan agar sekali-kali aku mengikuti egoku sendiri.
Mungkin hanya dengan cara inilah aku bisa mengurangi beban yang selama ini memberati hati. Karena selama ini tanpa sadar aku selalu menahan apapun dan mengabaikan kata hati demi tindakan yang lebih masuk akal dalam idealismeku. Dan yang lebih penting lagi, dalam perjalanan kali ini, aku ingin mencari jawaban atas segala hal yang terjadi selama ini. Jawaban tentang segala hal yang tampaknya telah diatur seperti sebuah papan catur. Suatu permainan yang bahkan membentuk dan mempengaruhi hati para pion di dalamnya.
"Aku tidak bisa bersama Zero." Belum dua puluh empat jam berlalu saat dia mengatakannya.
Itu adalah suatu penolakan yang sudah jelas. Namun tindakan agresifnya saat di kereta menyiratkan hal lain. Dan raut wajahnya yang sangat jelas menunjukkan perasaan menyesal dan sedih terasa sangat mengganggu. Seolah aku telah melukainya. Dan hatiku terasa pedih karenanya.
Di saat pesta topeng, kuajak dia berdansa. Topeng yang menjadi atribut wajib dalam pesta itu memudahkanku untuk mengatakan hal yang tidak biasa kukatakan dan bertindak yang tidak biasa kulakukan. Karena saat topeng itu terpasang, kepribadian asli pemakainya akan tersamarkan.
Setidaknya itulah penjelasan dalam terminologi pesta topeng. Mungkin bagi orang-orang memang begitulah adanya. Namun bagiku, rasanya hal itu demikian absurd. Karena dalam prakteknya aku justru mengatakan apa yang selama ini kurasakan, sesuatu yang bukan tidak mungkin telah diketahuinya, bahwa bagiku dia adalah seseorang yang sangat berarti. Meskipun aku tidak mengatakan banyak hal dan malah justru berakhir dengan menciumnya.
"....Kau mirip seperti pemuda yang selalu kukhawatirkan dan ingin kulindungi. Tapi... Aku telah melukainya."
Rupanya aku tidak berhenti untuk menjadi bebannya. Kukepalkan tanganku sembari berusaha menahan kecamuk perasaan campur aduk yang tidak bernama. Perasaan menjengkelkan yang telah begitu akrab denganku, sedekat diriku dan bayanganku sendiri.
Semua hal ini membuatku migrain. Bahkan nyamannya guyuran air hangat yang keluar dari shower tidak membuatku merasa lebih baik. Namun bagaimana pun, aku harus mengesampingkan segala pikiran mengganggu ini untuk sementara. Perjalanan ini akan berlanjut. Aku tidak tahu pasti apa yang akan dilakukan Yuuki seandainya kami benar-benar bisa menyusul Kaname Kuran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Linger
FanfictionZero memutuskan untuk menemani Yuuki mengejar Kaname Kuran. Namun, sebelum perjalanan mereka selesai, Yuuki ternyata memutuskan untuk menghapus ingatan Zero tentangnya. Canon. ZeroXYuuki.