"Kal, entar Luna minta jemput jam empat di bandara." Kalila yang baru saja sampai dari mengantar Faro ke bandara menghela napas mendengarnya.
Kini Althaf dan Kalila hanya duduk santai di lapangan basket di komplek perumahan. Lapangan ini selalu sepi, karena kebanyakan anak seumuran mereka jarang keluar rumah, sekalinya keluar paling saat weekend saja.
"Dia minta lo yang jemput, Al?"
"Iya, kan gue udah bilang tadi," dengus Althaf seraya memantul-mantulkan bola basket yang sedari tadi di pelukannya.
"Terus kenapa lo bilang sama gue?"
"Lo ikut nanti sama gue," sahut Althaf cepat yang membuat Kalila langsung menoleh.
"Ga ah, ga mau. Lo mau apa bikin gue keliatan kaya nyamuk? Jahat banget, pokonya gue ga mau dan ga akan pernah mau. Lo tau sendiri kan gue sama dia itu ga pernah akur, lo juga ga mau kan kalo di mobil lo ada tragedi jam-"
Ucapan panjang Kalila harus terhenti seketika karna Althaf langsung merangkulnya dan membekap mulut Kalila. "Itu mulut nyerocos mulu, gue ga nerima penolakan," desis Althaf di telinga Kalila.
"Pokonya gue ga mau! Terserah lo bilang apa!" ketus Kalila setelah meronta dari rangkulan Althaf.
"Please, Kal, tolongin gue. Gue butuh lo banget."
Kalila mendengus keras. "Emang sendiri aja kenapa sih? Mantan lo juga."
"Justru itu, gue ga nyaman."
"Alay lo."
"Terserah apa kata lo. Ikut ya ya ya?" ujar Althaf yang semakin memajukan wajahnya ke wajah Kalila, Kalila memundurkan wajahnya namun Althaf masih saja mendekatkan wajahnya.
Pak!
Kalila akhirnya menepuk wajah Althaf kesal. "Anjir!" pekik Althaf dan langsung menjauh.
Kalila bangkit dari kursi panjang itu, tidak memperdulikan teriakan Althaf yang memaksanya untuk ikut ke bandara. Dia sudah cukup kesal karna kembalinya Luna, jadi jangan membuatnya bertambah kesal dengan mengajak Kalila bertemu dengan Luna.
🎬
Kalila menutup cepat jendelanya begitu mendengar deru mesin mobil terdengar di depan gerbangnya, gadis itu bergelung cepat di dalam selimut setelah mengunci pintu kamarnya. Untuk saat ini tidak boleh ada yang masuk ke dalam kamarnya.
Tok.. tok.. tok..
Kan dugaannya pasti benar.
"Kal," Ini bahkan lebih kacau, Althaf langsung yang datang, biasanya Laura yang akan mengatakan kalau Althaf datang.
"Kal," panggilnya lagi. Uh, Kalila lama-lama bete juga kalau dipaksa seperti ini.
"Gue ga ikut, ngantuk," sahutnya dengan mengencangkan suaranya.
"Ayolah, tolong gue, Kal."
"Ga mau, Al, gue entar ada janji sama Raka."
Ada jeda sejenak, tidak seperti tadi yang langsung disambar Althaf.
"Lo lebih milih dia atau gue?"
Kalila menyingkap selimutnya setelah mendengar nada datar Althaf. Dia serba salah untuk saat ini, untuk janji itu dia sepenuhnya benar-benar berbohong. Sementara jika ia mengiyakan, dia tidak yakin perasaannya akan baik-baik saja begitu sampai di rumah.
"Kal, kalo-"
"Iya! Iya! Gue ikut!" pekik Kalila akhirnya. Ia menyerah, bagaimana pun juga ia akan memilih Althaf dan akan selalu begitu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Returned
Teen FictionHighest ranking #21 in Teen Fiction. "Kal, apa salahnya sih noleh sebentar ke belakang dan liat kalo gue ada di belakang lo?" -Althaf Gaishan. - Althaf kadang suka kesal sendiri dengan kelakuan Kalila, gadis yang merangkap sebagai sahabatnya sejak...