"Kal, Kal! Di lapangan ada yang rebutin lo tuh!"
Kalila yang baru saja meregangkan tubuhnya terkejut mendengar suara Fani, gadis kelas sebelah yang sedang berdiri di ambang pintu kelas Kalila.
"Maksudnya?" tanya Kalila bingung. Ia ingat, hari ini ia tidak ada jadwal ketemuan dengan siswa-siswa di sini.
"Ayo buruan ke lapangan!" teriak Fani lagi.
Kalila mengerutkan dahinya dan langsung menoleh menatap Radit, ketua kelasnya.
"Gimana, Dit? Ada pelajaran ga?"
"Ga kok, jam satu baru ada guru," sahut Radit yang membuat Kalila mendesis senang.
Kalila menoleh ke arah Althaf dan menepuk pundaknya. "Ikut ga?"
"Ga ah. Lo aja sana sendiri." Kalila mendengus. Tau gitu tadi Kalila tidak usah menegurnya. Kalila bangkit dari kursinya dan langsung menghampiri Fani.
"Ada apaan sih?"
"Anak IPA sama IPS tanding futsal, ngerebutin lo!" Kalila terkejut. Dahinya mengernyit bingung.
"Terus? Hub-"
"Mereka minta lo ada di sana, sebagai saksi." Potong Fani cepat, mengerti maksud perkataan Kalila.
"Fan, jujur deh, gue ini secantik apa sih sampe direbutin?"
Fani tak menjawab, gadis itu hanya berlagak muntah dan Kalila hanya tertawa kecil.
-
Riuh lapangan di siang terik ini telah menyambut Kalila. Matahari sedang semangat-semangatnya menyinari bumi namun lapangan kali ini malah ramai sekali.
"Nah! Ini dia yang ditunggu-tunggu! Akhirnya dateng juga," ujar Adit, salah satu anak IPA yang Kalila kenal. "sini, Kal!" panggilnya masih menggunakan pengeras suara.
Semua anak yang ada di lapangan menatap Kalila, hampir seluruh anak lelaki memberinya siulan sementara anak gadis ada yang memberi cibiran dan ada pula memberi pujian. Dan Kalila, tidak peduli.
"Apa-apaan sih ini?" tanya Kalila bingung setelah berada di samping Adit.
"Jadi gini Kal, lo tau kan Mas Taufik mau nikahan?" Kalila mengangguk sebagai jawaban. "Nah, jadi temen gue si Iqbal dari jurusan IPA mau ngajakin lo bareng ke nikahan Mas Taufik,"
"Terus?" potong Kalila tak sabar.
"Tapi, si Abim anak IPS juga mau ngajakin lo, itu tuh anaknya." Kalila menoleh ke belakang dan mendapati laki-laki dengan kaus hitam dan celana abunya. Senyumnya manis sekali. Kalila balas tersenyum tipis.
"Udah ngerti kan lo? Jadi siapa yang menang di tanding futsal kali ini dia bakal pergi sama lo, setuju?"
"Ga. Gue ga setuju," jawab Kalila datar. Tangannya bersidekap menatap Adit lurus.
Bisik-bisik mulai terdengar dari penjuru lapangan, Iqbal yang berdiri di pinggir lapangan langsung berjalan mendekat ke Kalila, begitu juga dengan Abim.
"Kenapa ga setuju?"
"Gue ga suka jadi rebutan kaya gini, kalian pikir gue barang? Siapa yang menang dia dapet, gue ga semurah itu," sahut Kalila masih datar.
"Bukannya lo emang murah ya? Semua cowok di sekolah pernah lo pacarin."
Kalila menoleh ke kiri dengan alis tertaut, didapatinya Mira berdiri di sana dengan beberapa teman seperjuangannya. Mira waktu kelas sebelas itu ketua cheers jadi ga heran gadis itu melawan Kalila.
"Eh kampret, lo kalo iri bilang aja. Ga usah ngatain gue," sahut Kalila seraya berjalan mendekat ke arah Mira. Mira dengan cepat mengangkat dagunya, berusaha menakuti Kalila dengan wajah dinginnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Returned
Novela JuvenilHighest ranking #21 in Teen Fiction. "Kal, apa salahnya sih noleh sebentar ke belakang dan liat kalo gue ada di belakang lo?" -Althaf Gaishan. - Althaf kadang suka kesal sendiri dengan kelakuan Kalila, gadis yang merangkap sebagai sahabatnya sejak...