The Beginning (Prekuel 'GIFT')

1.3K 117 8
                                    

     "Bang, minta duit," ujar Erry pada Dio yang baru menghempaskan pantatnya di sofa ruang tamu.

     Dio menatap adik bungsunya itu, "Buat apa?" tanyanya.

     "Beli ice cream."

     Erry itu salah satu kelemahan Dio, mana mungkin dia menolak permintaan Erry. Dio meraih tasnya dan mengambil selembar uang seratus ribuan dari sana.

     "Ayo abang anterin."

     "Gak usah bang, Erry berangkat sendiri aja."

     "Yakin? Erry berani?"

     Erry mengangguk mantap.

     "Ya udah sana. Beliin abang juga ya," Dio nyengir.

     "Ok bang."

     Erry berlari ke dalam, "Bang Zinan ayo bang!" teriaknya.

     Dio mengernyitkan dahi, tapi otaknya dengan cepat menelaah apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi kemudian Zinan muncul dengan senyuman khasnya, dia menggandeng tangan Erry dan uang seratus ribu yang tadi Dio berikan pada Erry sudah berada di tangannya.

     "Oh elo biang keroknya. Tega lo manfaatin Erry," sungut Dio.

     "Apa sih bang? Lo ngomong depan anak kecil jaga tuh mulut. Manfaatin. Erry kan polos, gak boleh lo ngomong gitu depan dia, ntar dia kebawa sampe gedhe mikirnya gue suka manfaatin orang lain."

     "Lha emang bener kan? Sini balikin duit gue! Tinggal dua lembar doang pula."

     "Wah parah lo, udah ngasih lo minta lagi."

     "Suka - suka gue."

     "Astagfirullah bang, kebangetan lo."

     "Lo bisa istighfar Nan?"

     "Lo pikir gue setan gak bisa istighfar."

     "Bukan. Lo kan dedengkotnya setan."

     "Anjirr."

     "Ngomong depan anak kecil tuh mulut dijaga Nan, gak pantes ngomong gitu depan Erry. Erry kan masih polos, ntar kalo sampe gedhe dia niruin lo ngomong gitu gimana?" Dio tertawa penuh kemenangan.

     "Bangsat! Dibales gue."

     "Kalem bro!" Dio menepuk keras - keras pundak Zinan.

     "Eh Erry, Erry jangan tiruin omongannya bang Zinan ya. Nanti orang - orang bisa marah sama Erry kalo Erry ngomong gitu sama mereka. Ngerti?"

     Erry mengangguk.

     "Erry sayang bang Dio apa bang Zinan?" tanya Dio.

     Erry menatap Dio, kemudian menatap Zinan yang memberikan tatapan datar padanya, sebelum kembali menatap Dio.

     "Kak Anna," jawab Erry.

     Zinan terbahak, "Zonk vroh! Maaf anda belum beruntung," ujarnya sambil menggendong Erry, berlari meninggalkan Dio.

     "Eh gue beliin juga nyet! Kembaliannya jangan lupa!" teriak Dio pada Zinan yang sudah berada di luar rumah.

*

     "Nan!" Dio menggedor pintu kamar Zinan, terdapat setumpuk kaset game di tangannya. "Sialan! Mati apa nih bocah. Pake dikunci segala pintunya."

     "Nan bukain woy! Kaset game lo nih dari Farel!"

     "Nan lo mati ya?!"

     Terdengar suara kunci diputar dari dalam, pintu itu terbuka menampilkan sosok kusut Zinan disana.

The Beginning (Prekuel GIFT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang