bagian 1

16 1 0
                                    

Semalaman hampir aku tidak bisa tidur, mataku masih terjaga sampai datangnya fajar. Semalam suntuk telinga dan mataku terus berpatroli menghimbau sewaktu-waktu ada serangan nuklir dari si tupai jantan yang dengan nama lain Pandu. Ah! Apa enaknya sih sekamar dengan lelaki yang bukan suamiku, belum lagi kelakuan tengiknya yang membuatku naik tikam. Barang-barangku terpakas di pojokan dengan lemari, kamar besar ini seakan sudah menjadi empunya tempat.

Wilayahku hanya sebatas tempat tidur dan lemari, sedangkan beberapa meternya milik Pandu. Padahal barang-barangnya tidaklah terlalu banyak tapi dia masih ngotot dan gak mau ngalah. "Tempat ini punya orang tuaku kok," begitulah katanya jika aku melawan, ckk... Dasar anak mami!

Bukan hanya itu saja kelakuannya saat hari pertama menjadi anak baru asrama. Sikapnya sudah sedemikian rupa tuan besar di sana. Perlakuan teman seasrama pun tak kalah mengerikan. Pandu di perlakukan manja oleh para perempuan tak terkecuali Poppy yang kemarin sore melihat tingkah gila kami, begitu cepat berita tersebar akan kejadian itu. Tapi herannya para perempuan sangat senang dan menyanjungku karna beruntung mendapat "jatahnya", aku tak mengerti apa yang di maksud "jatahnya" itu. Tiap pagi, sore, dan malam, tiada habisnya pintu kamar di ketuk oleh tangan-tangan gatal. Ada mereka yang mampir untuk membawakan makanan, cemilan, hadiah yang di tujuhkan pada Pandu. Lelaki itu bukanya tau di untung tapi malah omber mulut ke aku.

Katanya penghuni asrama di sini menyebalkan, penggangu, tidak sopan, dan banyak lagi celotehnya. Jika sudah seperti itu aku memilih menghindar jauh dari mulut petasannya. Baru pertama aku membuka jendela dan melihat keanehan pada lelaki itu, dia bisa sekejap menjadi bongkahan es yang dinginnya minta ampun, tapi bisa juga menjadi petasan yang ngomongnya gak pake ending. Sejak itu dia menyuruhku untuk mengunci pintu kamar setiap hari, dan jika aku pulang harus mengetuk dan berseru dulu. Tak terbayang rempongnya hidupku jika di campur adukkan olehnya.

Setiap jam makan tiba dia menyuruhku untuk makan di kamar menemaninya dan lagi... Makanan pun suruh di bawa dari dapur ke kamar. Aku rasa lama-lama kepala dan jantungku akan bocor dan menyemburkan darah ke muka tampannya. Hal itu terus di lakukan dan makin lama, makin terbiasa. Setelah munculnya gosip baru yang beredar di asrama bahwa aku dan Pandu selalu melakukan hubungan intim di dalam kamar setiap hari, mereka berkesimpulan karna setiap hari pintu kamar kami dikunci. Ah! Sial. Yang lebih menggentarkan saat Pandu mengeluarkan sengatan berbisa bahwa gosip itu benar. Wah... Wah... Sudah cukup kesabaran ini di uji.

Pada hari itu aku lekas menghubungi Rena yang kini sedang di luar kota menikmati bulan madunya dengan Pak Edo. Suara dering sambung terdengar, lama tak ada sautan. Aku coba menghubungi lagi namun tidak bisa. Mereka berbulan madu atau di telan bumi sih! Makiku dalam hati.

Beruntung sore itu kamar tak lagi di kunci, tak seperti biasanya memang. Tapi itu bertanda Pandu sedang pergi entah kemana dan tak mengunci pintunya. Kunci kamar hanya satu dan di biarkan tergeletak di laci. Aku memutuskan untuk mandi sore di kamar kesayanganku ini, selama si tupai jantan itu sedang tidak nempel di dindingku. Aku tak bisa mandi di WC sendiri semenjak ada Pandu, aku harus turun kelantai bawah dan menggunakan WC umum.

Pintu kamar aku biarkan tidak di kunci, toh penghuni asrama semuanya perempuan. Aku mandi sambil bersenamdung ria menikmati guyuran air hangat di pori-pori kulitku, hangatnya seakan memijat syaraf-syaraf yang kaku oleh rutinitas padatku. Dua jam lebih aku berada di kamar mandi sembari bernyanyi dan menari. Sudah cukup bersih dan wangi kulit tubuhku, aku melangkah pergi dengan handuk merah yang melilit tubuh.

Aku buka sedikit kaitannya untuk mengelap ujung rambutku yang masih basah. Dengan santai aku melangkah menujuh lemari pakaian. Memilih baju santai yang nyaman di pakai untuk bermain di kamar Poppy nanti. Setelah pintu lemari di tutup, cermin di pintu itu seakan menampakan dua bayangan diriku dan di belakang ada Pan.... Glek!


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tak Sepadam LilinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang