Raviananda Geranium Adhi Anggara, bukankah nama yang keren? Memang benar kata pepatah, bahwa nama adalah suratan doa dari orangtua. Tapi untuk yang satu ini, kemungkinan orang tua Vian –panggilan akrabnya, berbuat suatu kesalahan dimasa dahulu. Sehingga maksud dari nama yang diberikan keduanya untuk putra satu-satunya mereka, agak meleset.
Bukan. Vian bukanlah cowok cupu yang tidak mau memperlihatkan ketampanannya. Vian bukanlah cowok kalem yang dipenuhi dengan sejuta kemisteriusan. Vian bukanlah cowok yang diberi kepintaran luarbiasa tetapi penyendiri. Vian bukanlah sosok yang memiliki bakat terpendam yang tidak bisa digapainya. Vian bukanlah cowok dengan masa lalu buruk yang membayang-bayanginya.Vian jauh, jauuuuh sekali dari gambaran cowok-cowok sejenis itu.
Vian adalah Vian. Hobi bermain sepak bola seperti kalangan cowok biasanya. Bahkan kadang ia menganggap sepak bola itu bukanlah hobi. Hanya sebagai pelengkap kesenangan. Vian pintar dalam pelajaran Bahasa. Entah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jerman, sampai Bahasa Monyet pun sudah diluar kepalanya. Vian jauuuuh dari kriteria keren. Yah, bukan berarti Vian itu jelek, buruk rupa, atau sebagainya.
Vian memiliki tampang pas-pas an dengan sebuah keberuntungan yaitu memiliki sebuah lesung pipit yang nyangkut di pipi peotnya itu dan matanya yang bulat bersih, benar-benar lucu, membuatnya terlihat seperti anak kecil ketika melotot. Walaupun kulitnya hitam kelam karna faktor keseringan panas-panasan. Rambutnya dipotong cepak rapih, berhubung pernah diberi peringatan untuk memotong rambutnya yang dulu gondrong. Yang jika tidak cepat-cepat dipangkas, ia harus merelakan rambut kesayangannya itu dipotong dengan tak berperasaan oleh guru BP.
Sama seperti kalangan remaja cowok lainnya, dirinya memiliki sisi bandel dan alim dihal-hal tertentu.Bolos, pernah dilakukannya beberapa kali. Jika ia benar-benar suntuk dan banyak masalah. Rokok, pernah dikecapnya sekali dan sampai sekarang tidak pernah dicobanya lagi. Tawuran, pernah dicobanya juga, meskipun berakhir dengan pipi lebam dan pelipis yang berdarah, menjadi bukti terakhirnya untuk tidak melakukan perbuatan anarkis itu lagi. Lalu hmm.....Ah! Untuk masalah percintaan, ia pernah beberapa kali jatuh, lalu bangun lagi, lalu jatuh lagi,lalu bangun lagi, lalu...... sampai sekarang sih belum jatuh-jatuh lagi.
Hm...Bagaimana dengan nama yang satu ini? Areikhafi Kiennu Diantoro. Namanya nggak kalah keren kan sama nama seorang Raviananda Geranium Adhi Anggara? Kalau yang satu ini, beda lagi. Kemungkinan juga, kedua orangtua Are –panggilan akrabnya, telah melakukan suatu kebaikan luar biasa, yang membuat suratan doa dalam nama anaknya itu terkabul. Are adalah sosok idola sejati. Ia pandai, teramat pandai dalam berbagai mata pelajaran, termasuk olahraga. Meskipun sering kali membolos, mendengarkan lagu dalam kelas, mengerjai guru, otaknya itu seperti nggak pernah karatan. Setiap ditanya guru, atau ke-gap mendengarkan lagu dikelas lalu disuru mengerjakan soal didepan, ia selalu bisa mengerjakan soal tersebut dalam sekejap.
Are itu sosok yang kalem, stylish, kaya raya dan royal. Postur badannya itu cowok banget. Tegap tinggi dengan bentuk kotak-kotak diperutnya yang terlihat samar ketika baju olahraganya basah oleh keringatnya sendiri. Are itu termasuk the most wanted di SMA-nya. Untuk soal percintaan, nggak ada yang tahu siapa yang pernah ataupun sedang mengisi hati seorang Are. Are itu misterius banget. Dibalik sikap bad boy nya, Are itu gentleman juga. Dia selalu mempersilahkan cewek masuk duluan, marah kalo ada cowok-cowok rese yang ngatain cewek jelek, bantuin cewek yang lagi sakit, dan berbagai hal-hal cute lainnya. Kalo bicara soal cowok idaman, itu sih Are banget.
Dan satu lagi, Raviananda Geranium Adhi Anggara dengan seorang Areikhafi Kiennu Diantoro itu sahabatan. Sahabatan sekian lama. Sampai keduanya lupa darimana awal persahabatan mereka.