Gadis itu...

18 1 0
                                    

Di hari Selasa , di tengah hiruk pikuk ibu kota , aku berjalan ditemani tumpukan kertas di dalam map beserta laptop ku, yang sudah menjadi sahabat setiaku di kantor. Aku pulang tepat ketika sang mentari pamit. Setelahnya rintik hujan mulai turun membasahi muka bumi. Hari ini sepertinya bukanlah hari keberuntugan ku. Aku lupa membawaa payung berwarna hijau daun yang selalu aku bawa ketika berpergian. Aku pun bergegas mencari tempat untuk berteduh.

***

Aku memilih sebuah kafe dengan interior serba hitam dan putih dengan hiasan hiasan antik di sekelilingnya menyita perhatian ku untuk segera masuk kedalamnya " Tempat yang cukup unik." Batinku. Aku pun masuk dan memilih untuk duduk di pojokan cafe didekat jendela , itu tempat favoritku saat berada di kafe. Alasan ku menyukai tempat duduk di dekat jendela karena aku bisa melihat apa saja. Hujan, berbagai kendaran , ataupun pasangan muda mudi yang sedang menjalin kasih atau mungkin aku bisa menenukan dia ia dia . Aneh memang, tetapi aku selalu merasa kesepian diantara keramaian dunia ini.

***
" Selamat datang di kafe bintang , ada yang bisa saya bantu, mas?" Aku tersadar dari lamunan ku , apa aku tidak salah dengar?

" Satu vanila latte dan satu muffin kismis."

" Satu vanilla latte dan satu muffin kismis , ada lagi yang bisa saya bantu?"

" tidak, terimakasih."

"Baik ditunggu sebentar ya mas" kata
pelayang itu sambil tersenyum.

Bintang. Tiba-tiba nama itu muncul didalam otak ku. Memutarkan kembali kaset lama yang sudah aku kubur sedalam dalamnya. Kenangan lama yang kembali menari nari dalam benakku . Membuka luka lama yang ternyata belum sepenuhnya sembuh, lalu muncul sepercik rasa bersalah yang dulu tidak pernah aku sadari.

Unreachable star Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang