15

7.5K 750 15
                                    

15. Bukan Akhir dari Cerita Mereka, tetapi Akhir dari Cerita Ini

Ali membunyikan klakson mobil-nya. Ia menggeram, kesal karena kemacetan yang sangat parah.

"Udah lah, Li. Sabar aja. Kayak gatau Puncak kalo weekend aja," kata Prilly yang duduk di sebelahnya.

Hari ini, Prilly dan Ali akan pergi ke Puncak. Prilly sangat ingin pergi ke Taman Safari dan Ali menyetujuinya. Ali bilang ia sudah rindu dengan kembaran-kembarannya, monyet.

Hari ini tepat setahun setelah mereka kenal. Hari ini adalah hari dimana Ali memfollow Prilly dan Prilly menambahkan Ali ke dalam daftar temannya di LINE.

Waktu begitu cepat berlalu.

"Kita mau nyampe jam berapa anjir kalo jam segini aja belom keluar tol," kata Ali.

"Ya elah, ini biasanya gak lama, kok. Paling setengah jam. Lagian kamu jemput aku kesiangan. Ya salah kamu, lah," kata Prilly jengah. Ia memutar kedua bolamatanya.

Iya, kalian tidak salah. Entah sejak kapan dan entah siapa yang memulai, mereka berbicara dengan aku-kamu, bukan lagi gue-lo.

"Kok kamu nyalahin aku? Aku jemput jam 5 ya, abis aku sholat. Kamu aja yang lama dandan, baru siap jam 6," cibir Ali. "Padahal kan kamu bisa make up di mobil."

"Pale lo make up di mobil! Tar eye-liner gue berantakan gimana?"

"Kayaknya kamu gak pake eye-liner, deh."

"Oh seorang Ali culun ngerti make up sekarang?" goda Prilly, ia menoel-noel pipi kiri Ali. Ali menangkap tangan kanan Prilly dah mencium punggung tangannya.

"Untung kamu pacar aku, kalo enggak udah aku lempar biar jalan ke Taman Safari," kata Ali gemas.

Iya, mereka sudah resmi berpacaran. Pada saat awal pacaran, mereka masih biasa saja, memanggil satu sama lain dengan gue-lo. Mereka berpacaran sebulan setelah mereka baikan, yang berarti sekitar 10 atau 11 bulan yang lalu dan saat bulan ke-5 -Prilly ingat betul- mereka mulai menggunakan aku-kamu.

"Untung kamu pacar aku, kalo enggak udah aku tabok main cium aja," kata Prilly, menarik tangan kanannya lalu mengambil ponselnya.

Ia memainkan LINE Bubble 2 dengan serius, mengabaikan Ali dan kemacetan yang membuat mereka terjebak.

"Mainan apaan sih? Aku sampe dicuekin."

"Mampus dicuekin," kata Prilly, kedua matanya masih setia pada layar ponselnya.

"Tai."

"Kamu dong."

"Tai."

"Cie manggil diri sendiri."

"Ta-"

"Jalan, bego! Lo protes tapi gak liat jalanan. Gimana sih, aduh."

"Iya, Ibu Negara. Iya."

Ali segera menancap gas dan melanjukan mobilnya, sementara Prilly kembali fokus pada ponselnya, dengan permainan yang sudah berubah.

Sekitar satu atau setengah jam kemudian, mereka tiba. Mereka tidak langsung pergi ke Taman Safari karena Ali yakin tempat itu belum buka. Maka, mereka memutuskan untuk makan makanan ringan di tempat makan dejat Taman Safari.

Setelah waktu menunjukkan pukul 11, Ali dan Prilly melaju menuju Taman Safari. Jaraknya tidak begitu jauh dari tempat makan yang tadi mereka singgahi.

Mereka sebelumnya telah membeli wortel yang dijual di pinggir jalan.

"Itu kamu yakin apa sama wortelnya? Kalo beracun gimana?" tanya Ali setelah mereka sudah membeli wortel.

"Yang mati ini mereka bukan aku," kata Prilly.

"Jahat kamu," kata Ali, mencubit pipi kanan Prilly gemas.

Setelah membeli karcis dan sudah memasuki kawasan Taman Safari, Prilly bersorak senang. Ia membuka jendelanya lebar-lebar.

Prilly baru saja akan membagi dua wortel-wortel yang dibelinya tadi, namun Ali menolak.

"Kamu aja. Aku males."

Prilly hanya mengangguk.

Tanpa sepengetahuan Prilly, Ali mengambil kamera-nya dan mulai memotret Prilly yang sedang memberi makan pada hewan dari belakang. Ali juga mengambil video dari kameranya.

Ali nyengir, lalu ide iseng muncul di benaknya.

"Prill, Prill," panggil Ali.

Saat Prilly menolah, Ali memotret wajah Prilly. Wajah yang polos, dengan alis terangkat dan senyum kecil sukses ditangkap kamera Ali.

"Ali! Apus!"

= The End =

Line x Ask.fmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang