Setelah bertemu Kira yang sudah ia anggap sebagai sahabatnya, Reyhan sama sekali tak bisa terpisahkan dengan Kira
Awalnya Kira menganggap Reyhan tidak ada, ia selalu masa bodo dengan kehadiran Reyhan, walaupun setiap saat Reyhan terus mengekorinya
Reyhan masih sering diganggu oleh anak anak lain, Kira hanya menatapnya datar saat Reyhan diganggu, tidak ada sedikitpun niat Kira untuk membantu Reyhan
Tetapi hari itu adalah hari yang cukup berkesan oleh Kira, pasalnya itu adalah hari dimana ia pertama kali menganggap Reyhan sahabat
---
Hari itu, hujan yang cukup deras mengguyur kota tempat Kira tinggal
Jam pada saat itu menunjukan pukul 13.00, yang berarti sudah waktu pulang sekolah bagi anak anak sdTetapi karena hujan, sebagian besar siswa masih memilih menetap disekolah menunggu hujan reda
Begitupun dengan Kira, ia lebih memilih duduk dibangku kayu yang ia letakkan didepan kelasnya. Tentu saja ia bertujuan untuk mendengarkan suara hujan lebih dekat, ia bersandar sambil memejamkan matanya, tersenyum mendengarkan alunan suara yang dihasilkan oleh jatuhnya hujan
Saking tenangnya, Kira akhirnya tertidur
Didalam mimpinya ia melihat Reyhan, tengah tersenyum padanya
"Hay Kira.."
Kira hanya diam
"Kira aku menganggapmu sahabatku, kita memang sahabat kan?"
"..."
"Kira aku sangat senang bisa mengenalmu"
"..."
Ekspresi hangat Reyhan sekarang berubah sendu, Reyhan menundukan kepalanya
"Kau mengetahui namaku kan?"Perlahan air mata mulai keluar dari mata Reyhan, ia menatap Kira dengan air mata yang terus mengalir
"Apa kau menganggapku Kira?""REY-"
Kira berteriak setelah bermimpi aneh, ia terbangun dari tidur singkatnya, mencoba mengatur nafasnya
'Apa yang terjadi? Kenapa aku bermimpi seperti itu?' Tanya Kira dalam hatinyaSetelah mengatur nafasnya, ia kembali memejamkan matanya sambil diiringi suara hujan yang sangat disenanginya, namun kali ini ia tidak bersandar pada bangku
Setelah membuka matanya ia langsung berdiri dan berjalan cepat, menyusuri lorong demi lorong disekolahnya, mengecek setiap ruangan, bahkan toilet laki laki pun ia ketuk
Ia sedang mencari seseorang, ia mencari Reyhan yang seharusnya berada dengannya dari tadi
Setiap ruangan sudah ia periksa, kecuali satu, gudang belakang sekolah
Kira berlari menyusuri lorong lorong disekolahnya sekali lagi, menuju ke gudang belakang sekolah
Pintu gudang itu tampak sedikit berkarat namun sedikit terbuka dan tidak berdebu menandakan ada orang didalam gudang itu
Tanpa pikir panjang ia langsung memasuki gudang itu, gudang itu banyak terdapat tumpukan kardus
Baru saja ia masuk ia sudah mendengar suara pukulan dan tendangan
Ia mencoba mengintip dibalik sela sela tumpukan kardus didepannya
Disana ia melihat tiga anak lelaki yang paling sering menjahili Reyhan, namun kali ini berbeda, mereka bertiga bukan hanya menjahili Reyhan, mereka sekarang memukulnya
"Mana perempuan yang kau anggap sahabat itu haa? Mana dia? Kenapa dia tak menolongmu?" Teriak seorang anak didepan Reyhan, diikuti tonjokan keras diwajah Reyhan
"Ki-ra ah-dalah sa-sahabatku" itu adalah kata yang terus diucapkan Reyhan dari tadi, dari tadi selama mereka bertiga memukulinya
Kira hanya terkejut dan diam menatapnya -reyhan-, bagaimana mungkin hanya kata itu yang bisa ia katakan, Reyhan bisa saja memaki mereka, tetapi yang ia katakan hanyalah Kira adalah sahabatnya
"Haaaa? Sahabat? Dari tadi itu yang kau katakan, kalau itu benar lalu kenapa ia tak menolongmu, haa?"
"Kasihan sekali kau, baiklah kau bisa mengajaknya kesini, atau kami bisa mencarinya sekarang untuk menemanimu digudang tua ini" ucap seorang anak dengan nada kasihan yang dibuat buat
Kira sudah sangat kesal, ia hampir saja lepas kendali jika saja Reyhan tidak angkat bicara
"Hentikan, jangan pernah membawanya dalam permasalahan ini, Kira.. Kira adalah sahabatku, dia masih menolongku saat ini, namanya membuat aku masih bisa berbicara sampai saat ini, Kira.. aku tak ingin menjadi bebannya, jika dia tau aku selemah ini dia pasti akan membenciku"
Kira menunduk, ia perlahan mengeluarkan air mata, tak ada seorang pun yang menganggapnya sampai seperti itu, banyak yang menjauhinya, ia sudah terbiasa dicemooh, baginya tidak ada yang bisa dipercaya lagi
Tetapi Reyhan, walau disaat seperti itupun masih mengingat Kira sebagai sahabatnya, walaupun Kira tidak pernah memperhatikannya
Sejenak Kira kembali teringat kepada teman temannya yang dulu menyatakan sahabatnya, lalu pergi begitu saja saat mereka tidak membutuhkannya, dan ikut mencemooh dirinya
Tapi Reyhan berbeda, Reyhan tetap menanggapnya sahabat walaupun sudah didesak seperti itu ia tetap meneriaki Kira adalah sahabatnya
Kira akhirnya turun tangan, ia menendang tumpukan kardus kosong didepannya, membuat keempat anak laki laki itu terkejut
"Pergilah dari sini, tiga detik dari sekarang" ucap Kira singkat
Dan ketiga anak itu lari terbirit birit
"DAN INGAT!! JANGAN PERNAH MENGGANGGU SAHABATKU LAGI" teriak Kira dari dalam gudang
Teriakan Kira sejenak membuat Reyhan melupakan rasa sakitnya, ia terlalu senang dan hanya tersenyum lebar melihat Kira
Kali ini Kira duduk bersilah disamping Reyhan, menyodorkan sebotol air mineral kepada Reyhan
Reyhan menerimanya dengan senyum yang masih terpahat diwajahnya
"Disini hal seperti itu biasa, mereka yang lemah tapi ingin diakui akan bergabung dan membentuk kelompok yang ingin ditakuti, berbeda dengan tempat asalmu, anak anak disini melakukan cara yang sedikit tidak terpuji hanya untuk diakui"
"Kira?"
"Hmm?"
"Apa kau benar benar menganggapku sahabat?"
"Mmm" Kira mengangguk
"Aku sangat senang, mempunyai sahabat yang baik dan begitu dewasa sepertimu"
Kira hanya tersenyum
"Tapi bagaimana kau bisa sedewasa ini?"
"Entahlah"
"Mmm.. dan kenapa kau bisa sekuat dan seberani itu?"
"Tanyakan saja pada hujan, mungkin saja dia mengetahuinya"
Mereka berdua tertawa karena candaan Kira, tawa yang menandakan saat pertama kali mereka menjadi sahabat
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Yang Sama
Teen FictionSemakin jauh, kau semakin jauh Semakin hari kau semakin menjauh dariku, atau mungkin akulah yang semakin menjauh darimu Aku tak tau, yang pasti jarak diantara kita melebar, semakin melebar, diiringi dengan turunnya hujan Kenapa? Kenapa kau tak melih...