You are My Caffeine

9 0 0
                                    

Title : You are My Caffeine (Sequel of The Coffee Cantata)

Rating : PG15

Genre : Romance

Author : Jjongwol

Length : Oneshoot

Cast : YOU, Kim Joonmyun

"I love you more than my first morning coffee."

-

"Bagaimana dengan filosofi kopi?"

Seisi meja lonjong yang terdiri dari lebih dari enam kepala editor mematikan menoleh kearahku, yang tiba-tiba bersuara setelah melakukan aksi pura-pura mendengarkan selama seratus dua puluh empat detik.

"Jelaskan." Direktur nampak tertarik, ia mengembangkan sedikit senyumnya, walau lebih kentara sebagai sebuah seringai menantang.

"Kopi adalah bagian dari kehidupan kita sekarang, kalau kita sadar. Sejak kapan kita berhenti di coffee shop untuk membeli kopi setiap pagi? Mengapa kita menentukan coffee shop sebagai titik pertemuan dengan klien? Pernahkah kalian memikirkannya?" Aku menyuarakan isi kepalaku gamblang, "Terlepas dari coffee shop, berapa kali seminggu kita membuat kopi instan di kantor?"

Beberapa dari pentolan editor mengangguk setuju, beberapa mengacungkan jempol bagaimana aku bisa memerhatikan hal sederhana yang selalu luput, namun beberapa menentang, berspekulasi bahwa tema yang kuangkat terlampau pasaran.

Beginilah rapat editor, selalu dipenuhi pro dan kontra. Ibarat simulasi mini kehidupan. Ketika jarum jam sudah menyatakan waktu rapat yang terlampau, seisi meja akan mendebat satu sama lain lantaran telah buntu ide yang mereka peras selama enam puluh menit terakhir.

Aku lebih memilih istilah pemanasan otak alih-alih rapat editor, karena memang lebih tepat begitu.

"Jika penerbit lain belum turun tangan, aku serahkan proyek ini kepadamu." Direktur mengomando tegas, "Jika sudah dipakai, kau bisa mencari diferensiasi dengan penerbit itu. Bagaimanapun, tema kopi sangat luas, bukan?"

Aku mengangguk mantab. Jika masalah kopi dan segala remeh-temehnya, aku tahu betul siapa yang bisa diandalkan.

***

Aku menekan speed dial yang saking familiernya, bisa kutekan lima kali sehari. Tetapi tidak ada jawaban di seberang, kecuali nada sibuk wanita operator.

Lidahku berdecak, sudah tiga hari Joonmyun tidak bisa dihubungi. Mendatangi rumahnya tak sempat, rapat editor yang bagai game of thrones itu berlanjut selama empat hari berturut-turut. Sari kepalaku bagai diperas, sehingga saat badanku melompat ke atas kasur, tak ada niatan untuk angkat kaki ke rumah Joonmyun kendati sesak pendaman rinduku.

Pesan dari Joonmyun juga terkesan ala kadarnya, "Sudah makan?"

Ia bukan perawat rumah sakit yang bertanggungjawab pada keadaan pasien rawat inap, mengapa mengirimiku pesan dua kata singkat seperti itu. Sudah kuputuskan, sebaiknya aku mendatangi Kim's coffee. Jika bukan karena aku rindu melihat sosoknya, maka itu karena proyek filosofi kopi yang sedang kuemban.

Aku menyapa Minseok yang tengah mengutak-atik sesuatu di balik counter barrista. Kepalanya mendongak sebentar sebelum perhatiannya kembali tersita pada gelas apapun yang sedang ia isi, "Oh, kau datang. Tumben."

Coffee CantataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang