Dia adalah seorang laki-laki berkacamata bening, berperawakan tinggi dengan badan sedikit kerempeng, berambut ikal, hidungnya mancung, dan manis. Aku bertemu dengannya ketika hari pertama kuliah dulu. Seorang laki-laki yang akhirnya menjadi bagian dari sejarah kehidupanku. Sejarah yang penuh dengan kisah-kisah indah penuh hikmah, yang disutradarai langsung oleh sang Maha Pemilik Keindahan.
Aku menjalin persahabatan dengannya, persahabatan yang penuh dengan ukhwah Islamiyah, sharing tentang berbagai macam ilmu pengetahuan, curhat tentang berbagai macam permasalahan dan kegelisahan, tentang keluarga, teman, kuliah, hobi, cita-cita, bahkan masalah hati yang berhubungan dengan cinta J. Namun, aku tetap seorang muslimah yang mematuhi syariah, menjaga batas-batas hubungan dengan seorang ikhwan.
Dia begitu baik dan perhatian layaknya seorang kekasih, Persahabatan yang terbilang lama itu menimbulkan perasaan aneh dalam diriku, entah apakah namanya, tapi rasa ini begitu kuat. Namun, Alhamdulillah, kasih sayang Allah masih bersamaku, rasa ini hanya aku dan Allah yang tahu. Prinsip "Dilarang pacaran sebelum menikah" tetap menjadi prinsip utama dalam hidupku, karena aku selalu yakin dengan janji Allah dalam Surah An-Nur ayat 26 "Wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)." Allah SWT tidak akan pernah salah dalam memilihkan jodoh, jadi sangat tidak pantas rasanya aku mendahuli perasaanku yang belum tentu menjadi takdir dan diridhoi oleh Nya.
Perasaan ini benar-benar aku pendam dalam hati, tidak rela sedikitpun terbaca dan terdengar olehnya, aku tidak mau persahabatan yang penuh dengan keihklasan ini menjadi renggang dan akhirnya meninggalkan kenangan nista. Pernah suatu ketika, dia mengajukan pertanyaan kepadaku.
" Ulya,.. Kamu pernah suka sama seseorang gak?"
"ehm,.. Suka seperti apa? Aku bukan malaikat yang tidak memiliki hati" jawabku sekenanya, "memangnya kenapa?" Aku penasaran.
"Tidak apa-apa, mungkin aku sedang jatuh cinta", tersenyum, dia menjawab dengan tatapan mata ke arahku. Aku menjadi sedikit aneh, akalku seakan tidak menerima kata itu terdengar oleh hati.
"Hey, siapa? Anak sinikah? Jurusan apa? Semester berapa? Kasih tau,.. " aku mencercanya dengan pertanyaan panjang.
"Apa sih,.. mau tau saja kamu"
"ehmn.. gitu ya sekarang, sudah mulai tertutup. (deg,.. hatiku seakan dipukul dengan godam besar dan retak, benarkah dia sudah mempunyai pilihan?) "Baiklah,.. aku juga tidak akan bercerita tentang,..
"Tentang apa?" dia bertanya sedikit dengan nada kaget, aku tersenyum dan pergi tanpa menghiraukan pertanyaannya.
***********************************************************
Di sepertiga malam ini, aku duduk bertafakkur berserah diri kepadaNya, dengan penuh uraian air mata, aku keluhkan segala resah di dada. Aku kembali mengingat perkataan ayah kemarin sore "Nduk,.. kamu sudah masuk dalam usia yang matang untuk menikah, usiamu sudah 25 tahun, apakah kamu sudah ada pilihan? Kalau belum ayah ada seseorang yang cocok yang berkehendak untuk meminangmu" kata-kata ayah terngiang-ngiang di kepalaku. Aku memang sudah seharusnya menikah. Tapi aku belum bertemu dengan seseorang yang pas di hati. Ingatanku kembali mengenang masa kuliah dulu. Seorang sahabat yang sampai saat ini menyandra hatiku. Ya Rabbi,.. hilangkan dia dari ingatanku.
Tiba-tiba Handphoneku berdering. Nomor baru. Aku mengangkat tepon itu, Klik telpon tersambung.
"Assalamu'alaikum,.. " Sapaku dengan suara cerah dan bersih.
"Wa'alaikumussalam,.. " Jawab suara jernih di seberang sana. "Sudah bangun yaa? Tak kirain masih belum"
"Alhamdulillah, Afwan, ini siapa?"
"Aku Faruq, sahabat kamu ketika kuliah dulu"
Deg,.. hatiku berdegup kencang, seakan tidak menyangka kalau dia kembali setelah beberapa tahun hilang tanpa kabar.
"Benarkah? Subhanallah,.. bagaimana kabar kamu? Lama sekali tidak ada kabar" aku bertanya dengan sedikit rasa gugup.
"Alhamdulillah baik,.. ehm,.. Ulya, besok bolehkah aku berkunjung ke rumah mu?"
"Insyaallah boleh, silahkan,.. "
"Kalau ngajak orang tua boleh?" (Deg,.. bersama orang tuanya? Seperti mau lamaran saja..) tiba-tiba,...
"Bismillahirramanirrahim,.. Ulya, maukah kau menjadi ustadzah untuk anak-anakku? Menjadi sahabat dalam perjuangan dakwahku? Dan menjadi bidadari syurga untuk ku? Aku tunggu jawabanmu besok, dirumahmu.
Klik, telpon ditutup.
Aku tidak mampu menggambarkan perasaan hati saat ini, entahlah, antara kaget, haru, senang, bahagia, dan lain sebagainya menyatu menjadi serangkaian berkahNya. Dia melamarku dalam keheningan malam, ketika hati sudah bersih dan bebas beban karena telah curhat panjang lebar kepada sang Penguasa Alam. Benarkah? Antara percaya dan tidak aku masih terdiam mebisu.
Adzan subuh berkumandang dengan indahnya, menggema menghilangkan kesunyian, mengalun merdu menggetarkan hati yang mungkin telah menemukan pelabuhannya. Tak mampu kubendung air mata ini, inikah jawaban dari penantianku ya Rabbi?
Sungguh unik, dan benar-benar unik. Tidak pernah disangka skenarionya begitu indah. Setiap detik penantian menjadi berkah. Sungguh Allah begitu mencintaiku dan membalas penantianku dengan hambaNya yang menyandra hatiku.
Hidayatul Munawaroh, lahir pada tanggal 27 Desember 1993. Aktivitas sekarang menjadi mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri Jember Jawa Timur. Sering menulis di blog http://hudayatulmunawaroh27.blogspot.com/ Email . Fb. Hidayah Al-Munawwaroh. No. Hp 085790681588, Karya pernah dibukukan dalam bentuk antologi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan CerpenPutri Senja
General FictionSenja ... Kenapa aku mencintaimu? Padahal waktumu hanya sebatas sinaran mentari. Jangan pernah kau tanya ... Karena bagiku tak ada alasan untuk tidak mencintaimu. Aku ... adalah kepingan huruf yang harus kau rangkai menjadi kata. Hingga ... dari s...