3. Baron di Skors

70 14 2
                                    

Aku tidak melihat Baron seharian ini. Tidak melihatnya di kolam ikan dekat masjid yang biasa Baron tongkrongi. Tidak melihatnya makan pisang goreng mak Jum di pojokan kantin. Tidak melihatnya berdiri di depan ruang BP, seperti yang biasa Baron la-kukan saat menunggu gilirannya dipanggil Bu Sri.

Lantas, kamu kemana Baron?

"Waktu tinggal 10 menit, segera lengkapi kolom yang masih kosong," Suara Bu Neneng menghancurkan lamunanku tentang Baron, "dan tidak ada tambahan waktu."

Perlahan aku mulai tersadar, apa yang sedang terjadi. Ya, aku sedang ulangan sejarah, dan aku masih mengerjakan 3 dari 20 soal esai. Tamatlah riwayatku, jika harus mendengar suara marah Bu Neneng. Seluruh Rang Guru, tidak, bahkan luar Ruang Guru bisa mendengar suaranya. Akhirnya kujawab sebisanya saja sampai sisa waktu 10 menit itu selesai. Ah, Baron, kau harus betanggung jawab telah membuat konsentrasiku hilang, apalagi saat ulangan sejarah seperti ini. Aku tidak bisa berpikir sedikit pun. Sial.

15 menit, setelah 10 menit terakhir ulangan, digunakan Bu Neneng untuk mengoreksi langsung ulangan tersebut di kelas. Tepat di depan kami.

Setelah menilai semua, Bu Neneng memanggil nama siswa untuk mengambil ulangan mereka di depan, pemanggilan dimulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Nilai tertinggi diraih oleh Dika si cerdas dari planet Mars, murid kesayangan para guru. Aku tidak begitu mendengarkan Bu Neneng, karena aku tahu nilaiku lah yang akan. . .

"....dan untuk Rei, ambil ulangan di meja saya. Saya tunggu."

Bu Neneng langsung pergi meninggalkan kelasku, setelah bel istirahat berbunyi. Aku segera menyusul Bu Neneng ke ruang guru. Sengaja kulewati kelas Baron. Nihil. Aku tidak menemukan Baron disana.

-o0o-

Sekarang sudah jam 7 malam, aku tidur-tiduran di kamar ditemani novel kesayanganku Dimana Cintaku? Persis seperti apa yang kurasakan sekarang. Mencoba mencari cintaku yang hilang ditelan bumi. Tidak, aku bergurau.

Tak lama setelah itu, HP-ku berdering, telepon dari Jen ternyata. Langsung saja kuangkat.

"Rei."

"Hei Jen."

"Rei, aku tahu Baron ada dimana. Kamu mau tahu tidak?"

"Dimana Jen?"

"Di rumahnya, Rei!"

"Ha ha, kamu ini bercanda atau apa. Sudah pastilah Baron di rumah Jen."

"Bukan gitu, ih! Maksudku Baron seharian ini di rumah gara-gara di skors 4 hari tuh sama Bu Sri."

"IH KAMU MAH BENERAN INI?!"

"Gak. Yaiyalah Rei, aku tahu dari Jeki. Dia juga kena katanya."

Dan ternyata, ketika seharian ini aku sibuk mencarinya, dia mungkin malah asik memakan snack sambil menonton balapan F1 kesenangannya. Dasar. Aku benci kamu Baron. Tapi tidak jadi, karena aku cinta, he he.

Hujan datang tiba-tiba, padahal aku tak memintanya. Kubuka sedikit jendela kamarku, menyaksikan ribuan relawan air yang jatuh ke bumi. Untuk membuat saudaranya terus hidup. Manis.

ManisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang