Prolog

8 0 0
                                    

Suara langkah kaki bergema di ruang keluarga menandakan rumah tersebut sedang tidak berpenghuni. Angin malam pun sampai masuk mengusap lengan tak terbalut kain, suasana seperti ini selalu Lyra benci. Kehangatan dan keramaian sangatlah ia impikan walaupun keadaan seperti itu selalu ia dapatkan.

"Hey, Lyra." Debby menuruni tangga dengan tangan terlipat di depan perutnya.

Lyra lelah dengan keadaan seperti ini. Apa dia harus bertengkar lagi dengan kakaknya? Rasanya tidak. Besok hari pertamanya menginjak bangku SMA jadi lebih baik bersiap-siap dibanding 'main' dengan kakaknya itu.

"Gue lagi gak pengen ngebacot sama lo, besok hari pertama lo jadi anak SMA. So, siap-siap. Karna gue sudah resmi jadi kakak kelas lo." Debby meninggalkan Lyra tanpa meminta komentar.

Aku harap besok hari baik. Batin Lyra.

°°

"Nah ini dia anak SMA Papah," Suara gagah menyambut Lyra dengan senyum mengembang diwajahnya. Ketampanannya tak berkurang walaupun dia memegang pisau selai dan sepotong roti.

"Pagi Pah, Mah, Kak." Lyra menggeser kursi dan duduk disamping Debby.

Hari pertama sekolah memang mengesankan, jadi anak baru dan masih menggunakan seragam yang rapi. Memang Lyra selalu rapi dibanding kakaknya, Debby.

Entah Lyra sendiri bingung dengan penampilan kakaknya yang sangat cuek. Pastinya berbanding terbalik dengannya.

"Deb, jagain adik kamu yah," mamah mengecup kening Debby dan Lyra. "Jagain anak-anak yah pah." Ibu dua anak itu mencium sekilas suaminya dan masuk kembali kedalam rumah.

"Ayo," Ayah mengangkul kedua putrinya tersebut.

°°

SELAMAT DATANG SISWA/I SMA MERDEKA INKANA.

Wow, ini sekolah baruku. Batin Lyra.

Pagar sekolahnya sangat tinggi, CCTV dimana-mana, orang-orang berkelas yang hanya bisa masuk sekolah ini. Wow, memang menakjubkan.

Para siswa dan siswi berbondong-bondong berjalan menuju sekolah tersebut. Sekolah ini sangat ketat, tapi kenapa Debby bisa berpakaian urakan aburadul begitu. Hanya Tuhan dan Debby yang tahu.

"Teman baru, memori baru. Semangat!" Lyra menyemangati diri sendiri walaupun ia sadar Debby sudah menghilang diantara ratusan murid.

Papan pengumuman dirasa sangat menarik membuat Lyra ingin mengetahui apa yang ada disana.

Jari Lyra menyentuh secarik kertas secara menurun mencari namanya. Dia tersenyum, X MIA-2.

Lyra mulai mencari kelasnya yang sangat sulit ditemukan, Nasib anak baru bukan? Bulir-bulir air yang keluar dari kulitnya mulai membasahi karna lelah. Mengapa kelas itu sulit ditemukan padahal urutannya tidak jauh, Lyra duduk ditepi kelas yang ia tidak perduli. Targetnya dia harus segera menemukan kelas tersebut dan, minum.

"Nih buat lo." lelaki seusianya mengulurkan tangannya dan memberika air mineral.

Lyra menerimanya dengan penuh tanya, "Kamu ngasih ini ke aku?"

"Hm," laki-laki itu berbalik dan menghadap Lyra. Ricky Admirear -name tag- fokus Lyra. "Btw, nama lo siapa? Dan kelas berapa?"

"Lyra Natarichie, kelas X MIA 2."

"Oh anak baru, pantesan nyasar." lelaki bertubuh ideal bermata cokelat itu mengusap tengkuknya.

"Gue--Anterin mau?" tawarnya.

"Bole-" Tangan Lyra ditarik paksa oleh Debby. Sementara cowok tadi hanya tersenyum.

"Ricky, ngapain lo?" Debby melipat kedua tangannya dan menatap tajam cowok tersebut.

"Mau nganterin dia," Ricky mengarahkan jari telunjuknya kearah Lyra sambil mengedipkan matanya. Sementara tangan lainnya menyusup di dalam kantung celananya.

Wajah cantik Lyra menunduk berusaha menyembunyikan warna merah padam dari pipinya. Untuk pertama kalinya Lyra dihadapi dengan situasi seperti ini, Oh apakah ini masalah?

Padahal Lyra baru mengenal Ricky, tetapi kakaknya selalu ikut campur. Timming yang kurang tepat.

"Lyra? Biar gue yang anter." Debby meninggalkan Ricky sambil menggenggam adiknya.

Raut tanda tanya menghiasi mimik wajah Ricky, cewek Dingin, kasar, dan cuek itu mengantarkan anak baru yang terlantar. Bukankah itu lucu. Cewek paling disegani murid SMA MERDEKA INKANA menolong gadis lemah seperti Lyra? Hah, itu sangat menarik.

Tapi dia cantik, batin Ricky.

°°

Debby termenung kesal dengan sikap adiknya tersebut sampai-sampai kertas putih yang berada dimeja berubah menjadi hitam akibat coretan pulpen yang kasar. Gadis bertubuh tinggi dan berwajah cantik yang selalu memasang wajah datar tak bersahabat kini terlihat cemas, salahkah dia melindungi adik kesayangannya yang hampir jatuh di tangan buaya kutub? Sepertinya itu tindakan yang tepat.

Kriingg!

Bunyi bel masuk yang sangat menyebalkan.

Debby berbeda dengan anak lainnya, lebih baik membaca buku dibanding bergosip ria dengan anak-anak yang labil. Mungkin itulah yang membuat Debby terbilang pintar dan selalu mendapat rangking. Dianugerahi wajah cantik pula. Banyak yang iri terhadapnya tetapi mereka hanya mencerca dalam hati atau mungkin dibelakangnya karna tidak ada yang berani berurusan dengan Debby.

Terakhir kali siswi berurusan dengannya, siswi tersebut sampai pindah sekolah karna ketakutan.

Sungguh tragis.

"Selamat pagi anak-anak," Pak Tera datang membawa setumpuk buku dan duduk di kursi guru, "Kumpulkan PR kalian, sehabis itu saya absensi."

"Debby Gretta Natarichie."

"Hadir," Debby mengangkat tangannya.

Suara Pak Tera seakan mempunyai kekuatan ajaib untuk mempercepat waktu pelajarannya, murid-murid penghuni kelas ini sangatlah berbahagia karna pelajaran yang mereka benci telah berakhir walaupun Debby menyukai pelajaran tersebut tak menutup kemungkinan ia juga sebal karna metode pengajarannya yang terbilang cukup lamban.

Debby menopang dagunya dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya sibuk memainkan game Pou.

"Deb," Rosea menepuk pundak kiri Debby, "Kantin yuk.. Pak Hasan [baca : guru Bahasa] gak masuk."

Debby melirik Rosea lalu kembali melanjutkan aktivitasnya memberi makan Pou kesayangannya. "Nanti aja pas istirahat, gue lagi pengen dikelas."

"Ayolah anterin gue.."

"Gak."

"Please?"

"Gue bilang enggak."

"Ck, lo gitu banget sama gue." balas Rosea meninggalkan Debby.

Debby berjalan santai keluar kelas menuju toilet. Pikirannya mungkin agak tenang karna Lyra cukup mandiri jadi ya, ia tak perlu menjadi Baby Sitter nya.

Ah susah memang mendapat mandat dari kedua orang tuanya untuk menjaga bocah itu.

Lagipula apa yang bisa terjadi di usia remaja?

Remaja,

Bukankah remaja itu berbahaya?

Lost And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang