1

4 0 0
                                    

Lyra mencari tempat duduk kosong dan teman tentunya. Tas ransel merah marun perpaduan hijau muda menghiasi bagian depan tasnya. Sepatu skate Hitam abu-abu melekat menghiasi kaki mulusnya.

Akhirnya ada bangku kosong.

Akhirnya ada teman sebangku.

Lyra meletakkan tasnya di atas meja dan mulai duduk. Ia ragu untuk menyapa 'teman barunya' karna ini baru pertama kali. Dengan mengumpulkan segenap kekuatan yang ia miliki, ia menoel bahu teman sebangkunya yang sedang menggunakan earphone merah menyala. Cewek berparas cantik dan bertubuh mungil menoleh kearah Lyra lalu tersenyum ramah.

"H-hai," Lyra melambaikan tangannya kearah cewek tersebut dengan gugup.

"Hallo," cewek tersebut tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya tanda ingin berkenalan.

Lyra menyambut tangannya dengan ragu.

Ini pertama kalinya Lyra disambut baik.

Mempunyai teman,

Mungkin.

"Nama gue Silivia Mahadreta, panggil aja Sisi," Sisi mengubah posisi duduknya kearah Lyra. "Nama lo siapa?"

"Lyra Natarichie,"

Sisi sukses membulatkan matanya dan mulutnya membentuk 'o' apa mungkin ia tidak salah dengar? Memang tidak salah dengar, memang itu namanya kok. Sisi mengusap tengkuknya dan sukses membuat Lyra kikuk.

Sisi menghela nafasnya.

"Lo mau duduk sama gue? Dengan senang hati." Lyra tersenyum mendengarnya.

Baru pertama kalinya ada orang yang mau berteman dengan Lyra. Lyra rasa kali ini dia tulus.

Lyra terbilang sangat rendah hati sehingga orang-orang memandangnya sebelah mata, banyak yang mem- bully nya baik fisik maupun psikis. Kisahnya dulu sangat memilukan sehingga kakaknya lah yang harus turun tangan menanganinya.

Anak-anak mulai memasuki kelas karna ini jam pertama mereka. Sama seperti Lyra yang tak kalah semangat, setidaknya ia tidak perlu kesepian karna Sisi mau berteman dengannya.

Mereka menempati tempat duduk masing-masing, posisi Lyra berada di barisan 3 urutan 3 ya, paling tidak tengah-tengah. Aktivitas mereka membuat suasana kelas riuh padahal hanya berkenalan saja tapi ramainya seperti habis mendapatkan Lotre.

"Hallo," ucap dua orang cowok bersamaan. Mereka duduk di kursi yang ada didepan Lyra.

Lyra menoleh kesumber suara, ah rupanya dua orang lelaki yang sedang duduk manis didepan Lyra. Lyra tersenyum kikuk lalu melanjutkan aktivitasnya kembali.

"Hey, nama gue Rio," ucap salah satu cowok bertubuh tinggi dan memiliki gaya rambut cepak.

"Kalo gue Rian," seru cowok satunya lagi. Mungkin Rian lah yang lebih menarik dibanding Rio, Mata coklat terangnya lah yang mendukung semua itu.

Ah ngawur.

Lyra tersenyum. "Hallo," Lyra merubah posisi duduknya, "Nama Ak-- ah gue Lyra Natarichie. Kalian bisa manggil gue Lyra."

Kedua mata mereka sukses membulat, aneh rasanya melihat tingkah orang-orang yang terkejut mendengar nama Lyra, dia bukanlah koruptor yang tertangkap basah bukan?

"Lyra? O-oke, senang bisa kenal sama lo," cowok itu tersenyum kikuk dan langsung meninggalkan Lyra.

Sedangkan yang satunya lagi? Ah dia masih berdiam diri memandangi Lyra dengan wajah terkejutnya itu. Abstrud memang, siapa lagi yang akan kaget kalau gadis itu memperkenalkan namanya.

Lyra melambaikan ke-lima jarinya di depan wajah cowok tersebut. "Halo, hey.."

"Eh iya, sorry gue ngelamun hehe," cowok itu menopang dagunya.

"Mau ikut kelas tambahan ga?" timpalnya lagi.

"Kelas tambahan?" Lyra bingung, untuk apa dia ikut kelas tambahan sedangkan nilainya saat ini cukup memuaskan. Akan mengabiskan banyak waktu jika ia mengikutinya.

"Iya, kelas tambahan," Rian merubah posisinya, "Lumayanlah jadi gak usah ikut les bimbel di luar, Yuk ikut tenang aja gue temenin kok." ujarnya dengan nada memohon

"Um,"

"Baiklah," jawab Lyra. Mungkin dengan ikut kelas tambahan akan menambah wawasan dan juga, teman.

°°

Ting!

Debby G. N : Lo dimana?

Ting!

Debby G. N : pulang bareng gue?

Lyra melihat chat dari kakaknya tersebut, pulang bareng dengan kakaknya mungkin ide yang bagus. Tapi ah, Lyra tidak mau pulang dengan kakaknya. Ia ingin pulang sendiri jadi dia bisa belajar mandiri, ya untuk ke sekolah tanpa jemputan.

Jari Lyra menari-nari mengetik balasan untuk kakaknya.

Lyra N. : gausah, aku bisa pulang sendiri.

Read, 2.15 pm.

°°

Rintik hujan tidak bisa mengganggu Lyra yang sibuk dengan novel barunya. Ah dia tidak terlalu menghiraukan apa yang terjadi di sekolah, padahal itu menyangkut dirinya juga. Gadis tersebut membenarkan posisi bantal yang menyangga lehernya sembari memiringkan kepalanya dan melanjutkan membaca.

Kakinya terangkat keatas dan kebawah seolah dia sedang berenang, cuaca yang dingin membuat ia berfikir jika kaos kaki yang diberikan Ibunya akan berguna. Wajar saja kaos kaki itu jarang dipakai, motif Barbie warna merah muda terlalu kekanak-kanakan.

Novel Fantasi memang favorit Lyra. Karena di dunia fantasi gadis tersebut bisa melakukan apa saja yang ia inginkan, bahkan bisa membuat kakaknya menghilang,

Atau jadi pembokatnya.

Atau menyihirnya menjadi anak moa?

Ah, banyak yang ia ingin lakukan.

Lyra mengepakkan kakinya dan merubah posisinya kekiri dan kekanan seolah mencari kenyamanan. Rasa bosan menyelimuti ruangan tersebut, seakan suhu ruangan tersebut berubah drastis hingga gadis tersebut memilih untuk meninggalkan singgasananya.

Tentang apa yang Ricky lakukan kepadanya memang tidak biasa untuk ukuran anak baru sepertinya.

Hebat. Batin Lyra.

Rasanya aneh tapi untuk ukuran cowok seperti Ricky cukup tampan dan menarik.

Ting!

Lyra beranjak meraih smartphone nya yang terletak cukup jauh di atas meja.

Ricky added you as friend.

Dan atmosfer seketika berubah.

Lost And LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang