Satu

544 68 31
                                    

12:01wib

Tepat saat jam istirahat bel berbunyi seakan mendesak seluruh murid untuk keluar dari ruangan. Begitu pula dengan seorang gadis yang kini sedang buru-buru.

Kakinya yang kurus berbalut rok selutut itu melangkah menuju toilet untuk menyelesaikan urusan mendadak. Ini tidak bisa ditunda lagi, bakalan habis dia diejek satu sekolahan.

Brakk!!

Saking mendesaknya tak lagi ia mengiraukan sekitar. Sengaja gadis itu langsung menerobos serta mendobrak pintu toilet seperti sedang kerasukan lalu menutupnya dengan satu hempasan. Benar-benar menciptakan bunyi yang mengejutkan orang-orang yang berjalan di sekitar toilet.

Hampir lima menit ia menghabiskan waktunya di toilet, berjalan ke tempat pencucian tangan lalu membasuh dengan teliti hingga kuku-kuku jari. Akhirnya ia merasakan kelegaan tiada tara.

Kini derap kakinya tak lagi tergesa-gesa bahkan pandangannya pun sudah lebih tenang. Ia mengembus napas lega, untung saja sekolah ini memiliki fasilitas toilet di setiap lantai. Tak bisa ia bayangkan kalau harus menaiki anak tangga lebih banyak jika mendesak seperti tadi.

Tapi, tunggu!

Ekor matanya menangkap beberapa orang sedang memperhatikan dirinya bahkan berbisik-bisik dan sesekali melirik sinis ke arahnya.

Mengapa jadi terintimidasi begini?

Sebesar itu efek dari hal yang ia lakukan sebelumnya?

Sudahlah, gadis itu tak mau ambil pusing. Ia mencoba pura-pura tidak melihat apapun dan kembali berjalan.

     "Ariesaa!!" Pekikan heboh itu membuat si empu terlonjak kaget hampir saja telinga ini hancur berkeping-keping. Beda halnya dengan si pemanggil, ia berlari menghampiri tanpa ada rasa bersalah kemudian ia menatap serius. "Ada info penting yang mau aku omongin!"

Dengan gaya terpaksa Ariesa mendekati sahabatnya itu. "Apanya yang serius?"

Ariesa menepis lengannya karena kaget atas perbuatan seseorang yang menyambar lengannya tanpa aba-aba.

     "Bentar, gue pinjem Ariesa bentar!" seru si laki-laki yang menarik lengannya secara tiba-tiba.

Ini gimana mau menghindar, untuk menarik napas pun tak sanggup saking kaget akibat ulah lelaki yang sudah menuntunnya mengikuti langkah kaki jenjang itu.

Momen seperti ini jarang terjadi hingga banyak pasang mata di setiap lorong pun sudah teralihkan pada kedua murid yang berlarian itu.

     Bukan karena kasihan pada Ariesa, tapi ini semua karena mereka tahu, bahwa hari ini laki-laki yang menarik lengannya akan menyatakan sesuatu pada Ariesa. Tentu tahulah, baru saja beberapa menit yang lalu laki-laki itu sendiri yang koar-koar ke seluruh sudut kelas.

Kasihan sekali Ariesa, mungkin hari ini hanya dirinya yang tidak tahu apa yang sedang terjadi hingga berakhir seperti ini. Ariesa merutuki dirinya sendiri karena tak sempat memberikan perlawanan dan bodohnya lagi ia tak bisa menghentikan suasana asing ini.

     Kini ia seperti tersangka yang terciduk di lapangan sekolah dan lelaki itulah polisinya. Mereka berhenti tepat ditengah lapangan dengan posisi lengan gadis itu masih setia digenggaman si lelaki. Untuk beberapa detik si laki-laki itu melepas genggamannya dan saling menghela napas mengatur degup jantung yang tak beraturan.

3 IN 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang