"Halo?"
Xara mengepit telepon genggamnya di antara bahu dan telinga kiri. Jemarinya bergerak lincah mengetik balasan chat dari sahabatnya.
"Halo! Dengan Mbak Xara Xenolla?" Terdengar suara ramah di ujung telepon.
"Ya, saya sendiri," jawab Xara datar. Perhatiannya masih tertuju ke layar laptop-nya.
"Mohon maaf mengganggu, Mbak. Saya Syulla dari cokelat Golden King. Selamat ya, Mbak Xara adalah pemenang hadiah utama liburan ke Jepang dari undian Holidayvaganza yang kami adakan tahun ini!"
"....hah?"
Xara tidak memercayai pendengarannya. Satu hal yang pasti, ini bukan hoax. Xara memang mengikuti undian cokelat Golden King dengan hadiah liburan ke Jepang itu. Ia ingat setiap minggunya pergi ke mini market dekat kampus untuk membeli sebatang cokelat, memakannya sampai habis, melipat rapi bungkusnya lalu mengirimkannya dengan setia melalui pos sambil tak lupa memanjatkan doa agar ia keluar menjadi pemenang.
"... jadi begitu ya, Mbak. Ada yang mau ditanyakan?" Suara Syulla yang antusias terdengar sayup-sayup di telinga Xara.
"Eh, sorry, gimana tadi, Mbak?" tanya Xara yang tersadar dari lamunan mimpi-menjadi-kenyataan-nya.
"Jadi hari Sabtu ini Mbak Xara bisa langsung ke biro perjalanan yang kami tunjuk untuk info detail liburannya ya, Mbak. Mohon bawa identitas diri dan fotokopi paspor yang masih berlaku. Info para pemenang akan diumumkan di koran Indonesia Merdeka hari Kamis besok. Oh ya Mbak, undian ini tidak dipungut biaya ya, hati-hati kalau ada yang meminta Mbak untuk transfer uang. Jika ada pertanyaan, Mbak bisa menghubungi saya di nomor ini atau langsung ke biro perjalanan Jalan-jalan Senang." Syulla menjelaskan dengan sabar dan terperinci.
"Oh, oke. Oke. Aduh Mbak, saya masih kaget nih. Terima kasih banyak ya!" Xara menutup telepon dan langsung memencet tombol 'Call' di layar laptop-nya.
"Nekk... guess what?" Xara setengah menjerit.
"Apaan sih tiba-tiba langsung voice call?" Suara Kippy, sahabatnya, tidak kalah melengking.
"Aku menang undian cokelat Golden King!! Ke Jepang!!!"
"What? Beneran? OMG!"
"Iya!! Gila! Sabtu ini aku harus ke travel bironya. Haduh, aku harus siapin itinerary buat free day-nya nih. Deg-degan nih." Xara menggaruk-garuk kepalanya.
"Congrats dear! Wow! Aku nggak nyangka banget!" Kippy terdengar bersemangat. "Eh... tapi kamu tahu kan, nanti perginya sama siapa?"
Senyum Xara sekejap menghilang dan berganti dengan erangan.
"Pemenang utamanya pergi bareng Yeryk, kan?" tanya Kippy perlahan.
"Iya, tahu kok." Xara mendengus kesal.
Yeryk Yagel. Aktor muda idola para perempuan yang naik daun beberapa tahun belakangan ini. Film layar lebar yang dibintanginya selalu mendulang sukses setelah sebelumnya ia menjadi terkenal melalui belasan judul sinetron laris.
Yeryk Yagel. Seniornya di masa perkuliahan dulu. Bukan, bukan bekas gebetan, apalagi mantan. Dari dulu Yeryk memang populer, namun sifatnya yang dingin dan misterius membuat para kembang kampus enggan mendekatinya meski mereka sangat tergila-gila padanya.
Yeryk Yagel. Asisten dosen fisika kedokteran yang nilainya selalu cemerlang. Terkenal di dunia hiburan se-Indonesia. Kekayaannya pun melimpah ruah. Entah mengapa Xara merasa ia akan membenci pria itu. Benar saja. Ingatan Xara mendadak terlempar ke tiga tahun yang lalu.
---
"Kamu nggak tahu cara kerja sphygmomanometer? Beneran mau jadi dokter?" Yeryk menatapnya tajam. "Ini juga nih. Hukum Dalton masih nggak ngerti."
Xara meremas telapak tangannya. Apa sih yang dilihat cewek-cewek dari cowok arogan satu ini?
"Ya sudah, itu jadi tugas ya." Yeryk bersiap-siap keluar dari laboratorium fisika. "Eh, sekalian deh. Sebutkan hukum-hukum fisika yang berhubungan dengan kedokteran. Minimal tiga hukum ya, lengkap dengan aplikasinya. Jawabannya via email saja dan saya tunggu malam ini."
Xara nyaris melempar anemometer yang ada di depannya ke punggung Yeryk seandainya saja ia tidak mendengar decak kagum dari mulut Kippy. "Lucky you. Email-email-an sama Yeryk."
"Yeah, lucky me. Dia enak-enakan syuting sinetron, aku dikasih PR nggak masuk akal begini. Paling juga nggak diperiksa sama dia. Sok-sokan kasih deadline malam ini pula." Xara makin uring-uringan.
Kippy tertawa renyah. "Yah, tahu sendiri kan, dia nggak pernah balas email tugas mahasiswa. Tiba-tiba keluar nilai akhir dan jarang banget ada yang dapat nilai bagus."
Xara memilin-milin rambutnya. "Lihat saja nanti. Aku akan kasih jawaban yang dia sendiri juga nggak tahu."
Jarum jam menunjukkan pukul 23.15 ketika Xara tertawa puas. Ia menghabiskan sisa harinya untuk menjelajahi dunia maya dan menenggelamkan diri ke dalam buku teks dan jurnal-jurnal kedokteran demi mengerjakan tugas dari Yeryk. Ia yakin Yeryk tidak menguasai tema fisika kedokteran yang akan ia kirimkan sebagai jawaban.
Persis seperti kata Kippy, hingga akhir semester Yeryk tidak memberikan komentar maupun revisi terhadap tugas yang ia kirimkan. Xara yang merasa kecewa akhirnya melabeli Yeryk sebagai artis sinetron angkuh dan semakin yakin bahwa Yeryk tidak sepintar dugaan orang-orang. Email tugas itu pun menjadi interaksi terakhir antara dirinya dengan Yeryk.
---
"Well, yang penting enjoy your holiday aja."
Suara Kippy mengembalikan Xara ke dunianya yang sekarang. "Paling si Yeryk juga nggak terlalu antusias, dia kan brand ambassador Golden King, jadi sebenarnya nemenin kamu liburan itu termasuk kerjaan buat dia." Kata-kata Kippy mau tidak mau membuat Xara tertawa.
Oke. Anggap saja liburan bareng kodok, pikir Xara. Ia bergidik.
Awas saja kalau si kodok sombong itu merusak liburan impiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Holiday Havoc
RomanceXara menang hadiah utama liburan ke Jepang! Seharusnya ia merasa gembira dengan keberuntungannya, namun ada satu hal yang membuatnya gundah. Pemenang utama undian tersebut akan pergi bersama dengan aktor muda yang sedang naik daun, Yeryk Yagel. Mas...