Ada apa dengan Dhila?

568 20 4
                                    

"Makasih ya vin, kalau gaada lo gue gatau nasib gue gimana." ujar Dhila dengan mata berkaca-kaca. Alvin membalas dengan anggukan.

"Inget, lo belum cerita apa-apa kenapa lo takut sama mereka. Itu hutang lo. Udah masuk sana!" kata Alvin. Dhila mengangguk dan segera masuk ke dalam rumah.

Setelah Dhila masuk ke dalam rumah, Alvin melihat pintu rumah Dhila lirih, sebenarnya Alvin khawatir dengan Dhila. Namun, ia tak menghiraukannya. 'Toh, Dhila bukan siapa-siapa gue.' pikir Alvin. Lalu, melajukan mobilnya ke rumahnya sendiri. Pulang.

****

"Dhila pulang."  kata Dhila lesu saat memasuki rumahnya. Seperti biasa, walaupun saat ini dia baru sampai di rumah pukul 7, rumahnya selalu saja sepi. Ayah dan bundanya pasti sedang keluar kota entah kemana. Di rumah, hanya ada Bik Sum, pembantu di rumah Dhila. Apalagi Dhila adalah anak tunggal.

"Eh, non Dhila udah pulang toh? Laper gak non? Bibi masak kare ayam lho, non pasti suka." sambut Bik Sum. Dhila yang awalnya lesu, langsung memiliki semangat 45 setelah mendengar perkataan Bik Sum.

"Bener bi? Aaaa... Aku laper bik! Aku mau mandi dulu ya bik, habis gitu baru makan." jawab Dhila bersemangat. Bik Sum tersenyum, "siap non!" jawabnya lalu berlari kedapur, sedangkan Dhila masuk ke kamarnya.

Selesai mandi, Dhila membalut tubuhnya dengan hotpants putih dan t shirt biru muda polos. Ia segera menyisir rambutnya, dan turun ke dapur mencari Bik Sum, yang ternyata sedang menyiapkan kare yang akan disantapnya.

"Minumnya apa non?" tanya Bik Sum sembari menyajikan seporsi kare ayam yang asap nya mengepul diudara dan sepiring nasi hangat. "Coklat panas ya bik, kasih marshmallow ya bik. Kayak biasanya." jawab Dhila lalu segera menyikat kare ayam dihadapannya.

10 menit kemudian, 2 piring yang tadinya penuh dengan kare ayam dan nasi, kini telah kosong. Hanya tersisa bumbu kare ayam yang tingga sedikit karena tadi dijilat oleh Dhila. (Dhila -_-) "Udah selesai non? Ini coklat panasnya." ujar Bik Sum dengan segelas coklat panas yang menggiurkan.

"sip bi, kare nya enak banget. Dhila bawa coklat panasnya ke kamar ya bik. Sekalian belajar, hehehe.." kata Dhila. Dengan cepat, sang coklat panas berpindah tangan ke tangan Dhila yang langsung saja berlari ke kamarnya. Bik Sum hanya menggeleng-gelengkan kepala dan membersihkan bekas makanan Dhila.

****

Alvin merebahkan diri diatas kasur king size di kamarnya. Dipikirannya saat ini hanya Dhila, Dhila, dan Dhila. "Dhila sebenarnya kenapa sih? Penasaran gue." gumam Alvin. Dia masih ingat betul peristiwa tadi sore. Dan itu, sangat membuat Alvin khawatir dengan Dhila.

"Pokoknya besok harus gue cari tahu." putus Alvin dan dia pergi ke negeri kapuk.

Alvin berjalan menuju ke dapur untuk sarapan. Ia bisa melihat ibu, ayah, kakak, dan adiknya sedang bergurau. Ia langsung mendekat dan mengambil posisi di dekat kakak nya, Zahra dan adiknya, Ryan.

"Eh si kebo dateng!" celetuk Zahra. Alvin merengut kesal dan mengambil mangkuk dan menaruh sereal ke dalamnya. Lalu, ia menuangkan susu sapi segar sebagai pelengkap sarapan paginya dan segera menyantapnya dalam diam.

"Kak Alvin gak papa?" tanya Ryan. Seluruh anggota keluarganya kini menoleh ke arahnya dengan tatapan heran "Kamu sakit Vin? Biasanya kamu paling heboh sendiri." tanya mamanya hawatir. Mamanya benar, akibat memikirkan Dhila, dia lebih betah diam untuk saat ini.

"Tenang aja bu, yah, kak Zahra, dek Ryan. Aku gak papa, cuman ada yang ngeganjel. Aku sudah selesai. Alvin berangkat dulu semuanya!" ucap Alvin, lalu berdiri dan berangkat ke sekolah. Semua anggota keluarganya heran dengan kelakuan Alvin. Tidak seperti biasanya, dia selalu ramai dan heboh. Tapi tadi? Dia berbeda.

Alvin sampai di sekolah dengan tak tenang. Dia kini menelusuri ssegara penjuru kelas untuk mencari Dhila, meminta penjelasan atas kejadian kemarin. Setelah menelusuri beberapa kelas, akhirnya ia menemukan Dhila sedang tertidur di kelasnya. 'Dasar tukang tidur!' pikir Alvin.

Ide jahil terlintas di otak Alvin yang pintar. Dengan segera, ia mengambil cat untuk wajah yang kebetulan kemarin ia pinjam dari temannya. Lalu, ia melukis sesuatu di wajah Dhila dan membangunkan Dhila segera setelah ia selesai 'merias' wajah Dhila.

"Dhil, bangun Dhil. Ayo cerita sama gue lu kenapa kemarin?" ucap Alvin perlahan sambil tersenyum. Tersenyum bukan karna apa, tetapi karna melihat karyanya diwajah Dhila. Dhila bergerak perlahan dan akhirnya terbangun.

"Eh, emm.. jangan sekarang deh Vin. Kapan-kapan aja kalau gue udah siap baru gue ceritain." Ucap Dhila. Gadis itu mengusap wajahnya, namun ia menjerit saat melihat tangannya sehabis mengusap wajahnya.

"AAAA!! Ini tangan gue kenapa?! Kampret lu Vin!" semprot Dhila dan langsung ngacir ke kamar mandi. Sedangkan Alvin hanya bisa tertawa lebar dan pergi ke keasnya sendiri.

*****

Kamu tak tahu, apa yang telah aku alami di masa laluku. Dan aku, tak akan pernah membiarkan kamu mengetahui tentang masa laluku.

Aku merebahkan diri di kamarku yang bernuansa biru laut ini. Hari ini sungguh melelahkan. PR yang menumpuk, guru-guru yang galak, dan untungnya hari ini aku tak melihat kak Avin kecuali saat tadi pagi. Sungguh, menurutku tadi kak Alvin sudah keterlaluan menggodaku.

Tadi Alvin sempat bertanya padaku, meminta penjelasan atas kejadian kemarin. Tapi, tentu saja tak aku ceritakan. Aku sendiri saja belum bisa menerima kenyataan itu. Apalagi orang lain? Aku menutup mataku. Berusaha merileks kan pikiranku.

Tunggu! Apa tadi aku bilang? PR yang menumpuk? Aku segera mandi dan mengganti baju seragamku dengan croptee hijau dan tanktop putih serta hot pants putih. Setelah itu aku langsung makan, dan kembali ke kamar untuk 'berkencan' dengan tugas yang telah menungguku.

3 jam sudah aku berkutat dengan PR ku yang sangat banyak, dan akhirnya semuanya selesai. Tinggal menyiapkan buku untuk esok hari. "Matematika, biologi, kimia, sama fisika. Udah lengkap! Oh iya, besok voli ya." gumamku saat sedang menyiapkan buku pelajaran.

Aku menuju ke lemari untuk mengambil t-shirt kuning cerah dan hotpants berwarna hitam dengan garis berwarna kuning di bagian samping. Aku juga mengambil sepatu olah ragaku di rak sepatu dan memasukkannya ke tas jinjing berwarna merah.

Tak terasa, sekarang waktu menunjukkan pukul tujuh malam. Waktunya untuk makan malam! Sayup-sayup aku mendengar beberapa orang mengoceh dibawah. Apa orang tuaku pulang? Kalau iya, aku tak akan lupa untuk meminta oleh-oleh dan melepas rindu yang telah lama kupendam *asek asek jos :D*.

"Dhilaaa!!! Turun dong, masak mama papanya dateng nggak disapa. Mama bawa oleh-oleh nih!" teriak seseorang dari bawah yang suaranya sangatku hafal. Mamaku. Dengan cepat aku keluar kamar dan berlari ke ruang tamu. Disana, sudah ada mama dan papaku yang memasang senyum lebar ke arahku.

"Mama, papa, Dhila kangen." ucapku dan langsung memeluk mama dan papa bergantian. "Mama juga sayang." balas mama. Papa menunjuk ke arah tas-tas diatas meja. Aku tahu, itu pasti oleh-oleh untukku. Tapi itu tak penting, yang lebih penting adalah aku bisa melihat mama dan papaku saat ini.

Papa berjalan ke arah tas-tas itu, dan mengeluarkan sebuah miniatur kecil berbentuk sura dan baya. Sepertinya, mama dan papanya baru saja pulang dari Surabaya. Miniatur itu berukuran sedang. Tingginya sekitar 30 cm, dan lebarnya sekitar 15 cm. Sepertinya terbuat dari logam, entah logam jenis apa. Terlihat sederhana, namun menarik dan cantik.

"Buat Dhila pa?" tanya Dhila antusias dengan mata yang berbinar senang. Dhila memang suka dengan miniatur-miniatur yang mirip dengan benda mati. Tapi, ia tak suka miniatur yang mirip dengan manusia atau hewan, atau tumbuhan. 'Nanti tiba-tiba bisa hidup' jawab Dhila setiap ditanya mengapa tak menyukai miniatur yang mirip dengan benda hidup.

Papanya hanya mengangguk. Spontan, Dhila langsung mengambil miniatur itu lalu mencium pipi kedua orang tuanya sebagai rasa terima kasih dan kembali ke kamarnya untuk meletakkan miniatur tersebut dan bersiap tidur. Ia telah lupa dengan rasa laparnya tadi karena perasaan senangnya melihat orang tuanya pulang dan tentu saja pemberian dari mereka.

Maaf gak bisa upload dulu, author lagi sakit nih :( Dan, saya harus bedrest selama 1 minggu. Jadinya saya gak bisa upload cepet2, maap ye ((: Ditunggu cabe dan bintangnya :D

-B-

Volleyball loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang