Rumah Tua Seberang Rumah

137 16 1
                                    

Cerpen Karangan: Jamilatuzzahra
Cerpenmu.com


Rumah Tua Seberang Rumah


“Bukannya sudah kubilang kalau jangan pernah mendekati rumah itu?” Dio berkata pada Mia dengan galak. Mia menunduk, tak berani menatap wajah garang Kakaknya.
“Memangnya apa sih yang menarik dari rumah tua yang usang itu? Kau melihat apa?” Tanya Dio.
“T-tadi aku melihat… Ada… Ada orang disana…” Mia berkata pelan dengan gugup sambil terus menunduk.
“Ada orang?” Dio berkata tak percaya, “Mia, rumah itu sudah ditinggal sejak bertahun-tahun lalu, mana mungkin ada orang di dalam sana?”
“T-tapi aku benar-benar melihatnya!” Kini Mia mendongak, menatap wajah kakaknya secara langsung. Dio mengangkat sebelah alisnya, bingung dengan perubahan drastis dari adiknya.
“Itu rumah kosong–”
“Ada orang di dalam sana, kak! Ada orang di dalam sana! Mereka ada banyak! Banyak sekali!” Mia berkata dengan suara yang nyaring, tampak seperti…
Hilang kendali.
“Mereka ada di sana! Mereka ada di sana! Mereka banyak! Mereka sangat banyak! Mereka membawa pedang dan pisau! Mereka membawa tombak dan panah! Mereka kuat! Mereka sangat kuat!” Mia benar-benar hilang kendali. Dio mulai merasa takut, dengan pelan didekatinya adiknya itu dan menyentuh pundaknya, namun yang terjadi kemudian adalah suatu hal yang tak pernah Dio sangka sebelumnya.
Adiknya menamparnya.
“Jangan sentuh aku! Kau akan kalah! Kau akan kalah! KAU AKAN KALAH!” Mia berteriak histeris. Dio langsung menangkap tubuh Mia dan menahannya. Syukur Mia masih berumur tujuh, jika berumur tigabelas atau sama seperti dirinya, entah bagaimana caranya Dio menangkap tubuh adiknya itu.
“Mia! Mia! Tenanglah! Hei! Kau kenapa? IBU! AYAH!” Dio berteriak disela-sela pemberontakan Mia. Mia semakin menjadi-jadi, Dio merasa Mia bukanlah adiknya yang dia kenal.
“LEPASKAN AKU! KALIAN AKAN KALAH! KALIAN AKAN KALAH! LEPASKAAAN!”
“Mia, Dio! Ada apa ini?” Terdengar suara Ibu dari dalam rumah. Dio langsung menengok dan mendapati Ayah dan Ibunya sedang berlari ke arah mereka.
“Mia jadi aneh, Bu!” Dio berkata. Tangannya terasa perih dicakar oleh kuku Mia. Mungkin sekarang tangannya sudah berdarah.
“Mia sayang…” Ibu mencoba membujuk Mia untuk diam, namun Mia seolah tak mendengar. Dia terus meronta tanpa henti sambil terus berteriak.
Ayah mulai mencoba mengambil alih Mia dari Dio, namun yang ada hanyalah tamparan dari Mia di pipi Ayah. Semua kaget, semua takut. Mia bukanlah Mia yang mereka kenal.
“KALIAN AKAN KALAH!” Mia berteriak lagi, dan teriakan itu merupakan teriakan paling keras darinya.
Namun tak sampai dua menit, Mia berhenti bergerak. Dia langsung terkulai lemas. Pingsan. Semua kembali terkejut, antara lega dan cemas. Ayah membawa Mia ke kamarnya, sedangkan Ibu mengambil kotak P3K untuk menyembuhkan luka Dio -benar dugaannya, kini kedua lengannya penuh dengan cakaran.

“Apa yang terjadi pada adikmu, Dio? Kenapa dia sampai jadi seperti itu?” Tanya Ibu saat beliau sedang membersihkan luka Dio.
“Entahlah, Bu. Tadi, kulihat dia sedang melompat-lompat di teras rumah tua itu,” Ujar Dio sambil menunjuk rumah tua di seberang rumah mereka, “Aku menyuruhnya untuk pergi dari sana, namun dia tak menggubris. Lalu dengan terpaksa aku menyeretnya ke sini. Aku tanya apa yang dia lakukan di sana, lalu dia menjawab ada orang di rumah itu -tidak mungkin, ‘kan, Bu? Jadinya aku tidak mempercayainya. Namun setelahnya, Mia mulai meracau tidak jelas. Semakin meracau, semakin nyaring ucapannya.”
Ibu terdiam sambil terus mengobati luka Dio. Dalam hati beliau, beliau merasakan ada sesuatu yang aneh di rumah itu. Diliriknya rumah itu sekilas, namun seketika dia membeku.
Ada orang. Benar-benar ada orang. Banyak sekali. Menatap mereka berdua dari jendela dan celah pintu.
“D-Dio,” Ibu berbalik dan langsung membersihkan alat-alat, “Kita masuk ke Rumah.”
“Kenapa, Bu?” Dio bertanya bingung saat melihat Ibunya tampak tergesa-gesa membereskan alat-alat P3K. Ibunya tak menggubris, dan langsung menarik tangannya masuk ke dalam rumah.

Dio bingung, tentu saja. Namun tak sengaja dia melirik ke depan, ke rumah tua yang ada di seberang rumah mereka.
Mereka ada. Mereka melihat. Dari jendela dan celah pintu. Mereka menatap. Mereka sangat banyak. Benar yang dikatakan Mia. Semuanya menatap Dio dan Ibunya. Semuanya menatap rumah yang ada di seberang mereka.
Dan saat terakhir kali Dio melihat mereka sebelum pintu rumah tertutup, Dio melihat mereka…
… Menyeringai.

“Mereka kuat! Mereka sangat kuat!”
“Kami kuat! Kami sangat kuat! Kalian akan kalah! Kalian akan kalah!"

CreepyPasta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang