First Meet

580 48 3
                                    

Y/N pov

Aku menyukai petualangan. Selain dapat lebih dekat dengan alam, aku juga bisa mengabadikan keindahan dunia dengan kameraku.

Teman-teman disekolahku sering mengejekku orang sinting karena berani memasuki hutan sendirian. Namun hal itu tidak menghentikanku untuk berpetualang.

Awal dari kesukaanku terhadap petualangan adalah karena papa. Papa sering mengajakku pergi ke hutan. Bukan untuk berburu namun memotret.

Walaupun rasanya tidak semenyenangkan saat papa masih ada dulu, namun rasa sukaku pada petualangan tidak pernah hilang.

-skip-

Hari itu aku berniat menjelajahi hutan yang cukup jauh dari tempat tinggal masyarakat. Namun karena lokasi yang cukup jauh dan jalanan yang susah dilewati, aku tiba disana saat jam sudah menunjukan pukul 5 sore.

Yah apa boleh buat. Aku pun memutuskan untuk menginap di hutan malam itu.

Sesampainya di hutan, aku langsung terkesima melihat pemandangan hutan pada sore menjelang malam.

Langit sudah mulai menggelapkan dirinya pertanda bahwa tugas matahari untuk hari ini sudah selesai.

Namun aku tidak peduli. Aku tetap melanjutkan petualanganku di hutan. Aku mulai memotret banyak hewan dan pemandangan indah yang ada di hutan ini.

Ah, harusnya papa kuajak kesini.. gumamku.

Saat sedang asyik memotret tupai yang bergelantungan diatas pohon, tiba-tiba aku merasakan tetes-tetes air yang membasahi tubuhku.

Aku tidak peduli. Tidak ada yang dapat menghentikanku kecuali..

JDER!

..kecuali petir..

Seketika badanku kaku dan badanku gemetaran. Aku memang anak pemberani. Tetapi pengecualian untuk hal itu.

Karena petirlah yang sudah merebut kebahagiaanku. Petir lah yang pernah membuat luka dalam dihidupku.

Aku pun mencoba menutup kedua telingaku dan menunduk sambil menutup mata. Berharap suara petir yang terus menerorku itu berhenti.

Perlahan kurasakan air mataku menetes. Tiba-tiba sebuah tangan menepuk bahuku.

Aku pun menengok dengan ragu ke arah tangan tersebut dan kulihat seorang laki-laki berambut merah yang memasang ekspresi kaget.

"Kau.. apa kau menangis?"

Karma pov

Padahal baru satu jam kami mengejar Koro Sensei. Tapi kenapa hanya aku yang tersesat.

Daripada merutuki nasib, aku pun memutuskan untuk mencari jalan keluar dari hutan sialan ini.

Tetapi hari sudah semakin malam. Aku ingin menginap namun aku tidak membawa apa-apa selain senapan dan pisau anti sensei.

Karena sudah gelap dan aku tidak membawa alat penerangan apapun, akhirnya aku memutuskan untuk beristirahat sejenak diatas pohon.

Srek srek

Saat sedang memejamkan mata, aku mendengar suara langkah kaki.

Aku langsung menyiapkan senapanku, berharap itu Koro Sensei. Namun bukan gurita kuning besar yang aku lihat disitu. Tetapi seorang gadis berambut (hair colour) bermata (eye colour) yang sangat berkilauan.

Aneh. Mengapa gadis itu ada disini? Apakah dia tersesat? Tetapi dilihat dari matanya yang berkilauan sepertinya dia sangat menyukai hutan.

Aku pun diam-diam memperhatikannya dari atas. Kulihat dia mulai memotret banyak hal yang ada di hutan ini.

Tik tik tik..

Tetes demi tetes hujan mulai membasahi hutan. Aku menutupi kepalaku dengan tudung jaket yang kupakai.

Aku tertegun melihat anak itu. Dia tidak menghentikan aktivitasnya walaupun hujan sudah mulai deras.

JDER!

Aku terlonjak kaget saat mendengar suara petir. Namun aku juga kaget saat melihat dia tiba-tiba menundukkan badan dan menutup telinganya.

Apakah dia menjatuhkan sesuatu? Atau.. ketakutan?

Aku pun segera menghampirinya dan menepuk bahunya.

Aku tertegun melihat matanya yang basah. Walaupun tersamarkan oleh hujan, namun matanya yang sembab itu terlihat jelas oleh mataku.

"Kau.. apa kau menangis?"

[Karma X Reader] Love AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang