Bab 1. My Lovely Family.

467 5 1
                                    

1

My Lovely Family

Pada musim salju kali ini, aku merasa amat sangat kesepian. Karena kini, tepat di saat usiaku beranjak 9 tahun, aku sudah merasakan betapa pedihnya ditinggal mati oleh kedua orang tua kandungku, untuk selama-lamanya. Sangat menyedihkan! Padahal, masih ku ingat betul, bahwa tepat setahun yang lalu, ayah baru saja sempat memberikanku sebuah hadiah manis dan sangat menarik, yaitu sebuah biola.

Biola yang kata ayah, adalah hasil dari menabungnya secara terus-menerus, selama aku masih sangat kecil, yaitu saat aku masih duduk di bangku TK nol kecil dulu, hingga aku beranjak masuk ke sekolah dasar. Di SD “Semangat Kebangsaan Korea”. Yakni, SD untuk anak-anak penyandang bisu, secara keseluruhan. Karena siswa-siswi di sana kebanyakan yang bisu.

Kata ayah, dulu aku sempat berujar dengan penuh semangat, bahwa aku ketika sudah besar dan dewasa nanti, maka aku ingin sekali menjadi seorang diva pop yang terkenal di Korea Selatan. Aku ingin mengharumkan nama desa kami yang tercinta ini, yakni “Desa Ramah-Tamah”. Sehingga aku mulai kembali bisa mengingatnya secara samar-samar, hingga mulai jelas ingatanku tersebut, tentang sebuah perkataanku di masa lalu. Sebuah perkataan yang pernah terlontar dari bibir mungilku.

Namun, karena aku dilahirkan ke dunia ini sejak bayi oleh ibuku, yaitu sebagai seorang anak perempuan yang terlihat cacat—bisu, maka ayah rasanya sedikit urung, untuk menyakini-ku selalu dalam meraih impianku itu. Impian indah, sebagai seorang diva cilik kenamaan dari Korea Selatan, bahkan di usia yang juga masih sangat kecil, seperti ini. Untuk itu, ayah berusaha lebih menyemangatiku dengan cara lain yang terasa berbeda. Cara yang terasa manis, lembut, dan mampu menyentuh kalbu-ku. Yakni, dengan membelikanku sebuah biola tersebut, sehingga ayah dapat melihatku selalu berwajah ceria. Bergembira sekali. Sehingga aku tidak akan pernah murung lagi, dikarenakan jauhnya impian yang akan aku raih itu. Dan mungkin memang benar, bahwa kata orang-orang yang selama ini banyak ku kenal, jika tidak mungkin anak perempuan seperti diriku yang bisu ini, suatu hari bisa bisa menjadi seorang penyanyi sukses. Bahkan, untuk sehari-hari dapat berbicara dengan baik dan benar saja, maka begitu banyak orang yang tak mengerti dengan maksud dari semua perkataanku.

Mereka bahkan pernah tampak berani bicara di hadapanku, ataupun di hadapan keluargaku, bahwa mereka sama sekali tidak memahami semua pembicaraanku. Ah, itu terasa menyedihkan, memalukan! Rasanya, terkadang aku ingin sekali menangis di hadapan mereka semua. Namun, aku selalu berusaha keras, untuk selalu menguatkan hatiku. Perasaanku. Agar aku tidak begitu tampak mudah menangis. Tidak akan sekalipun tampak lemah, payah, apalagi enggan pula untuk menyerah.

Sebab, aku selalu saja dianggap seolah-olah anak perempuan cacat, yang sangat menyedihkan. Anak yang tidak pernah berguna. Tidak akan pernah bermanfaat bagi diriku sendiri, maupun bagi diri orang lain. Dan anak yang tidak akan pernah bisa merasakan, tentang indahnya sebuah kesuksesan di dalam suatu kehidupan. Karena untuk hidup normal saja, seperti halnya mereka semua yang terlahir dengan sangat normal ke dunia yang fana ini, aku tampak merasa sering kali kesulitan. Aku memang menangkap adanya gaya bahasaku yang sering kali membuat mereka, yaitu orang lain, maupun teman-teman sekolahku merasa sangat lucu mendengarkanku. Bahkan, salah seorang dari teman sekolahku pernah mengatakan, jika gaya bicaranya sangat mirip dengan seseorang yang sedang kepayahan. Kewalahan. Kelelahan. Ataupun seseorang yang bersuara sangat serak, dan tidak sedikitpun bisa terdengar jelas. Sehingga dapat sewaktu-waktu mengundang tawa yang keras, bagi mereka semua.

Ketawa yang membuatku sangat menggelikan, namun hanya dapat ku tahan perasaan sedih, sekaligus kesalku itu di dalam hati. Aku pun sangat jarang, bahkan bisa dikatakan hampir tidak pernah bermuka masam di hadapan mereka semua, yaitu anak-anak yang sama sekali tidak pernah menyukaiku. Tidak menyukai kekurangan di dalam fisikku ini. Tidak pernah menyukai keberadaanku. Dan tidak pernah menyukai kehadiranku ada, di tengah-tengah kehidupan mereka semua. Sehingga aku seolah suka dianggap sebagai angin lalu saja, bagi mereka semua. Aku juga sering dianggap hanyalah sebuah patung kecil, dan robot hidup yang tidak dapat berbicara dengan baik, juga sangat kaku, karena aku anak perempuan bisu. Memilukan!

"Hati Kecil yang Bertabur Bintang". By; Crystal Lovha. Korea Novel + Fantasi.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang